1. Kehendak manusia tidak ada hubungannya dengan keselamatan.
Yoh
1:12-13 "Tetapi semua orang yang menerimaNya diberiNya kuasa supaya
menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya;
orang-orang yang tidak diperanakkan bukan dari darah dan daging, bukan
pula secara jasmani oleh keinginan laki-laki, melainkan dari Allah."
2. Roma 9:16 “Hal itu tidak bergantung kepada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah”.
Dalam
konsep Kalvinis, bahwa kelompok orang yang percaya akan adanya kehendak
bebas manusia untuk percaya dan menolak Yesus mengajarkan Synergisme,
atau kerja sama antara Allah dan manusia supaya manusia selamat.
Konsep
Total Depravity Kalvinisme bukanlah meninggikan Allah, tetapi
merendahkan Allah. Karena dalam konsep Kalvinis manusia itu tidak
bebas, maka konsekuensinya manusia itu sama dengan robot. Seolah-olah
Allah sedang berurusan dengan robot yang harus mengerti dan memuliakan
Dia. Apakah Allah memberi tanggungjawab moral kepada robot? Atau
bagaimana mungkin Allah meminta pertanggunganjawab dari mayat yang
jelas-jelas tidak bisa mendengar, merasa dan berkomunikasi.
Sebenarnya Kalvinis sedang mengajarkan TOTAL INABILITY,
yakni ketidakmampuan total dari manusia. Total Depravity memang
diajarkan Alkitab. Roma 3:10”tidak ada yang benar, seorangpun tidak.”
Tetapi Alkitab tidak mengajarkan ketidakmampuan total yang Kalvinis
ajarkan. Mereka sering memanipulasi Pengkotbah 7:20 “sesungguhnya di
Bumi tidak ada orang yang saleh, yang berbuat baik dan tak pernah
berbuat dosa.” Ayat ini memang benar tidak ada kesalahan di dalamnya.
Tetapi kesalehan dan perbuatan baik yang Pengkotbah maksud adalah
kebenaran manusia yang mampu membenarkan dirinya di hadapan Allah
sehingga ia layak menerima keselamatan atau layak masuk Sorga.
- Dalam
Alkitab banyak referensi yang mana manusia mampu melakukan yang baik,
bukan hanya bisa melakukan hal yang bobrok saja. Hal ini sangat
didukung Alkitab dan pengalaman hidup manusia sehari-hari. Contoh nyata
adalah orang Muslim, Budha, Hindu, mereka tidak melakukan pemerkosaan,
perampokan, pembunuhan, tindakan yang anarkis setiap hari atau setiap
waktu. Mereka masih melakukan hal-hal yang benar dan positif secara
manusia. Ini membuktikan, bahwa manusia yang bukan pilihan bisa
melakukan perbuatan yang baik. Jadi manusia itu tidak mati total
seperti mayat dalam konsep Kalvinis. Bukan berarti manusia tidak bisa
berbuat baik. - Dalam Luk 6:33 “sebab jika kamu berbuat baik
kepada orang yang berbuat baik kepadamu, apakah jasamu? Orang-orang
berdosapun berbuat demikian.” Dalam konteks nats ini, Tuhan Yesus
membuat perbandingan etika orang yang percaya dengan yang tidak. Dan
dalam pernyataan yang tegas, bahwa orang jahat saja bisa melakukan
perbuatan yang baik. Mungkin dapat kita ambil contoh seorang perampok
yang menolong temannya di rumah sakit yang sedang sekarat dengan
membiayai seluruh pengobatannya. Bukankah ia sedang melakukan tindakan
kemanusiaan? Atau contoh klasik dalam dunia perfilman pahlawan Robin
Hood yang merampasi orang-orang kaya dan membagi-bagikan hasilnya
kepada orang miskin. Bukankah dia menjadi dewa penolong di dalam benak
orang-orang yang ia tolong? Dan dalam ayat ini Tuhan menjelaskan, bahwa
orang orang berdosa sama dengan orang yang tidak percaya kepada Allah,
tetapi masih bisa melakukan hal baik, bukan yang bobrok melulu. - Dalam
Matius 7:12 “apa yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu,
perbuatlah demikian juga kepada mereka” dalam ayat ini juga Tuhan
sedang berbicara di dapan umum yang sebagian besar adalah orang-orang
yang tidak percaya, bahkan kelak akan menyalibkan Dia. Tuhan menghimbau
untuk melakukan hal yang baik, agar datang yang baik. Tentu Tuhan tidak
akan memerintahkan hal demikian jika manusia tidak sanggup untuk
melaukan hal yang baik. Tentulah Allah tidak akan memerintahkan manusia
secara umum berbuat baik kepada sesama, jikalau hanya orang pilihan
saja yang mampu melakukan yang baik dan benar.
Dalam hal
ini, Kalvinis salah mengerti ayat-ayat dalam Roma 3:10 dan Pengkotbah
7:20. Memang manusia tidak dapat membenarkan dirinya di hadapan Allah
dengan segala perbuatan baiknya. Kalvinis sepertinya tidak bisa
membedakan:
- Ada perbuatan benar
- Ada perbuatan yang membenarkan