Selain dari alasan itu, Lampat tidak suka sekolah. Lampat sering diomelin ibu guru, karena Lampat terlalu pintar, yang ditanya teman Lampat..eh malah Lampat yang menjawab. Lampat sedih, sekolah tidak menghargai para siswa-siswinya berdasarkan talenta mereka, tetapi hanya berdasar nilai yang ada. Yang memiliki nilai tinggi dan alim dikelas selalu disayang dan jadi anak emas. Pada sisi yang lain anak-anak perusuh "digaploki". Anak-anak tidak diharagai sebagaimana seharusnya. Sekolah malah cenderung menjadi tempat penghukuman dan pembunuhan kepribadian.
Memang banyak anak-anak yang suka sekolah, mereka suka struktur dan koordinasi terarah. Kalau disuruh mandiri dan mengembangkan kreatifitas mereka justru bingung.
O.. iya, sekolah juga mengajarkan anak-anak menghafal, bukan mengembangkan konsep berpikir. Pernah ingat soal peta buta ? soal peta buta adalah soal yang aneh. Karena kita secara tidak karuan disuruh mengahafal hal-hal konyol. Pada kenyatannya kita tinggal buka peta saja untuk mencari lokasi suatu tempat. Itu adalah salah satu contoh kebingungan-kebingungan Lampat tentang pelajaran sekolah.
Yang lucu dari sekolah juga para guru hebat dalam berteori, tapi nihil pada praktek. Misalnya saja guru-guru ekonomi, yang pandai menjabarkan teori, tetapi hidupnya selalu pusing dengan masalah ekonomi we he he he.
Leonardo Davinci, Albert Einstein, Thomas Edison. Mereka adalah jenius murni bebas label sekolah. Robert Kiyosaki juga tidak suka sekolah, sekolah tempat paling membosankan di dunia bagi aliran mereka ini.Aliran mbeling nyelenih mega kreatif.
Merombak sistem pendidikan yang ada apa tampak berlebihan ? Apa konsep sekolah Multiple Intelligence bisa menjadi jawaban agar para murid bisa lebih bahagia dan tidak mau pulang dari sekolah (waw keren)
Pelajaran ala Lampat:
Banyak hal-hal yang ada dibiarkan sebagaimana adanya bukan karena hal-hal tersebut memang sudah baik dan sudah berada pada tempat yang seharusnya. Tetapi lebih kepada budaya senioritas klasik yang sensitif untuk dipertanykan oleh generasi-generasi muda.
Berbahaya sekali jika hal ini juga membudaya. Jadi cobalah kembali menanyakan berbagai hal yang diterima begitu saja tanpa pernah ada yang mempertanyakannya.Sehingga tidak menimbulkan efek bom waktu yang BERBAHAYA!!
Comments
Cailah .... Lampat Mantap
Thu, 28/08/2008 - 09:14 — lanskipWaw ... Lampay nyleneh tapi tulisannya bagus ya ....
Bener Lanf@t, Lancip setuju dengan kata-katamu yang ini:
Banyak hal-hal yang ada dibiarkan sebagaimana adanya bukan karena hal-hal tersebut memang sudah baik dan sudah berada pada tempat yang seharusnya. Tetapi lebih kepada budaya senioritas klasik yang sensitif untuk dipertanykan oleh generasi-generasi muda.
Tapi Lancip kurang setuju dengan tulisanmu yang agak menekankan bahwa sistem pendidikan yang ada sekarang harus dibenahi .... Seperti katamu Lampat, Lancip juga sadar kalau setiap anak berbeda ...
Jadi kata-katamu yang ini:
Apa konsep sekolah Multiple Intelligence bisa menjadi jawaban agar para murid bisa lebih bahagia dan tidak mau pulang dari sekolah (waw keren)
dianggap Lancip kurang universal, tidak semua murid butuh konsep sekolah Multiple Intelligence.
Jadi, menurut Lancip, akan lebih benar jika kata-katanya seperti ini: Mungkin konsep sekolah Multiple Intelligence bisa menjadi jawaban untuk para murid perusuh dengan megakreativitas bisa lebih bahagia dan tidak mau pulang dari sekolah (waw keren) dan jadi orang yang berguna (amin)
Memang Leonardo Davinci, Albert Einstein, Thomas Edison berhasil meski tidak mengenyam sekolah seperti yang sekarang ini ada, tapi banyak juga yang berhasil setelah mengenyam dan merasakan sistem pendidikan yang ada kini.
Menurut Lancip, jalan keluarnya adalah memberi dan menyediakan fasilitas dan sistem pendidikan untuk memenuhi kebutuhan setiap murid yang pasti berbeda
Ada Lanflat dengan si Lampat, ada Lanskip dengan si Lancip, wuakaka ... lucu sekali
Oke cip
Thu, 28/08/2008 - 15:26 — LanFlAt TreemakaZZiSip..sip cip, semoga usul kita ditampung DEPDIKNAS
LanFlAt
status
Thu, 28/08/2008 - 16:10 — setyawatiAda kalanya terlintas di benakku untuk berasumsi bahwa seseorang mau bersekolah hanya untuk mendapat uang saku, daripada nganggur, dan mendapat status. Saat melihat kenyataan yang mendukung pendapatku aku sering bertanya, "Mau jadi apa Indonesia?"
Tapi kalo bisanya cuma ngritik ya sama aja bo'ong! Jadi gimana ya...?
Ya...sebisa-bisanya membantu "Indonesia" untuk tidak semakin terpuruk dalam kebodohan laaah.
Misalnya membantu anak-anak untuk terbiasa membaca, membantu mereka yang tidak mampu bersekolah dengan memberi mereka pelajaran keterampilan dan sebagainya saya rasa lumayan bermanfaat. Gimana?
Ayo....belajarrrrrrrr!!!!!!
Ayo....sekolahhhhhhhh!!!!!!! :D
Gairah pendidikan
Thu, 28/08/2008 - 16:42 — LanFlAt TreemakaZZiJadi gimana nih mbak setyawati ? mengenai gairah pendidikan di negeri ini baik bagi pendidik maupun terdidik. Lebih baik trial and error daripada error terus. Jadi mari kita sama-sama berinovasi
LanFlAt
@LanFlAt: opiniku
Fri, 29/08/2008 - 13:56 — setyawatiYa...gairah pendidik maupun yang terdidik mayoritas lagi mengalami letih lesu loyo bin nglokro.
Namun, meskipun begitu masih ada juga kok beberapa gelintir orang yang masih 'concerned' dengan pendidikan. Nurutku kita bisa ngembangin home schooling/program belajar bersama yang kita bina sama-sama dengan mengajak para dermawan untuk ambil bagian dalam penyediaan dana untuk menyediakan alat tulis maupun buku-buku pengetahuan. Paling tidak untuk mereka yang ada di sekitar kita.
Kalo tentang pendidik yang "kurang punya niat" untuk menjadikan anak didiknya tambah pintar ya saya cuma mau mengingatkan mbok yao jangan gitu-gitu amat. Bagi para pendidik yang sudah meti-matian mentransferkan ilmu, pengetahuan dan keterampilannya...atas nama anak didik saya mengucapkan banyak terima kasih.
Ibu Guru Setya
Fri, 29/08/2008 - 15:49 — LanFlAt TreemakaZZiHome Schooling, pernah denger di radio. Bagus tuh,tapi disini masih baru ya?
Ibu setya ada linknya buat home schooling ?
konsep, dasar pemikiran, dan sejarahnya kalo bisa sekalian.
Semoga bermanfaat bagi nusa dan bangsa
LanFlAt
Prince_NeckTie:Opiniku.....
Thu, 04/09/2008 - 09:35 — AnonymousWah...aku setuju dengan mas Lampat....Percumah kita ke sekolah kalo hanya disuruh menghapal,menghapal dan menghapal aja.Toh di buku juga ada bab itu dan kita juga beli buku itu...Jadi ngapain dihapal?Cuma buang-buang energi aja khan????
Yang perlu ditransformasikan di Indonesia adalah kurikulumnya....Jujur kurikulum di Indonesia jauh dengan standar internasional.Pengalamanku sekolah di sekolah bertaraf internasional (Katanya), tapi pada saat temanku ingin masuk ke salah satu PT di Singapura,banyak soal tes yang tidak di ajarkan di Indonesia...... Pemerintah kita latah dalam hal pendidikan.Pada saat kita study banding tentang pendidikan di Australia,pemerintah kita hanya melihat dari luar,misalnya kelas internasional harus formatnya moving class,harus ada proyektor untuk presentasi,dll..tapi mereka tidak pernah bertanya kurikulum apa yang dipake sehingga pendidikan di sana bisa maju?
home schooling
Thu, 04/09/2008 - 15:15 — setyawatiDi sini baru? Udah lama kali... Di sini Anda di mana? Saya baru belajar dari kak Seto dan Shelomitha yang sudah mempraktekkan ini. Nah, maksud saya itu bukan home schooling yang dipake untuk kalangan jetset berhubung dana untuk membuat kurikulum sekelas itu ngga sedikit. Jadi intinya kita buat taman belajar untuk kalangan ekonomi menengah ke bawah atau bawah sekalian. Pokoknya mengajarkan sesuatu yang bermanfaat bagi anak-anak di sekitar kita. Begitu..
Barangsiapa setia dalam perkara kecil, kepadanya akan dipercayakan perkara yang besar.
Let's do our best, bro... :)