Dunia kepemimpinan menggolongkan manusia ke dalam tiga kelompok, yaitu: (a) Pemimpin yang luar biasa, (b) Pemimpin yang baik, dan (c) Pengikut.
Sedangkan realitas kepemimpinan menggolongkan dua macam pemimpin, yakni "pemimpin sebagai BOSS" dan "pemimpin sebagai PELAYAN". Karakter dominan seorang pemimpin yang "luar biasa" adalah ambisi, memandu, determinasi, ulet, tabah. Pemimpin yang "baik" mempunyai karakter yang tulus, team player, sabar dan filosofis. Sedangkan "pengikut", kata kuncinya adalah: puas, kerja keras, tidak berambisi, dan tidak mementingkan diri sendiri. Mungkin Anda bukan pengikut, tapi pemimpin. Pemimpin sebagai boss bergantung kepada pengikutnya, sedangkan pemimpin sebagai pelayan akan menghidupi banyak orang karena ia memimpin dengan karakter, metoda dan prilaku kepemimpinan yang benar.
Kenneth Blanchard dan kawan kawan, dalam Leadership by The Book, mengungkapkan tiga aspek kepemimpinan yang melayani, yakni:
1. Karakter Kepemimpinan: "Hati Yang Melayani"
Kepemimpinan yang melayani dimulai dari dalam diri yang menuntut suatu transformasi hati dan perubahan karakter; kemudian bergerak ke luar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Identifikasinya adalah:
- Orientasi kepemimpinannya adalah melayani kepentingan pengikut dan publik yang dipimpinnya.
- Menurut John C. Maxwell, dalam Developing the Leaders Around You, “Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung dari kemampuannya untuk membangun orang-orang di sekitarnya, karena keberhasilan sebuah organisasi sangat tergantung pada potensi sumber daya manusia dalam organisasi tersebut. Jika sebuah organisasi atau masyarakat mempunyai banyak anggota dengan kualitas pemimpin, organisasi atau bangsa tersebut akan berkembang dan menjadi kuat”.
- Memiliki kasih dan perhatian kepada mereka yang dipimpinnya. Wujudnya adalah kepedulian akan kebutuhan, kepentingan, impian dan harapan dari mereka yang dipimpinnya.
- Akuntabilitas. Artinya seluruh perkataan, pikiran dan tindakannya dapat dipertanggungjawabkan kepada setiap anggota organisasinya dan publik.
Pemimpin yang melayani berarti pemimpin yang mau mendengar setiap kebutuhan, impian dan harapan dari mereka yang dipimpinnya, dapat mengendalikan ego dan kepentingan pribadinya melebihi kepentingan publik atau mereka yang dipimpinnya. Seorang pemimpin sejati selalu dalam keadaan tenang, penuh pengendalian diri dan tidak mudah emosi.
Aribowo Prijosaksono mengangkat istilah "Q-Leaders". Kepemimpinan Q yang memiliki empat makna, yaitu:
- Intelligence (seperti dalam IQ – Kecerdasan Intelektual, EQ – Kecerdasan Emosional, dan SQ – Kecerdasan Spiritual). Q Leader berarti seorang pemimpin yang memiliki kecerdasan IQ—EQ—SQ yang cukup tinggi.
- Quality, baik dari aspek visioner maupun aspek manajerial.
- Qi (bahasa Mandarin, chi, artinya energi kehidupan).
- Qolbu atau inner self. Dipopulerkan oleh Abdullah Gymnastiar sebagai qolbu. Seorang pemimpin sejati adalah seseorang yang sungguh-sungguh mengenali dirinya (qolbu-nya) dan dapat mengelola dan mengendalikannya.
Menurut John C. Maxwell, “satu-satunya cara agar saya tetap menjadi pemimpin adalah saya harus senantiasa bertumbuh. Ketika saya berhenti bertumbuh, orang lain akan mengambil alih kepemimpinan tersebut”.
2. Metoda Kepemimpinan: "Kepala Yang Melayani"
Seorang pemimpin sejati harus memiliki metoda kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang efektif. Banyak pemimpin memiliki kualitas dari aspek yang pertama, yaitu karakter dan integritas, tetapi ketika menjadi pemimpin formal, justru tidak efektif sama sekali. Metoda kepemimpinan tidak pernah diajarkan di sekolah-sekolah formal. Sebuah ulasan berjudul Can Leadership Be Taught, mengungkapkan ada 3 metoda kepemimpinan yang dapat diajarkan, yaitu:
- Visi. Visi memberikan energi, menciptakan realitas, informatif, menentukan fokus dan arah. Seorang pemimpin adalah inspirator perubahan dan visioner, yaitu memiliki visi yang jelas. Tanpa visi, kepemimpinan tidak ada artinya sama sekali. Ada dua aspek mengenai visi, yaitu visionary role dan implementation role. Artinya seorang pemimpin tidak hanya dapat membangun atau menciptakan visi bagi organisasinya tetapi memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan visi tersebut ke dalam suatu rangkaian tindakan atau kegiatan yang diperlukan untuk mencapai visi itu.
- Respon. Pemimpin harus selalu tanggap terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan dan impian dari mereka yang dipimpinnya. Selain itu selalu aktif dan proaktif dalam mencari solusi dari setiap permasalahan dan tantangan organisasinya.
- Performance Coach. Pemimpin harus memiliki kemampuan untuk menginspirasi, mendorong dan memampukan bawahannya dalam menyusun perencanaan (termasuk rencana kegiatan, target atau sasaran, rencana kebutuhan sumber daya, dan sebagainya), melakukan kegiatan sehari-hari (monitoring dan pengendalian), dan mengevaluasi kinerja dari anak buahnya.
3. Perilaku Kepemimpinan: "Tangan Yang Melayani"
Seorang pemimpin mempunyai 4 perilaku efektif, yaitu:
- Pemimpin bertekad memuaskan mereka yang dipimpinnya dan sungguh-sungguh rindu untuk memuaskan Tuhan. Dalam pikiran, perkataan dan perbuatan, lakukan seperti untuk Tuhan.
- Tidak mengabaikan kebutuhan spiritual. Kesuksesan duniawi harus dilengkapi secara rohani. Kekayaan dan kemakmuran adalah media untuk dapat memberi dan beramal lebih banyak. Apapun yang dilakukan bukan untuk mendapat penghargaan, tetapi untuk melayani sesamanya. Mengutamakan hubungan atau relasi yang penuh kasih dan penghargaan, dibandingkan dengan status dan kekuasaan semata.
- Belajar dan bertumbuh dalam berbagai aspek, baik pengetahuan, kesehatan, keuangan, relasi, dan sebagainya.
- Harmonisasi diri dengan komitmen untuk melayani Tuhan dan sesama melalui refleksi, doa, dan Firman Tuhan.
Sebagai refleksi kepemimpinan, Danah Zohar penulis buku Spiritual Intelligence: SQ the Ultimate Intelligence, mengatakan bahwa salah satu tolok ukur kecerdasan spiritual adalah kepemimpinan yang melayani. Pemimpin-pemimpin yang berhasil membawa perusahaannya ke puncak kesuksesan biasanya adalah pemimpin yang memiliki spiritualitas yang tinggi. Mereka biasanya adalah orang-orang yang memiliki integritas, terbuka, mampu menerima kritik, rendah hati, mampu memahami orang lain dengan baik, terinspirasi oleh visi, mengenal dirinya sendiri dengan baik, dan selalu mengupayakan yang terbaik bagi diri mereka sendiri maupun bagi orang lain.
Kepemimpinan dimulai dari dalam hati dan keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Perubahan karakter adalah segala-galanya bagi seorang pemimpin sejati. Tanpa perubahan dari dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa kerendahan hati, tanpa adanya integritas yang kokoh, daya tahan menghadapi kesulitan dan tantangan, dan visi serta misi yang jelas, seseorang tidak akan pernah menjadi pemimpin sejati. Oleh sebab itu, mulailah memimpin dengan sikap-sikap seperti: mawas diri, yakin, pengendalian diri, simpati, merasa memiliki, penatalayanan, dan bertahan.
Jika Anda termasuk pemimpin yang kompeten, memimpinlah dengan value yang relevan, yakni:
- Apresiasi,
- Harapan dan optimisme,
- Berikan pengetahuan dan cara-cara baru,
- Keteladanan,
- Inspirasi, dan
- Ketenaran.
Sola Gratia,
Riwon Alfrey
Comments
ijaL_Q
Fri, 30/05/2008 - 08:51 — Anonymousfrase SAKRAL VS SEKULER
pernah denger K
banyak kedapatan calon pemimpin yang trus membedakan ini
dalam hal ihwal, seseorang yang hidup dengan 2 topeng. Mereka akan terlihat sangat kudus dan suci saat berada dal gereja dan pelayanan. Tapi setelah keluar dan berada di dunia sehari- hari yang penuh dengan aktivitas duniawi maka mereka akan mengikuti arus dunia yang penuh dgn kata2 kotor, nafsu, keinginan daging.
In summary, I'm trust tahT"semua hidup kita ini harus sakraL
mengapa begitu, karena semua yang kita lakukan, omongkan, piokrkan , semuanya akan dipertanggungjawabkan di PERSIDANGAN AKHIR nanti
Firman Tuhan berkata,
@ jgn serupa dgn dunia ini, tp berubahlah oleh pembaharuan budimu
@ jgn mendua hati, seperti diombang- ambingkan ombak
be HIS SELF, who iz:
HE is PAPA JC