Judul Buku/Buletin | : Foundati |
Penulis/Narasumber | : Judy K. TenElsh |
Penerbit | : A BridgePoint Book |
Halaman | : 338 - 340 |
Tuhan memberi banyak karunia bagi gereja, salah satunya adalah karunia untuk saling menolong dan menasehati. Hal ini dinyatakan dengan jelas oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Roma, "Saudara-saudaraku, aku sendiri memang yakin tentang kamu, bahwa kamu juga telah penuh dengan kebaikan dan dengan segala pengetahuan dan sanggup untuk saling menasihati" (Roma 15:14). Dalam hal inilah konseling dimengerti sebagai pelayanan yang paling tepat dilakukan oleh gereja. Melalui pelayanan konseling seluruh jemaat (Tubuh Kristus) menjadi utuh karena masing-masing anggota berkarya dan berfungsi menjadi pelengkap bagi yang lain. Oleh karena itu setiap anggota seharusnya dapat menjadi konselor bagi yang lain.
Nah, bagaimana kita dapat mewujudkan hal ini menjadi kenyataan? Masih banyak anggota jemaat yang merasa bahwa pelayanan konseling hanya pantas dilakukan oleh gembala jemaat (pendeta) saja. Mungkinkah seorang Kristen awam menjadi konselor? Kalau ya, apakah kualifikasi yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang konselor Kristen yang baik? Untuk mendapat jawaban tsb., ikutilah pembahasan oleh Judy K. TenElshof berikut ini:
KUALIFIKASI SEORANG KONSELOR KRISTEN
Semua orang Kristen adalah pelayan dan mempunyai kemampuan untuk menolong proses pertumbuhan dan pemulihan rohani orang lain. Satu kualifikasi utama untuk melayani orang lain adalah menjadi manusiawi [human], dan oleh karenanya ia membutuhkan hubungan dengan orang lain. Kebutuhan terbesar dari jiwa kitalah yang membawa kita kepada Tuhan, karena hanya Dia satu-satu-Nya Pribadi yang mampu memenuhi kebutuhan jiwa kita. Seluruh sisa hidup kita selanjutnya akan digunakan untuk mengerjakan suatu proses yang membuat hidup kita bertumbuh, baik yang ada di dalam pikiran dan hati kita, ataupun yang ada di luar yaitu tingkah laku kita, agar menjadi semakin konsisten dengan status kita dalam Kristus. Orang-orang Kristen yang ada dalam Tubuh Kristus yang memiliki kekuatan/kelebihan dapat membantu mereka yang kurang/lemah sehingga seluruh Tubuh menjadi kuat. Pelayanan berbagi seperti inilah yang akan menimbulkan pengharapan dan janji.
Kualitas-kualitas lain yang harus dimiliki seorang Kristen yang berhikmat adalah, ia harus seorang yang:
1. mencari Allah
2. mengetahui kehendak Allah dalam hidupnya
3. mengetahui pentingnya doa
4. menghargai persekutuan dengan orang-orang saleh
5. memberitakan kebenaran Firman Tuhan.
Karakteristik-karakteristik ini harus ditemukan dalam kehidupan orang-orang Kristen, terutama sekali bagi mereka yang rindu untuk melayani orang lain dalam bidang konseling. Beberapa orang Kristen membangun kompetensi dan keahlian yang akan mengembangkan kemampuan mereka untuk menolong yang lain, namun keahlian-keahlian ini perlu diintegrasikan ke dalam pelayanan yang telah diberikan oleh Tuhan dan yang sudah seharusnya menjadi bagian dari "keimaman semua orang percaya".
Gereja membutuhkan semua orang percaya untuk turut ambil bagian dalam menjalankan fungsinya sebagai anggota Tubuh Kristus. Setiap orang percaya memiliki kekuatan, keahlian, karunia, kemampuan, dan kelemahan masing-masing sebagai bagian yang unik dari keseluruhan anggota tubuh. Setiap orang harus menyadari dalam hal apakah mereka mampu memberi dan dalam hal apakah mereka butuh untuk menerima. Tidak ada seorang pun dalam anggota tubuh yang melebihi yang lain sehingga ia merasa tidak membutuhkan yang lain. Sepintar, secakap, semampu apapun, kita semua membutuhkan persekutuan dengan orang- orang percaya yang lain.
Bagi anggota-anggota jemaat yang menerima karunia untuk menolong yang lain dan rindu untuk dilatih, ada sejumlah karakteristik- karakteristik lain yang tidak kalah pentingnya dengan apa yang telah disebutkan di atas:
Pelayanan konseling dalam jemaat (Tubuh Kristus) adalah tanggung jawab yang sangat besar. Sebelum seseorang masuk dalam pelayanan konseling, maka harus dipertimbangkan juga talenta apa yang dimilikinya, bagaimana dedikasinya dan juga persiapan apa yang dibutuhkan.
Penutup dari Redaksi
Latihan, pengetahuan dan pengalaman bertahun-tahun tidak cukup menjadikan seorang pendeta atau konselor menjadi seorang konselor Kristen yang baik. Banyak peristiwa dan masalah yang membuat para konselor harus mengakui akan ketidakmampuan mereka dan menyadari akan keterbatasan mereka sebagai manusia biasa. Jika mereka mulai menolong orang dengan kekuatan sendiri, sudah pasti mereka akan melakukan berbagai kesalahan (meskipun tidak selalu berakibat fatal). Oleh karena itu, hal yang paling penting yang menentukan keberhasilan seorang konselor adalah dengan bersandar pada kuasa dan hikmat Allah.