2. Ketidakjelasan Sintaksis
(a). Kolose 2:2-3
“Supaya hati mereka terhibur dan mereka bersatu dalam kasih, sehingga mereka memperoleh segala kekayaan dan keyakinan pengertian, dan mengenal rahasia Allah, yaitu Kristus, sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan.”
Teks bahasa Yunani yang perlu diselidiki adalah, “eis epignosin tou musteriou tou theou, Chistou.”
Bacaan ini muncul di versi P46 dan B, dan ditegaskan oleh Hillary, Pelagius dan Pseudeo-Jerome. Kodeks D dan beberapa tulisan Barat yang berotoritas lainya memberikan pemahaman yang sama dari bentuk “tou musteriou tou theou o estin Christos.” “rahasia Allah di dalam Kristus.” Tulisan yang berwibawa lainnya menghilangkan ‘Christou’ atau ‘Theou’, atau menyisipkan kata sambung ‘kai’, sehingga terjemahannya menjadi “The mystery of God and Christ.”
Pembacaan “The mystery of God and Christ” ini didukung oleh P46 dan B, dan diikuti oleh terjemahan modern, ARV. dan RSV. Tampaknya, terjemahan “The mystery of God and Christ”ini dianggap lebih baik.
T. K. Abbott, menjabarkan kesulitan tekstual dan sintaksis dari teks Kolose 2:2-3 ini sebagai berikut:
The different readings are as follow: -
(1). Tou theou. Without any addition. Db P 37 67 80 116. (2). Tou theou Christou. B. (3). Tou theou o estin Christos. D*. (4). Tou theou patros (add tou, A C4) Christou, a A C4, Vul. In Codd. Amiat. Fuld. f. Boh. (add Iesou). (5). To theou kai patros kai tou Christou, Ac two of Scrivener's MSS. And a corrector in the Harclean Syriac. (6). Tou theou patros kai tou Christou, 47 73, Syr-Pesh. (7). Tou theou kai patros kai tou Christou (Rec. Text), D3 K L most Cursives, syr-Harcl. (text), Theodoret, etc. Isolated readings are: - (8). Tou theou kai Christou, Cyril. (9). Tou theou en Christo, Clem. Alex. V. 10. 12, and with tou before en, 17. So Ambrosiaster. "Dei in Christo." Tou Christou in given by Tisch. From his MS. Of Euthalius, but with the remark, "sed non satis apparet." As far as documentary evidence goes (3) seems the best attested, and is probably the source of (5) (6) (7). But it is most probably an attemp to remove the difficulty of the simpler reading (1) or (2). O these (2) is preferred by the critics above named, as accounting for all the rest, (1) the witnesses fot which are later, being supposed to have originated from an attempt to remove the difficulty of the former reading. The sort reading, tou theou (1), would account for the others, but the attestation of it is not sufficiently early.
Ada tiga kemungkinan interpretasi tentang “to theou Christou,” “rahasia Allah Kristus,” ini, yaitu:
(1). Kristus adalah oposisi dari Allah Bapa atau paling tidak bergantung kepada Allah: “mengenal rahasia Allah, yaitu Kristus.”
Penafsiran ini menyebutkan Yesus adalah Allah, sebab tidak ada penulisan artikel sebelum sebutan Kristus, dan kedua kata benda disatukan. Namun bagaimana pun juga, dalam Perjanjian Baru tidak pernah ditemukan rumusan yang menyebutkan “Allah Kristus,” “The God Christ.”
(2). Bentuk genitif dari Kristus diisyaratkan kepada Allah: “rahasia Allah,” yaitu Kristus, “The mystery of the God of Christ.”
Secara gramatikal, tidak ada kesulitan dalam memahami teks ini, sebab kita dapat membandingkannya dengan Efesus 1:17: “Dan meminta kepada Allah Tuhan Kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar.” Dan, bandingkan juga dengan Kolose 1:3, “Kami selalu mengucap syukur kepada Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, setiap kali kami berdoa untuk kamu.”
(3). Kristus adalah isi dari rahasia Allah itu: “Supaya hati mereka terhibur dan mereka bersatu dalam kasih, sehingga mereka memperoleh segala kekayaan dan keyakinan pengertian, dan mengenal rahasia Allah, yaitu Kristus, sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan.”
Secara aktual, bacaan ini terdapat di Codek D, “tou theou ho estin Christos.” -- Sebuah bacaan yang merefleksikan interpretasi mula-mula. Dalam Codeks D ini, pokok kesulitan gramatikalnya adalah, jika Paulus hendak mengatakan, “Misteri yang ada di dalam Kristus,” seharusnya, ia menggunakan “tou theou ho estin Christos.” Dan tidak menggunakan “tou theou Christou.”
Kesulitan gramatikal ini tidak dapat diatasi. Karena itu, untuk memahami teks ini, pembaca harus mampu memahami konsep Paulus tentang “misteri,” sebagai panduan penafsirannya.
Jadi, penyelidikan Kolose 2:2 ini, interpretasi (2) dan (3) lebih baik dari pada interpretasi (1). Namun, teks ini kurang baik untuk pendiskusian tema sebutan Allah untuk Yesus.
(b). 2 Tesalonika 1:12
“Sehingga nama Yesus, Tuhan kita, dimuliakan di dalam kamu dan kamu di dalam Dia, menurut kasih karunia Allah kita dan Tuhan Yesus Kristus.”
Kata-kata penting dalam bahasa Yunaninya adalah “kata ten charin tou theou hemon kai kyriou Iesou Christou.”
Ada dua kemungkinan interpretasi, (1). “…apo theou hemon kai kyriou.” Ada juga yang menggantikan ‘hemon’ dengan ‘patros’, maka dibaca (2). “apo theou patros kai kyriou.”
Dalam teks ini sebutan ‘hemon’ dan ‘kyriou’ di bawah satu artikel, sehingga menyarankan pembacaan, “apo theou patros kai kyriou,” “Kasih karunia Yesus Kristus Allah kita dan Tuhan.” Tetapi, ungkapan semacam ini tidak lazim dalam pernyataan-pernyataan Paulus. Dalam beberapa kasus, sebutan ‘kyrios’ digunakan tanpa kata sandang yang mengacu kepada Yesus dan tidak diparalelkan. Bandingkan dengan teks 2 Tesalonika 3:4, 12; 1 Tesalonika 4:1, dst. Lagi pula, satu artikel dalam bentuk tunggal sepantasnya menunjukkan suatu perbedaan pribadi.
Jika obyek kalimat ini mengaplikasikan kesatuan secara kategorial, dalam hal ini “kasih karunia”; maka, interpretasinya adalah: (1). “Kasih karunia dari Allah kita dan Tuhan Yesus Kristus.” Atau (2). “Kasih karunia dari Allah kita dan dari Tuhan Yesus Kristus.”
Interpretasi pertama, “Kasih karunia dari Allah kita dan Tuhan Yesus Kristus,” memberikan sebutan Allah untuk Yesus. Tetapi, dalam teks bahasa Yunaninya, kata ‘kyrios’ tidak memiliki artikel, sehingga memberikan kesan bahwa dua genitifnya adalah terikat bersama dan ditentukan oleh satu artikel yang mendahului kata ‘theou’.
Jadi kemungkinan sebutan “Tuhan Yesus” secara bersamaan sebagai sebuah kalimat yang otomatis dipakai sebagai kesatuan yang terpisah dan dapat digunakan tanpa artikel.
Demikian juga dengan interpretasi kedua, “Kasih karunia dari Allah kita dan dari Tuhan Yesus Kristus.” Kata ‘hemon’ dalam teks Yunaninya ditulis secara terpisah menjadi dua sebutan. Sehingga, interpretasi ini menjadi tidak wajar. Argumentasi terbaik untuk interpretasi kedua ini bahwa “ho theos hemon”, “Our God,” muncul sebanyak empat kali di surat 1 dan 2 Tesalonika sebagai sebutan untuk Allah Bapa. Dan di dalam analogi ini “Allah kita” harus dibedakan dari “Tuhan Yesus Kristus”.
Mengenai kata sambung ‘kai’ di antara kata benda ‘Allah’ dan ‘Kristus’ adalah untuk mendemonstrasikan keilahian Kristus, sebagaimana yang terdapat di Titus 2:13 atau di 2 Petrus 1:1. Tetapi, tidak berarti bahwa secara kolektif sebutan ‘Allah’ dalam teks ini tanpa ragu ditujukan kepada Yesus?
Teks 2 Tesalonika 1:12 ini tidak mendukung sebutan Allah untuk Yesus. Lagi pula, para penafsir lebih cenderung membuat perbedaan antara “Allah” dan “Tuhan Yesus Kristus.”
(c). Titus 2:13
“…Dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus.”
Kata-kata Yunani utama di teks ini adalah: “Epiphaneian tes doxes tou megalou theou kai soteros.” Secara aktual, aplikasi dari kalimat ini adalah terhadap dua pribadi, yaitu, “Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita” atau satu pribadi, yaitu, “Allah kita yang Mahabesar dan Juruselamat?” Jika mengacu pada satu pribadi, maka itu adalah Kristus. Bandingkan dengan 1 Tesalonika 1:10, 2 Korintus 1:7.
Nuansa acuan Titus ini sebenarnya menghubungkan Allah dengan Yesus, tetapi sekali lagi ada banyak kemungkinan yang berbeda. Sebuah kemungkinan interpretasinya, adalah “Yesus Kristus Allah yang Mahabesar dan Juruselamat.” Dapat diterjemahkan menjadi, “Allah yang Mahabesar Juruselamat kita Yesus Kristus.”
Secara gramatikal, terjemahan ini mendukung penggelaran Yesus dengan gelar Allah. Seandainya Paulus ingin membedakan antara “Allah” dengan “Yesus”, maka ia seharusnya memakai kata sandang di depan kata “Allah” dan di depan kata “Yesus”. Sehingga, bacaan ini menjadi wajar, karena di dalam Titus 1:4 ada ungkapan “Allah Juruselamat kita.”
Ada tiga kemungkinan penafsirannya teks ini, yaitu:
(1). “Kemuliaan Allah yang Mahabesar dan dari Juruselamat kita Yesus Kristus.”
Interpretasi ini memisahkan antara “Allah Yang Benar” dengan “Juruselamat kita Yesus Kristus.” Interpretasi ini tidak sesuai dengan teks Bahasa Yunani. Teks Yunani menggabungkan dua sebutan, “theou kai soteros.”
Mungkin saja, tidak tersedianya artikel sebelum kata ‘soteros’ dalam teks ini merupakan kesengajaan, karena sebutan “Juruselamat kita Yesus Kristus” sudah menjadi formula pengakuan secara umum Gereja awal. Sehingga, secara otomatis, interpretasi ini dapat dianggap sebagai sebuah “konsep kesatuan yang terpisah” antara Allah Bapa dan Kristus. Namun, argumentasi ini menjadi tidak meyakinkan jika dikaitkan dengan 2 Tesalonika 1:12, dimana kata ‘hemon’ memisahkan “theou kai kyriou”.
Argumentasi untuk interpretasi Titus 2:13 yang diusulkan adalah, bahwa “pengarang ingin membicarakan dua penampakan kemuliaan, yaitu oleh Allah Bapa dan yang lainnya oleh Sang Juruselamat, Tuhan Yesus Kristus.” Tetapi, kesulitan muncul, ketika di seluruh Perjanjian Baru, tidak terdapat konsep efipania ganda.
(2). “Kemuliaan Allah yang Maha besar dan Juruselamat, yang mulia adalah Yesus Kristus.”
Interpretasi ini menggabungkan antara “Allah” dengan “Juruselamat”. Tetapi pengaplikasian sebutan ini mengacu kepada Allah Bapa. Yesus Kristus sebagai representatif personifikasi kemuliaan Allah Bapa dan diperlakukan sebagai genitif dalam keterangan tambahan.
Sebaliknya tidak ada keberatan pengaplikasian sebutan “Juruselamat” kepada Allah Bapa, seperti yang tertera di beberapa bagian lain dari surat Titus, misalnya di 1:3; 2:10; 3:4; yang menyebutkan “Allah Juruselamat kita” yang dikontraskan dengan sebutan “Yesus Juruselamat kita” (1:4; 3:6).
Walaupun demikian, tidak ada satupun maksud dari ide teks ini yang mengindentifikasikan Yesus adalah “kemuliaan Allah Bapa,” sebab Perjanjian Baru sendiri mengidentifikasikan Yesus sebagai “pembawa kemuliaan Allah.”
(3). “Kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus.”
Dalam Interpretasi ini terjadi penggabungan antara sebutan Allah dan Yesus yang adalah diberikan kepada Yesus. Bagian ini sangat jelas artinya di dalam Bahasa Yunani. Implikasi interpretasi ini berbicara tentang satu efipania, yaitu Yesus Kristus. Dan interpretasi ini sangat harmonis dengan beberapa referensi yang berbicara tentang efipania di beberapa surat Pastoral, misalnya, di 1 Timotius 6:14-15 dan 2 Timotius 4:1.
Sebutan “Juruselamat” adalah lebih baik ditujukan kepada Yesus dari pada kepada Sang Bapa; sebagaimana disarankan oleh Titus di 2:14. Karena dalam konteks teks ini, Titus sedang berbicara tentang pembebasan yang dilakukan oleh Yesus.
Jika ada interpretasi yang memberikan sebutan Yesus adalah Allah, maka perlu pertimbangan lebih lanjut. Karena di pihak lain, terutama surat pastoral, seperti di 2 Timotius 2:5, ada suatu perbedaan jelas antara antara Allah Bapa dengan manusia Yesus Kristus. Pertimbangannya adalah, bahwa dalam Injil Sinoptik sebutan Yesus selalu “dibedakan” dengan sebutan untuk Allah Bapa.
Meskipun penyelidikan teks Titus 2:13 secara gramatikal mendukung sebutan Allah mengacu kepada Yesus. Namun, acuan dari penggelaran Allah dalam teks ini masih dalam perdebatan dan kecenderungan para ahli adalah memisahkan “tou megalou theou” dari “soteros hemon”.
Dengan demikian, sulit untuk mengambil keputusan yang definitif dari ayat ini untuk mndukung sebutan ke-Allah-an Yesus. Tetapi, ada “kemungkinan” bahwa Yesus dipanggil sebagai “Allah” dalam teks ini.
(d). 1 Yohanes 5:20
“Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal yang benar; dan kita ada di dalam yang benar, di dalam Anak-Nya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal.”
Kalimat pertama sangat jelas, bahwa “ho alethinos”, “Dia yang benar”, adalah Allah Bapa, termasuk kesaksian beberapa teks yang mengklarifikasikan kalimat pertama, “Dia yang benar” dengan menambahkan “Allah” sebagai kombinasinya. Sehingga interpretasinya menjadi, “…pengertian untuk mengenal Allah yang benar.” (Yoh. 17:3).
1 Yohanes 5:20 ini adalah yang pertama menegaskan bahwa Anak Allah sudah datang dan memungkinkan manusia untuk mengenal “Dia yang benar” dan orang percaya tinggal di dalam Bapa dan Anak. Masalah sintaksis muncul pada bagian kedua dari kalimat ini, “houtos estin ho alethinos theos.” Kepada siapakah istilah ‘houtos’ ini ditujukan?
Menurut C. H. Dodd, sebutan ‘houtos’ umumnya dianggap sebagai referensi Pengajaran Kerasulan. Sangat mungkin ‘houtos’ ini menunjuk kepada “Yesus Kristus” atau “Dia Yang Benar”. Dalam kasus ini, Yesus Kristus disebut “Allah”. Namun, jika "Dia Yang Benar" adalah acuan dari “ho alethinos”, maka diduga, bahwa “houtos estin ho alethinos theos” mengacu kepada Dia, Sang Bapa. Lagipula, di Yohanes 17:3, ungkapan “ho monos alethinos theos” mengacu kepada “Allah Bapa” bukan kepada “Yesus Kristus”.
Terminologi penting yang didapat dari dua predikat dalam ayat ini, yaitu ungkapan “hidup kekal” yang muncul dua kali di Yohanes 11:25 dan 14:6. Yesus Kristus disebut “hidup”, sedangkan Sang Bapa tidak pernah. Namun, Yohanes 6:57 berbicara Bapa yang hidup dan membuka lebih jelas lagi bahwa Sang Bapa adalah sumber hidup dari hidup Sang Anak.
Terminologi yang paling jelas dalam tulisan Yohanes, termasuk dalam teks ini yaitu, bahwa Sang Anak dan Sang Bapa sama-sama disebut “Yang Hidup” dan kadang-kadang juga disebut “Terang”; yakni, di 1 Yohanes 1:5 dan Yohanes 8:12.
Mungkin saja, predikat “hidup kekal” lebih memperjelas subjek kalimat dalam teks ini, yakni Tuhan Yesus Kristus. Sebab hanya delapan ayat sebelumnya, di Yohanes 5:12, Yohanes menuliskan, “Siapa memiliki Anak, ia memiliki hidup.”
Seorang ahli, Schnackenburg, memberikan sebuah komentar yang baik berkenaan dengan teks ini.
“Dia yang benar” mengacu kepada Yesus Kristus. Kalimat pertama di Yohanes 5:20 akhir, mencatat bahwa percaya di dalam Allah Bapa, “Dia yang benar” dikarenakan kita tinggal di dalam Anak-Nya Yesus Kristus, mengapa? Karena Yesus Kristus adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal.”
Pertimbangan interpretasi Schnackenburg ini sangat persuasif dan meyakinkan, oleh sebab itu, satu kemungkinan bahwa 1 Yohanes 5:20 ini menyebut Yesus Kristus dengan sebutan Allah. Atau, ada kemungkinan paralel, jika “to alethinos” merujuk kepada Kristus, maka sebutan itu juga aplikatif bagi Sang Bapa.
(e). Roma 9:5
“Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaan-Nya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!”
Interpretasi teks ini termasuk yang sangat sulit dibanding teks-teks yang lainnya dalam Perjanjian Baru. Secara tekstual, dukungan manuskrip untuk teks ini sangat kurang. Dalam manuskrip asli teks ini tidak menggunakan tanda baca. Oleh sebab itu kesulitan untuk memahami teks ini terletak pada tidak adanya penggunaan tanda baca tersebut.
Masalah sintaksis dalam penelitian kalimat di teks ini adalah, apakah Kristus yang dimaksud sebagai Allah atau apakah Paulus bermaksud memulai kalimat baru dengan kata Allah? Karena rumitnya masalah teks ini, maka para ahli menyarankan beberapa alternatif interpretasinya.
Misalnya, menurut T. K. Abbott.
(1). Penempatan “tanda koma” (,) sesudah kata ‘sarka’ dan acuan seluruh teks ini adalah Kristus. Bandingkan dengan RV: “To them belong the patriarchs, and of their race, according to the flesh, is the Christ. God who is over all be blessed for ever. Amen.”
(2). Penempatan “tanda titik” (.) sesudah kata ‘sarka’ dan pembacaannya adalah, “He who is over all is God blessed for ever”, atau “Is blessed for ever.”
(3). Atau dengan penempatan tanda baca yang sama, dapat dibaca, “He who is over all is God blessed forever.”
(4). Penempatan “tanda koma” (,) sesudah kata ‘sarka’ dan “tanda titik” (.) sesudah kata ‘panton’, bacaannya menjadi, “who is over all. God be (is) blessed for ever.”
Menurut R. Brown, ia berupaya memberikan kemungkinan peletakan tanda baca untuk teks ini, sebagai berikut:
(1). “Tanda titik” (.) harus diletakkan sesudah kata ‘sarka’ sebagaimana terdapat dalam kodeks Efraem.
Jadi kalimat seperti berikut, “He who is God over all (is) blessed forever,” atau “He who is over all is God blessed forever.” Dengan demikian, penjabarannya menjadi sebuah Doksologi yang secara independen merujuk kepada Allah Bapa.
(2). “Tanda titik” (.) harus diletakkan sesudah kata ‘phanton’, dengan “tanda koma” (,) sesudah ‘sarka’. Maka dibaca, “…the Christ according to the flesh, who is over all. God be (is) blessed forever.”
(3). “Tanda titik” (.) harus diletakkan pada akhir kalimat dan sesudah kata ‘aionas’, ’forever’, satu “tanda koma” sesudah ‘sarka’. Maka dibaca, “…the Christ according to the flesh, who is over all, God blessed forever.”
Berarti dalam model kalimat semacam ini, Paulus hendak menunjuk Yesus dengan sebutan Allah. Secara gramatikalnya interpretasi bacaan ini adalah jelas.
D. Guthrie, berpendapat bahwa sebutan Allah ini mengacu kepada Yesus, dengan alasan:
(1). Doksologi penutup biasanya akan menempatkan kata diberkati, ‘eulogetos’ pada permulaan kalimat dan bukan pada akhir.
(2). Paulus, biasanya menghubungkan Doksologi dengan orang yang disebut sebelumnya. Bandingkan dengan Roma 1:26.
(3). Bentuk partisif ‘on’ akan berlebihan jika kata-kata penutup adalah Doksologi kepada Allah tetapi tidak demikian jika ditujukan kepada Kristus yang mendahuluinya.
(4). Mengutip O. Culmann, yang menganggap bahwa Doksogi itu adalah untuk memuji Yesus. Jadi, kemungkinan sebutan gelar Allah dalam teks ini menunjuk kepada Yesus atau kepada Bapa. Pernyataan ini didukung oleh Cranfield, Fitzmeyer, Sanday dan Headlam, dan Dunn. Brown, telah mengklasifikasikan beberapa argumentasi para ahli tersebut ke dalam dua kelompok. (1). Mendukung bahwa ayat ini mengacu kepada Yesus bergelar Allah. Dan (2). Mendukung bahwa teks ini merujuk kepada Allah Bapa berdasarkan analisa eksegesis.
Masalah peletakkan tanda baca dalam teks ini yang terkesan sulit, sehingga tidak mungkin memberikan interpretasi yang meyakinkan. Selain itu, usulan interpretasi para ahli juga sangat beragam. Jika demikian, lebih baik teks ini dianggap sebagai bagian yang tidak mendukung penelitian tema ini, karena sulit untuk menetapkan arah rujukannya; apakah kepada Sang Bapa atau sang Anak.
Walau demikian, di luar tema penelitian ini, interpretasi yang patut dipertimbangkan adalah, bahwa teks Roma 9:5 merupakan pengungkapan suatu keagungan Allah dalam posisi-Nya yang terpuji. Dasarnya adalah, dalam konsep Paulus, pengakuan tentang keailahan Kristus mengandung arti bahwa Kristus memiliki bersama Allah nama dan kekudusan dan kuasa dan kemuliaan dan kekekalan Tuhan Yang Esa.
(f). 2 Petrus 1:1
“…kepada mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh iman oleh karena keadilan Allah dan Juruselamat kita, Yesus.”
Kata Yunani yang penting adalah “en dikaiosyne tou theou hemon kai soteros Iesou Chistou.” Permasalahan sintaksisnya hampir sama dengan di 2 Tesalonika 1:12 (di atas). Teks ini diterjemahkan, “…Kasih karunia Allah kita dan Tuhan Yesus Kristus.”
Bacaan yang membedaan antara Allah Bapa dengan Yesus Kristus, Sang Anak. Jika mengikuti prinsip analogi, maka dapat diterjemahkan: “Keadilan Allah dan Juruselamat kita.” Tetapi 2 Petrus 1:1 ini menyajikan kontruksi paralel yang memungkinkan kita untuk beranggapan bahwa maksud pengarang bagi kedua sebutan, “Allah” dan “Juruselamat” adalah merujuk kepada Yesus. Karena dalam teks 2 Petrus 1:11, dibaca, “basileian tou kyriou hemon kai soteros Iesou Christou,” ”…Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.”
Tidak ada keraguan bahwa “Tuhan” dan “Juruselamat” merupakan sebutan untuk Yesus dan sangat logis untuk penafsiran 2 Petrus 1:1 ini, yaitu berdasarkan analogi dari 2 Petrus 1:11.
Teks ini dapat saja diklasifikasikan ke dalam kelompok teks yang jelas menyebutkan Yesus dengan gelar Allah. Tetapi, masalah sintaksisnya masih dalam perdebatan. Itulah sebabnya, beberapa ahli, misalnya Guthrie, tidak dapat memutuskan rujukan sebutan Allah ini, “apakah menyinggung keilahian Kristus atau tidak!”
Demikian,
Sola Gratia,
Riwon Alfrey
Comments
Thomas menjawab Dia Ya Tuhanku dan Allahku.
Tue, 27/10/2009 - 19:45 — YudiBro, Riwon Alfrey yang baik, syallom....!!
Betapa Tinggi, lebar, panjang dan dalamnya uraian2 kamu saya sangat bangga membacanya semoga kamu terus berkarya agar kemuliaan Allah kita dalam Kristus Yesus Tuhan semakin bersinar....!
ada satu ayat andalan saya ketika orang2 mempertanyakan kristus apakah Dia itu Allah? yakni Yoh 20:28 "Thomas menjawab Dia ya Tuhanku dan Allahku!" tolonglah di "kupas Tuntas" ayat ini dari terminologi apa saja, maklum Yudi hanya orang awam doang...!
Menurut Yudi.... di kitab Kejadian 1:26 Allah saat menciptakan manusia Dia berdiskusi dengan dirinya sendiri dan berfirman BAIKLAH KITA MENCIPTAKAN MANUSIA MENURUT GAMBAR DAN RUPA KITA, ini menunjukkan saat penciptaan ada Bapa yang memutuskan segala sesuatu ada Roh Kudus dan Firman-Nya (menurut saya inilah Tubuh Fisik Allah} jika kita meminjam istilah kaum muslim Dia disebut DZAT yang menciptakan manusia.
Seruan Thomas saat ditanya oleh Yesus dalam Yoh 20:28 YA TUHANKU DAN ALLAHKU tidak menyebabkan Tuhan Yesus mencak2 memarahi Thomas, justru pengakuan inilah yang membukakan kenyataan yang sesungguhnya yang hendak dinyatakan Yesus tentang diriNya (hanya tertahan oleh keberatan2 hati manusia yang apabila Dia mengatakan dengan terus terang bahwa Dialah Mesias yang setara dan sehakekat dengan Bapa, akan langsung menolak Dia). Pada Ayat selanjutnya (Yoh 20:29)Yesus berkomentar lain dari keharusan (menegur Thomas)" Karena Engkau telah melihat Aku maka Engkau Percaya, berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya".
Bro, Riwon semoga Bro bersedia mengupas ayat ini di saat mendatang biar kemuliaan Kristus bersinar dihati semua orang Percaya maupun yang belum percaya karna semua lidah mengaku dan segala lutut bertelut Yesus Kristus adalah Tuhan bagi kemuliaan Allah Bapa. Gad Bless You, Syallom Elohim.