Yang Menyelamatkan Nyawa akan Kehilangan Nyawa

Yang menyelamatkan nyawa akan kehilangan nyawa

(Kejadian 17:1-7, 15-16, Mazmur 22:23-32, Roma 4:13-25, Markus 8:31-38)

Sebuah tindakan iman telah dilakukan Abraham. Ia menyadari bahwa sumber pertolongan, kesejahteraan, kedamaian dalam kehidupannya bukanlah semata-mata berangkat dari apa yang dimilikinya saja. Allah-lah “Yang Maha Kuasa”! Bukan dirinya sendiri. Di dalam segala kerinduan terdalamnya, Abraham didatangi Allah yang menyelamatkannya (Kejadian 17:1-7, 15-16). Allah tidak pernah memandang hina ataupun merasa jijik melihat kesengsaraan orang yang tertindas, Allah tidak akan menyembunyikan wajah-Nya, Allah mendengar ketika orang itu berteriak minta tolong kepada-Nya (Mazmur 22:25).

Menurut Paulus, tindakan Abraham yang memberi diri dan percaya kepada Allah sebagai sumber pertolongan dan kehidupan, sungguh menyenangkan Allah. Kepada jemaat Roma Paulus berkata: Ia percaya sekali bahwa Allah dapat melakukan apa yang sudah dijanjikan-Nya. Itu sebabnya Abraham diterima oleh Allah sebagai orang yang menyenangkan hati Allah. Perkataan "diterima sebagai orang yang menyenangkan hati Allah" tertulis bukan hanya untuk Abraham sendiri saja, tetapi juga untuk kita. Kita juga akan diterima sebagai orang yang sudah menyenangkan hati Allah, karena kita percaya kepada Allah yang menghidupkan Yesus, Tuhan kita, dari kematian. Yesus itu sudah diserahkan untuk dibunuh karena dosa-dosa kita; lalu Ia dihidupkan kembali oleh Allah untuk memungkinkan kita berbaik kembali dengan Allah. (Roma 4:21-25, BIS-LAI)

Allah, memberikan Yesus untuk menanggung dosa manusia.Manusia, tidak akan pernah bisa menyelamatkan dirinya sendiri! Petrus kelihatannya tidak mampu mengerti ini dengan jelas. Petrus hanya melihat separuh saja kebenaran yang disampaikan Yesus. Begitu mendengar kata “banyak penderitaan, ditolak, dibunuh” dengan segera Petrus menarik dan menegor Yesus. Seperti kebanyakan orang waktu itu termasuk juga murid-murid, Yesus dimaklumi akan menjadi Raja Pembebas, bukan pesakitan. Petrus tidak menyadari bahwa cara Allah berkarya melalui Yesus Kristus bukanlah dengan cara dan pikiran manusia, melainkan dengan tindakan-Nya kasih-Nya yang setia semenjak Abraham dan selama-lamanya, yaitu tindakan kasih yang memberi. Dan kasih-Nya bukan hanya agar Israel merdeka belaka, tetapi agar banyak bangsa berbaik kembali dengan-Nya.

Penderitaan dan salib bukan titik akhir bagi Allah. Setelah itu ada kebangkitan, tanda kemenangan! Ini memberikan pelajaran kepada Petrus dan murid-murid bahwa tindakan iman semestinya diawali dengan tindakan memberi diri dan percaya kepada keselamatan yang dari Allah, dan bukan berupaya menyelamatkan diri sendiri serta memaksa Allah menuruti keinginan diri yang biasanya dipenuhi kejahatan dan pemberontakan kepada-Nya.

Yesus melanjutkan pengajaran-Nya. Ia berkata: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya.” (Markus 8:34-35).

Patut direnungkan, apakah memang benar kita dapat menyelamatkan diri sendiri? Siapakah atau apakah yang menjadi sumber keselamatan kita saat ini?

mampir ke :

http://www.essyeisen.com/

Kategori: Bahan Renungan Alkitab