Seringkali orangtua beranggapan bahwa anaknya memiliki masalah di
sekolah karena anaknya memang nakal. Namun sebenarnya, jarang sekali
ada anak yang ingin menjadi nakal atau membuat masalah jika tidak
dipicu oleh hal lain terlebih dahulu. Hal-hal yang memicu bisa berasal
dari berbagai pihak: guru, teman, pelajaran, dan orangtua. Sementara
faktor-faktor yang lain tidak bisa kita kendalikan, faktor yang
terakhir -kita sendiri sebagai orangtua- adalah yang paling
berpengaruh dan kita dapat melakukan sesuatu untuk mengubahnya. Banyak
kasus di mana anak mencari/ membuat masalah di sekolahnya karena
kurangnya perhatian dan penghargaan dari orangtua.
Banyak orangtua yang kurang menghargai anak dalam bentuk tindakan di bawah ini:
1. Menerapkan disiplin yang keras.
Nilai-nilai
yang mereka capai di sekolah, lalu menerapkan disiplin yang keras agar
anak dapat ‘dipantau' kegiatan belajarnya dan memperoleh nilai yang
baik.
2. Membebani anak dengan les-les yang tidak mereka inginkan.
Orangtua
tidak puas atas apa yang dicapai oleh anak, lalu menambahkan berbagai
les mata pelajaran dan les seni seperti les piano, les balet/ tari, les
gambar, les vokal dan lain-lain. Mereka berharap dengan memberikan anak
mereka berbagai macam les tersebut, anak mereka bisa lebih pandai,
mengeksplor bakat dan memiliki keterampilan, tanpa menyadari betapa
berat beban yang ditanggung anak-anak dalam mengerjakan semuanya itu.
3. Membanding-bandingkan anaknya dengan anak lain.
Orangtua
melakukan ini dengan harapan anaknya akan terpacu untuk menjadi lebih
baik, tanpa menyadari bahwa hati anak terluka karena merasa tidak
diinginkan.
4. Berfokus pada kesalahan anak.
Hal
ini bisa disebabkan karena orangtua memiliki ekspektasi bahwa anaknya
akan selalu menjadi anak yang baik, yang sempurna, sehingga kesalahan
anak sekecil apapun bisa membuat orangtua marah.
5. Tidak mengucapkan kalimat penghargaan
Dan
ketika anak melakukan sesuatu yang baik, orangtua menganggap bahwa hal
itu harus/sudah sewajarnya dilakukan anak, sehingga tidak ada kalimat
pujian.
6. Membuatkan keputusan untuk anak walaupun mereka sudah mampu memilih.
Dengan
melakukan hal ini orangtua menunjukkan rasa tidak percaya bahwa anak
mampu mengambil keputusan, dan tidak melatih anak untuk bertanggung
jawab atas pilihannya sendiri. Anak akan merasa bahwa suaranya tidak
penting untuk didengar, dan kemandiriannya sebagai individu ditiadakan.
7. Tidak berkomunikasi dengan anak
Banyak
orangtua jaman sekarang, yang karena tuntutan hidup harus bekerja,
sehingga kurang menghabiskan cukup waktu dengan anak-anaknya. Di saat
mereka punya waktu, biasanya mereka pergi atau nonton bersama tanpa
banyak berbicara dan banyak orangtua menganggap bahwa anak kecil belum
mengerti banyak hal, sehingga mereka tidak mengikutsertakan anak dalam
mendiskusikan banyak hal. Anak menjadi tidak terlatih untuk
menyampaikan maksud dan pikirannya.
Hal ini menyebabkan anak kehilangan rasa percaya diri dan yakin bahwa dirinya tidak punya hak untuk didengarkan
Akibat
dari kurangnya penghargaan dari orangtua, anak mencari cara untuk
meyakinkan dirinya bahwa orangtuanya masih peduli kepadanya. Mereka
mencari perhatian (yang dibaca oleh orangtua sebagai ‘berontak') dengan
cara membuat masalah atau enggan sekolah karena mereka tidak tahu
bagaimana mengekspresikan tekanan dan rasa frustrasi yang mereka
rasakan. Akibat lain adalah anak menjadi lebih ambisius dalam belajar
dan berusaha menjadi yang terbaik dalam nilai akademis. Mereka berharap
bahwa orangtuanya akan mengasihi mereka jika mereka memiliki nilai yang
bagus. Hal ini sangat menyedihkan karena kenyataannya orangtua tidak
pernah puas dengan apa yang mereka lakukan/ capai. Dan anak terus
berusaha mati-matian sampai akhirnya merasa putus asa. Kurangnya
penghargaan juga dapat muncul dalam bentuk yang lebih berbahaya, yaitu
anak memendam perasaannya dan menciptakan keyakinan bahwa mereka memang
tidak berharga dan tidak layak mendapat kasih sayang dari orangtua atau
dari siapapun. Mereka menjadi rendah diri dan bahkan membenci diri
sendiri karena mereka tidak mampu membuat orangtua menyayangi mereka.
Penghargaan
terhadap anak bukan didasarkan pada usia, jenis kelamin, kepandaian,
keahlian, atau tingkat kematangannya. Kita menghargai anak kecil
berdasarkan bagaimana Allah menghargai mereka. Setiap anak, betapapun
kecil, adalah pribadi yang berharga di mata Allah. Yesus menyatakan
penghargaan dan kesukaanNya akan anak kecil di dalam Yohanes 19 : 13-14
ketika murid-muridNya meremehkan mereka. Sama seperti kita sebagai
orang dewasa, keberhargaan anak ditentukan oleh penciptaNya.
Sebagaimana kita butuh merasa dihargai, demikian pula anak. Lihatlah
anak sebagai pribadi yang dikasihi dan dihargai Tuhan, sama seperti
Tuhan mengasihi dan menghargai kita. Sebesar apa Tuhan menghargai
mereka, sebesar itu pula kita perlu belajar menghargai mereka.
Anda
menunjukkan pengharagaan kepada anak anda dengan memberikan perhatian,
kasih sayang, penerimaan. Hargai anak anda dengan melihat betapa
berharganya ia di hadapan Allah dengan segala kebutuhan dan
perasaannya. Di balik kelalaian dan kesalahannya, anak anda sedang
mengalami pembentukan Tuhan untuk menjadi dewasa, maka bersabarlah dan
hargailah kesulitan yang dialaminya dalam menjalani proses pendewasaan
tersebut. Jadilah sahabat baginya dengan mendengarkan perasaannya
Ketika anak anda menceritakan apa yang terjadi di sekolah, nyatakanlah
antusiasme anda mendengarkan dengan memberikan perhatian yang tidak
teralihkan padanya. Dengan demikian ia akan melihat bahwa pengalaman
dan perasaannya penting bagi anda, dan ia merasa dihargai.
sumber: http://www.my-lifespring.com/artikel/menghargai_anak.php