Iman yang memberi hidup

(Bilangan 21:4-9, Mazmur 107:1-3, 17-22, Efesus 2:1-10, Yohanes 3:14-21)

Sisi barat wilayah Edom bukanlah jalan raya, tetapi padang gurun, lengkap dengan segala hal yang menakutkan dan berbahaya. Manna adalah lauk harian rutin (Kel 16:31) yang lambat laun menimbulkan kebosanan. Air minum terkadang susah didapat. Rupanya ketidaknyamanan dan kesusahan yang terjadi dalam kekinian hidup dapat dengan segera mengenyahkan ingatan yang sehat akan kenyataan kasih sayang Allah yang telah menebus dan setia memelihara umat-Nya. Akibatnya? kematian (Bil 21:6). Melupakan Allah sama saja melarikan diri dari kehidupan. Melupakan tindakan Allah yang telah memberikan kebaikan sama saja mematikan iman yang memberi hidup.

Jalan keluar dari kesesakan hidup yang mematikan itu ialah keluar dari persepsi yang salah tentang Allah, bertobat dan kembali percaya kepada Allah. Iman ini akan membawa pemulihan dan kesembuhan. Allah baik (Mzm 107:20). Tak jarang Ia kemudian menggunakan cara-cara tertentu agar umat-Nya terdidik untuk mengingat kuasa, kebaikan dan kebijaksanaan-Nya. Ular tedung dari logam yang ditaruh pada sebuah tiang menjadi tanda untuk mengingat Siapa sebenarnya yang memiliki kuasa terbesar dalam memberikan kehidupan (Bil 21:8-9). Namun, ular tedung dari logam itu hanyalah tanda saja, tidak pernah itu dimaksudkan untuk merepresentasikan Allah (Kel 20:4). Tanpa Allah, tanda itu hanya benda mati buatan Musa yang tidak memberi pengaruh apa-apa. Kesembuhan orang-orang yang digigit ular tedung terjadi karena mereka percaya bahwa Allah akan menyembuhkan mereka pada saat melihat ular logam itu. Oleh sebab itu begitu ular logam itu diperilah di dalam Bait Yerusalem, Raja Hizkia, sekitar 5 abad kemudian memusnahkannya (II Raj 18:4).

Yesus mengutip kejadian ini untuk memberitakan betapa setiap orang diundang untuk memiliki iman yang memberi hidup. Saat Ia ditinggikan di atas kayu salib, kepada setiap orang yang percaya kepada-Nya, kepada karya Allah yang dinyatakan melalui makna salib Kristus, akan beroleh kehidupan kekal (Yoh 3:14-15). Allah penuh belas kasihan dan maha pengampun. Ia memberikan jalan agar manusia terbebas dari kematian karena ikatan dosa. Sebagaimana Israel mempercayakan kehidupan mereka kepada Allah yang berkarya menggunakan tanda ular logam, kita juga mempercayakan kehidupan kekal dan keselamatan kita kepada Allah yang berkarya di kayu salib dan kebangkitan. Manusia tidak akan pernah bisa menyelamatkan diri sendiri, seperti halnya orang Israel di gurun itu. Tetapi Allah sungguh memberi selamat kepada manusia, baik di dalam perjanjian-Nya yang pertama maupun yang kedua.

Tercuplik bagi kita perjalanan Israel keluar dari tanah perbudakan Mesir menuju tanah perjanjian. Tidakkah kita pun saat ini sedang berjalan keluar dari perbudakan dosa (karena salib Kristus) menuju kepada kegenapan Kerajaan-Nya? Apakah di dalam perjalanan itu kita mengeraskan hati? Atau, kita memilih untuk tetap memelihara iman, bahwa dibalik segala tantangan dan kengerian hidup, ada Dia yang memberikan segala yang kita butuhkan, yang mendampingi kita menuju ke tempat perhentian terakhir, tempat yang dijanjikan-Nya (Ef 2:4-10)? Allah berkuasa. Kuasa-Nya mengatasi segala keangkuhan dosa kita, "kelaparan" kita, "kehausan" kita, keraguan dan ketakutan kita. Yang dinantikan-Nya ialah iman kita, iman kepada Yang memberi kehidupan.

mampir ke: http://www.essyeisen.com/