Hidup sebagai orang Kristen tidak berarti hidup tanpa persoalan. Pendek kata orang hidup selalu memiliki masalah. Yang akan dibahas disini adalah masalah keterbukaan dalam komunikasi. Banyak sekali masalah di dunia ini yang timbul karena masalah yang sepele, salah pengertian! Salah pengertian bisa timbul karena komunikasi yang salah dan salah satu faktor yang penting dalam berkomunikasi adalah keterbukaan. Kita bisa melihat akibat dari kesalahpengertian ini. Masalah yang sebenarnya sepele bisa menjadi masalah yang besar hanya karena sebab salah pengertian.
Problem ini bisa juga timbul di Gereja. Baik di antara sesama jemaat, jemaat dengan orang diluar gereja ataupun antara pemimpin gereja dan jemaat. Bukan itu saja, tanpa adanya keterbukaan, kita para pemimpin akan kesulitan dalam membantu dan memantau pertumbuhan rohani dari orang yang kita bimbing. Sebab itu keterbukaan adalah hal yang sangat penting untuk dimengerti, terutama untuk seorang pemimpin.
Jendela Johari
Dalam dua bukunya yang berjudul Community that is Christian dan A Trainning Manual for Small Group Leaders, Julie A. Gorman membahas lebih jauh tentang masalah ini. Julie membahas tentang jendela Johari yang diciptakan oleh Joseph Luft dan Harrington V. Ingham. Jendela Johari ini mencerminkan tingkat keterbukaan seseorang yang dibagi dalam empat kuadran, Kuadran-kuadran tersebut bisa dijelaskan sebagai berikut:
Menggambarkan keadaan atau hal yang diketahui diri sendiri dan orang lain. Hal-hal tersebut meliputi sifat-sifat, perasaan-perasaan, dan motivasi-motivasinya. Orang yang "Open" bila bertemu dengan seseorang akan selalu membuka diri dengan menjabat tangan atau secara formal memperkenalkan diri bila berjumpa dengan seseorang.
Disebut "Blind" karena orang itu tidak mengetahui tentang sifat-sifat, perasaan-perasaan dan motivasi-motivasinya sendiri padahal orang lain melihatnya. Sebagai contoh, ia bersikap seolah-olah seorang yang sok akrab, padahal orang lain melihatnya begitu berhati-hati dan sangat tertutup, tampak formal dan begitu menjaga jarak dalam pergaulan.
Ada hal-hal atau bagian yang saya sendiri tahu, tetapi orang lain tidak. Hal ini sering teramati, ketika seseorang menjelaskan mengenai keadaan hubungannya dengan seseorang. "Saya ingat betul bagaimana rasanya dikhianati pada waktu itu, padahal aku begitu mempercayainya". Luka hati masa lalunya tidak diketahui orang lain, tetapi ia sendiri tak pernah melupakannya.
Dikatakan "Unknown", karena baik yang bersangkutan, maupun orang lain dalam kelompoknya tidak mengetahui hal itu secara individu. Sepertinya semua serba misterius
Jendela Johari juga bisa menjelaskan tingkat keterbukaan seseorang terhadap dirinya sendiri maupun orang lain.
Orang tipe I:
Merupakan orang tipe paling tertutup. Tidak mau membuka dirinya keluar maupun menerima pendapat/masukan/feedback dari luar. Panggilan yang tepat untuk yang yang demikian adalah orang yang misterius.
Orang tipe II :
Merupakan orang yang menyembunyikan sebagian dari kebenaran tentang dirinya. Artinya ada hal-hal atau bagian yang dia sendiri tahu tapi orang lain tidak. Contohnya orang yang sakit hati dengan orang lain. Orang lain belum tentu tahu, tapi dia tahu.
Orang tipe III:
Merupakan orang yang buta. Disebut buta karena orang itu tidak tahu tentang sifat-sifat, perasaan-perasaan dan motivasi-motivasinya sendiri padahal orang lain melihatnya. Contohnya adalah orang yang sok akrab, padahal orang lain melihat dia sebagai seorang yang sangat berhati-hati dan tertutup, formal dan begitu menjaga jarak dalam pergaulan.
Orang tipe IV:
Merupakan orang yang terbuka. Terbuka kepada orang lain dan terbuka untuk orang lain menilai dan memberi masukan tentang dirinya.
Teladan Keterbukaan Yesus Terhadap Perempuan Samaria (Yohanes 4:1-42).
Yesus dalam percakapannya dengan seorang wanita Samaria, merupakan contoh masalah keterbukaan dari pandangan Alkitab.
Ada 12 hal yang bisa kita ambil pelajaran dari kisah ini:
Keterbukaan membawa berkat. Keterbukaan Yesus membawa perempuan Samaria juga terbuka kepada-Nya, yang menjadikan perempuan Samaria mampu bersaksi kepada publik. Yesus tidak langsung meminta perempuan Samaria itu untuk mengabarkan berita keselamatan kepada orang Samaria. Yesus secara pelan-pelan melayani perempuan Samaria itu sampai dia mengalami kebebasan melalui keterbukaannya. Setelah perempuan itu mengalami kebebasan, tanpa dimintapun dia bersaksi kepada orang lain.
Sebagai pemimpin tentunya kita ingin semua orang yang berada dibawah bimbingan kita bisa menjadi seperti orang tipe IV. Tetapi terkadang hal itu tidak terjadi dengan sendirinya. Kita telah belajar beberapa prinsip komunikasi dari Tuhan Yesus bagaimana Yesus mengubah seorang wanita Samaria kafir yang tertutup menjadi seorang perempuan Samaria percaya yang terbuka. Ini sungguh luar biasa.
Prinsip pertama yang dapat kita lihat adalah Yesus yang memulai membuka dirinya terhadap orang lain. Sebagai seorang pemimpin kita sendiri yang terlebih dahulu "berani" untuk membuka diri kepada orang lain.
Prinsip kedua, Yesus adalah seorang pemimpin yang penuh dengan integritas dan dapat dipercaya (Trustworthy). Tanpa kepercayaan kita tidak akan mungkin mendapatkan keterbukaan. Sebagai pemimpin semakin kita dipercaya semakin kita akan mendapatkan keterbukaan dari orang yang kita bimbing bahkan dari "seorang perempuan Samaria."
Diambil dari:
Nama buletin: Empowering, Mei-Juni 2001
Penulis : Daniel Kuswanto
Halaman : 6 dan 13