Resensi membantu para pencinta buku agar selektif memilih bacaan yang berkualitas.

Juga buat para penulis, agar selektif memilih sumber yang berkualitas.

Yups..lebih suka penulis yang jujur.

Penulis jujur, bisa mengarah ke dua arah;

1. Jadi best seller karena fenomenal.

2. Dilupakan, karena kejujurannya mengkritisi kebiasaan yang sudah baku ditengah masyarakat.

Tapi, terlepas dari dua kutub di atas, best seller atau tidak, fenomenal atau tidak, seorang penulis harus jujur, karena, menulis adalah mengajar.
Kalau tidak jujur, ajarannya sesat dan tidak berguna.

Menurut saya, tidak mengapa orang lebih memilih update status daripada ngeblog.

yang terpenting ialah apa isi statusnya.

Kita harus memilih kata-kata yang tepat untuk status yang ingin kita buat di media sosial.

Tidak semua kondisi perasaan dan peristiwa yang kita alami harus ditulis bagian status medsos kita.

Tentukanlah perasaan dan peristiwa mana saja yang penting dan berdampak positif bagi banyak orang.

Seorang pemimpin memang harus optimis, tapi seringkali optimisme kita mendorong kita terlalu keras sehingga mengabaikan rambu-rambu disekitar, misalnya peringatan sahabat/senior agar kita beristirahat sejenak. Anggota keluarga yang mendesak agar kita meluangkan waktu kita bersama mereka.

Optimisme seringkali menempatkan tujuan-tujuan program dan target-target kita lebih utama daripada pribadi-pribadi yang berada dalam tim atau organisasi.

Harus seimbang. Saya setuju.