Kolose:Alasan Mengapa Kristus Menderita dan Mati

Dari In-Christ Wiki, Wiki Kristen Indonesia
(Perbedaan antar revisi)
Langsung ke: navigasi, cari

Revisi per 15:31, 22 Mei 2010

  UNTUK MENANGGUNG MURKA ALLAH

  Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan
  menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang
  yang digantung pada kayu salib!" (Galatia 3:13)

  Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian
  (propisiasi) karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk
  menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang
  telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya. (Roma 3:25)

  "Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi
  Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya
  sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita." (1 Yohanes 4:10)

  Andaikata Allah tidak adil, tidak akan ada tuntutan terhadap
  Anak-Nya untuk menderita dan mati. Andaikata Allah tidak kasih,
  tidak akan ada kerelaan untuk mengaruniakan Anak-Nya untuk menderita
  dan mati. Tetapi Allah adalah adil dan kasih. Oleh karena itu,
  kasih-Nya rela untuk memenuhi tuntutan keadilan-Nya.

  Hukum Allah menuntut, "Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap
  hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu."
  (Ulangan 6:5) Tetapi kita lebih mengasihi hal lain. Inilah
  dosa -- tidak menghormati Allah dengan lebih memilih hal lain
  daripada diri-Nya, dan bertindak berdasarkan pilihan tersebut. Oleh
  karena itu, Alkitab berkata, "Semua orang telah berbuat dosa dan
  telah kehilangan kemuliaan Allah," (Roma 3:23) kita mendahulukan apa
  yang paling kita sukai. Sayangnya, yang kita sukai bukanlah Allah.

  Oleh sebab itu, dosa bukan perkara kecil, karena dosa bukan melawan
  pemegang kedaulatan yang kecil. Seriusnya hinaan meningkat sesuai
  dignitas pihak yang dihina. Sang Pencipta alam semesta seharusnya
  berhak mendapatkan hormat dan pujian serta loyalitas yang tidak
  terbatas. Oleh karena itu, kegagalan dalam mengasihi Dia bukanlah
  perkara yang sepele -- ini adalah pengkhianatan. Kegagalan ini
  mencoreng nama baik Allah dan menghancurkan kebahagiaan manusia.

  Karena Allah itu adil, Dia tidak serta-merta mengabaikan kejahatan
  ini. Dia merasakan murka yang kudus terhadap kejahatan ini.
  Kejahatan ini layak dihukum, dan Dia menegaskannya: "Sebab upah dosa
  ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam
  Kristus Yesus, Tuhan kita." (Roma 6:23) "... orang yang berbuat
  dosa, itu yang harus mati." (Yehezkiel 18:4)

  Terdapat kutuk yang kudus yang membayangi semua dosa. Tidak
  menghukum dosa berarti melakukan ketidakadilan. Ini akan menyebabkan
  didukungnya sikap menghina Allah. Kebohongan akan merajalela dalam
  kehidupan nyata. Oleh sebab itu, Allah berkata, "Terkutuklah orang
  yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab
  hukum Taurat" (Galatia 3:10; Ulangan 27:26).

  Tetapi kasih Allah tidak terhenti karena kutuk yang membayangi
  manusia yang telah berdosa. Allah tidak puas dengan menyatakan
  murka, tidak peduli betapa kudusnya murka tersebut. Maka Allah
  mengutus Anak-Nya yang tunggal untuk menanggung murka-Nya dan
  menanggung kutuk tersebut demi semua manusia yang percaya
  kepada-Nya. "Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat
  dengan jalan menjadi kutuk karena kita" (Galatia 3:13a).

  Inilah arti dari "jalan pendamaian" atau propisiasi dalam kutipan
  ayat di atas (Roma 3:25). Propisiasi berarti murka Allah diredakan
  karena telah disediakan pengganti yang setimpal yang menanggung
  murka tersebut. Pengganti itu disediakan oleh Allah sendiri. Sang
  Pengganti, Yesus Kristus, tidak hanya membatalkan penanggungan murka
  Allah kepada orang berdosa; Dia menanggung murka tersebut dengan
  mengalihkannya kepada diri-Nya. Murka Allah itu adil, dan murka itu
  telah dipuaskan, bukannya ditiadakan.

  Marilah kita jangan bermain-main dengan Allah atau meremehkan
  kasih-Nya. Kita tidak akan pernah terkesima akan kasih Allah sampai
  kita menyadari betapa seriusnya dosa kita dan keadilan murka-Nya
  terhadap kita. Tetapi, ketika oleh anugerah, kita disadarkan akan
  ketidaklayakan kita, kita boleh melihat kepada penderitaan serta
  kematian Kristus dan berkata, "Inilah kasih itu: Bukan kita yang
  telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan
  yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa
  kita." (1 Yohanes 4:10)

  UNTUK MENYENANGKAN BAPA-NYA YANG DI SORGA

  "Tetapi Tuhan berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan." (Yesaya
  53:10)

  "Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan
  diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi
  Allah." (Efesus 5:2)

  Yesus tidak bergulat dengan Bapa-Nya yang sedang murka di lantai
  sorga dan merebut cambuk dari tangan-Nya. Yesus tidak memaksa Allah
  Bapa untuk berbelas kasih kepada manusia. Kematian-Nya tidak membuat
  Allah terpaksa mengampuni orang berdosa. Yang Yesus lakukan ketika
  Dia menderita dan mati tidak ada yang merupakan ide Bapa-Nya. Ide
  ini adalah strategi mengagumkan yang sudah direncanakan bahkan
  sebelum penciptaan, ketika Allah merencanakan sejarah dunia. Inilah
  alasan mengapa Alkitab berbicara mengenai "maksud dan kasih karunia
  [anugerah Allah] sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita
  dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman" (2 Timotius 1:9).

  Rencana ini sudah mulai disingkapkan dalam Kitab Suci orang Yahudi.
  Nabi Yesaya menubuatkan penderitaan-penderitaan Mesias, yang akan
  menggantikan orang berdosa. Dia berkata bahwa Kristus akan "dipukul
  [oleh] Allah" menggantikan kita.

  "Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan
  kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena
  tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena
  pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita....
  Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil
  jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan
  kita sekalian." (Yesaya 53:4-6)

  Tapi hal yang paling mengagumkan dari substitusi Kristus bagi orang
  berdosa adalah bahwa semua ini merupakan rencana Allah sendiri.
  Kristus bukan tiba-tiba menerobos masuk ke dalam rencana Allah untuk
  menghukum orang berdosa; Allah telah merencanakan agar Dia ada di
  dalam rencana itu. Salah satu nabi Perjanjian Lama berkata, "TUHAN
  berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan." (Yesaya 53:10a)

  Hal tersebut menjelaskan paradoks dari Perjanjian Baru. Di satu
  sisi, penderitaan Kristus merupakan pencurahan murka Allah karena
  dosa; tetapi di sisi lain, penderitaan Kristus merupakan tindakan
  penundukan diri dan ketaatan yang sungguh mengagumkan kepada
  kehendak Bapa. Itulah sebabnya Kristus berseru di atas salib,
  "Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" (Matius
  27:46) Tetapi Alkitab tetap berkata bahwa penderitaan Kristus
  merupakan korban yang harum di hadapan Allah. "... Kristus Yesus
  juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita
  sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah." (Efesus 5:2)

  0, betapa kita harus memuja kasih Allah yang mahaagung ini! Ini
  bukan perkara emosi yang berlebihan. Ini bukan perkara yang
  sederhana. Demi kita, Allah telah melakukan hal yang mustahil: Dia
  mencurahkan murka-Nya ke atas Anak-Nya -- ke atas Dia yang karena
  penundukan diri-Nya, sebenarnya sama sekali tidak layak menerimanya.
  Tetapi kerelaan Anak-Nya untuk menerima curahan murka ini begitu
  berharga di mata Allah. Sang Penanggung murka dikasihi Allah tanpa
  batas.

  UNTUK BELAJAR TAAT DAN DISEMPURNAKAN

  "Sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa
  yang telah diderita-Nya." (Ibrani 5:8)

  "Sebab memang sesuai dengan keadaan Allah -- yang bagi-Nya dan
  oleh-Nya segala sesuatu dijadikan -- yaitu Allah yang membawa
  banyak orang kepada kemuliaan, juga menyempurnakan Yesus, yang
  memimpin mereka kepada keselamatan, dengan penderitaan." (Ibrani
  2:10)

  Surat yang mengatakan bahwa Kristus "belajar taat" melalui
  penderitaan, bahwa Dia "[di]sempurnakan" dengan penderitaan, adalah
  surat yang sama yang juga mengatakan bahwa Dia tidak berdosa: "...
  sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa."
  (Ibrani 4:15)

  Ajaran ini disampaikan secara konsisten di dalam seluruh Alkitab.
  Kristus tidak berdosa. Walaupun Dia adalah Anak Allah, Dia juga
  adalah manusia sejati, yang pernah merasakan segala pencobaan,
  keinginan, dan kelemahan fisik seperti yang kita rasakan. Dia pernah
  merasa lapar (Matius 21:18), dan merasa marah serta sedih (Markus
  3:5), dan merasa sakit (Matius 17:12). Tetapi hati-Nya secara
  sempurna mengasihi Allah, dan Dia bertindak sesuai dengan kasih
  tersebut: "Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam
  mulut-Nya." (1 Petrus 2:22)

  Oleh karena itu, ketika Alkitab mengatakan Yesus "belajar menjadi
  taat dari apa yang telah diderita-Nya," ini bukan berarti Dia
  belajar untuk menghentikan ketidaktaatan-Nya. Makna dari ayat ini
  adalah bahwa di dalam setiap pencobaan, Dia belajar dalam praktik
  dan di dalam kesengsaraan -- apa yang dimaksudkan dengan menaati.
  Ketika Alkitab mengatakan bahwa Dia "[di]sempurnakan ... dengan
  penderitaan," ini bukan berarti Dia secara perlahan-lahan
  menghilangkan kekurangan yang ada pada diri-Nya. Makna ayat ini
  adalah bahwa Dia secara bertahap menggenapi kebenaran dan keadilan
  yang sempurna yang harus dimiliki-Nya agar bisa menyelamatkan kita.

  Itulah yang dikatakan-Nya pada saat Dia dibaptis. Dia tidak perlu
  dibaptis karena Dia tidak berdosa. Tetapi Dia menjelaskan kepada
  Yohanes Pembaptis, "Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah
  sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah." (Matius 3:15)

  Maksudnya adalah: Jika Anak Allah bergerak dari inkarnasi kepada
  salib tanpa menjalani kehidupan yang penuh pencobaan dan
  kesengsaraan untuk menguji kebenaran dan kasih-Nya, maka Dia
  bukanlah Juru Selamat yang sesuai bagi manusia. Penderitaan-Nya
  bukan hanya karena menanggung murka Allah. Penderitaan-Nya juga
  menggenapkan kemanusiaan-Nya dan menjadikan Dia layak memanggil kita
  sebagai saudara (Ibrani 2:17).

  UNTUK MENDAPATKAN KEBANGKITAN-NYA SENDIRI DARI KEMATIAN

  "Maka Allah damai sejahtera, yang oleh darah perjanjian (kovenan)
  yang kekal telah membawa kembali dari antara orang mati Gembala
  Agung segala domba, yaitu Yesus, Tuhan kita, kiranya memperlengkapi
  kamu dengan segala yang baik untuk melakukan kehendak-Nya." (Ibrani
  13:20-21)

  Kematian Kristus bukan hanya mendahului kebangkitan-Nya --
  kematian-Nya tersebut merupakan harga yang harus dibayar untuk
  mendapatkan kebangkitan. Itulah alasan mengapa Ibrani 13:20 berkata
  bahwa Allah membangkitkan Dia dari kematian "oleh darah perjanjian
  yang kekal."

  "Darah perjanjian" (kovenan) adalah darah Yesus. Seperti kata Yesus,
  "Inilah darah-Ku, darah perjanjian" (Matius 26:28). Ketika
  Alkitab berbicara mengenai darah Yesus, Alkitab mengacu kepada
  kematian-Nya. Tidak ada keselamatan yang bisa didapat hanya melalui
  Yesus yang sekadar mencucurkan darah saja. Dia mencurahkan darah
  sampai mati, itu yang menjadikan pencurahan darah-Nya penting.

  Apa hubungan antara pencurahan darah Yesus dan kebangkitan? Alkitab
  berkata, Dia dibangkitkan tidak hanya setelah pencurahan darah, tapi
  oleh pencurahan darah. Artinya, apa yang dicapai oleh kematian
  Kristus begitu lengkap dan sempurna sehingga kebangkitan merupakan
  upah dan bukti dari apa yang telah Kristus capai dalam kematian-Nya.

  Murka Allah dipuaskan oleh penderitaan dan kematian Yesus. Kutuk
  yang kudus terhadap dosa sepenuhnya telah ditanggung. Ketaatan
  Kristus telah genap sepenuhnya. Harga bagi pengampunan telah
  sepenuhnya Tunas dibayar. Keadilan dan kebenaran Allah telah
  sepenuhnya ditegakkan. Satu-satunya hal yang belum dicapai adalah
  pernyataan penerimaan Allah atas karya Kristus secara terbuka.
  Pernyataan penerimaan Allah ini diberikan dengan membangkitkan Yesus
  dari kematian.

  Ketika Alkitab berkata, "Jika Kristus tidak dibangkitkan, maka
  sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu"
  (1 Korintus 15:17), yang dimaksudkan bukanlah bahwa kebangkitan
  merupakan harga yang dibayar bagi dosa kita melainkan bahwa
  kebangkitan membuktikan kalau kematian Yesus cukup untuk membayar
  segalanya. Jika Yesus tidak bangkit dari kematian, maka kematian-Nya
  merupakan sebuah kegagalan, Allah tidak meneguhkan bahwa Yesus telah
  menanggung dosa kita, dan kita masih hidup dalam dosa.

  Tetapi "... Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh
  kemuliaan Bapa, ...." (Roma 6:4) Keberhasilan penderitaan dan
  kematian-Nya diteguhkan. Jika kita beriman kepada Kristus, kita
  tidak lagi tinggal di dalam dosa. "Oleh darah perjanjian yang
  kekal," Gembala yang Agung telah dibangkitkan dan hidup selamanya.

  UNTUK MENUNJUKKAN KEKAYAAN KASIH DAN ANUGERAH ALLAH BAGI ORANG
  BERDOSA

  "Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar -- tetapi
  mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati -- Akan
  tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus
  telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa." (Roma 5:7-8)

  "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah
  mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang
  percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang
  kekal." (Yohanes 3:16)

  "Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu
  pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia (anugerah)-Nya."
  (Efesus 1:7)

  Besarnya kasih Allah kepada kita bisa ditunjukkan melalui dua hal.
  Pertama, melalui besarnya pengorbanan-Nya untuk menyelamatkan kita
  dari hukuman dosa. Kedua, besarnya ketidaklayakan kita dalam
  mendapatkan keselamatan dari-Nya.

  Kita bisa memahami besarnya pengorbanan-Nya dalam perkataan, "... Ia
  telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, ...." (Yohanes 3:16) Kita
  juga memahaminya dari arti kata Kristus. Nama ini berasal dari gelar
  dalam bahasa Yunani Christos, atau "yang Diurapi," atau "Mesias".
  Nama itu menunjukkan dignitas yang tinggi. Mesias seharusnya menjadi
  Raja Israel. Dia akan menaklukkan Kekaisaran Roma dan memberikan
  kedamaian dan keamanan bagi Israel. Oleh karena itu, Dia yang Allah
  kirim untuk menyelamatkan orang berdosa adalah Anak Allah, Anak-Nya
  yang Tunggal, dan Raja Israel yang Diurapi -- seorang raja atas
  dunia (Yesaya 9:5-6).

  Ketika kita menambahkan lagi kepada pemahaman ini perihal kematian
  yang begitu sengsara karena penyaliban yang Kristus alami, maka
  pengorbanan yang dilakukan Bapa dan Anak sangatlah besar -- bahkan
  tidak terkira, jika kita mempertimbangkan jarak antara Allah dan
  manusia. Tapi Allah memilih berkorban untuk menyelamatkan kita.

  Besar kasih-Nya bagi kita semakin meningkat ketika kita menyadari
  ketidaklayakan kita. "Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang
  yang benar -- tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang
  berani mati. Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita
  oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih
  berdosa." (Roma 5:7-8) Kita layak menerima hukuman Allah, bukan
  pengorbanan Allah.

  Saya pernah mendengar perkataan, "Tuhan tidak mati untuk kodok. Dia
  melihat nilai kita sebagai manusia." Hal ini memperjelas anugerah.
  Kita lebih buruk daripada kodok. Kodok tidak berdosa. Kodok tidak
  memberontak dan menghina Allah dalam hidupnya. Tuhan tidak perlu
  mati untuk kodok. Kodok tidak rusak. Kita yang rusak. Dosa kita
  begitu besar, hanya pengorbanan Allah yang bisa membayarnya.

  Hanya ada satu penjelasan mengapa Allah berkorban bagi kita. Bukan
  karena kita, melainkan karena "menurut kekayaan kasih karunia
  [anugerah]-Nya" (Efesus 1:7b). Pengorbanan ini Allah lakukan
  berdasarkan kehendak-Nya, bukan karena nilai kita. Pengorbanan Allah
  mengalir dari nilai-Nya yang tak terkira. Inilah kasih Allah: suatu
  penderitaan yang mempesona orang berdosa yang tidak layak, berapa
  pun harganya, dengan apa yang akan membuat kita bahagia selamanya,
  yaitu keindahan-Nya yang tidak terkira.

  UNTUK MENUNJUKKAN KASIH-NYA KEPADA KITA

  "Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan
  diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi
  Allah." (Efesus 5:2)

  "Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya
  baginya." (Efesus 5:25)

  "Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk
  aku." (Galatia 2:20)

  Kematian Kristus tidak hanya menunjukkan kasih Allah (Yohanes 3:16),
  tetapi juga merupakan pernyataan tertinggi dari kasih Kristus
  sendiri bagi semua orang yang menerima kasih-Nya sebagai milik
  pusaka mereka. Orang-orang Kristen mula-mula, yang paling menderita
  karena menjadi orang Kristen, menyadari fakta ini: Kristus
  "mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku" (Galatia 2:20).

  Demikianlah kita seharusnya memahami penderitaan dan kematian
  Kristus. Semuanya berkaitan dengan diri saya. Semua berkaitan dengan
  kasih Kristus bagi saya secara pribadi. Dosa sayalah yang telah
  memutuskan hubungan dengan Tuhan, bukan dosa secara umum. Kekerasan
  hati dan kebebalan rohani sayalah yang telah merendahkan nilai
  Kristus. Saya terhilang dan binasa. Dalam hal keselamatan, saya
  tidak lagi memunyai klaim atas keadilan. Satu-satunya tindakan yang
  bisa saya lakukan adalah memohon belas kasihan.

  Kemudian saya melihat Kristus menderita dan mati. Bagi siapa?
  Alkitab berkata, "... Kristus telah mengasihi jemaat dan telah
  menyerahkan diri-Nya baginya." (Efesus 5:25) "Tidak ada kasih yang
  lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk
  sahabat-sahabatnya." (Yohanes 15:13) "... Anak Manusia datang bukan
  untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan
  nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Matius 20:28)

  Saya bertanya, Apakah saya termasuk di antara "banyak orang" itu?
  Apakah saya termasuk di antara "sahabat-sahabat-Nya"? Apakah saya
  temasuk dalam "jemaat (gereja)"? Saya mendapat jawabannya:
  "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat."
  (Kisah Para Rasul 16:31) "Barangsiapa yang berseru kepada nama
  Tuhan, akan diselamatkan." (Roma 10:13) "Barangsiapa percaya
  kepada-Nya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena nama-Nya."
  (Kisah Para Rasul 10:43) "Semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya
  kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya
  dalam nama-Nya." (Yohanes 1:12) "Setiap orang yang percaya
  kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."
  (Yohanes 3:16)

  Hati saya terharu, dan saya memeluk keindahan dan kelimpahan Kristus
  sebagai milik pusaka saya. Saya kemudian merasakan di dalam hati
  saya mengalir kenyataan agung ini -- kasih Kristus bagi saya.
  Sehingga saya bisa berkata, bersama-sama dengan para saksi Kristus
  mula-mula, "Anak Allah telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya
  untuk aku."

  Apa yang saya maksudkan? Saya ingin mengatakan bahwa Dia telah
  membayar harga termahal yang bisa diberikan kepada saya agar bisa
  memberikan anugerah terbesar kepada saya. Apa itu? Anugerah yang Dia
  doakan sebelum akhir hidup-Nya di bumi: "Ya Bapa, Aku mau supaya, di
  mana pun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku,
  mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang
  kemuliaan-Ku ...." (Yohanes 17:24) Melalui penderitaan dan
  kematian-Nya "kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang
  diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia
  [anugerah] dan kebenaran" (Yohanes 1:14). Kita telah cukup melihat
  sehingga hati kita bertautan oleh kasih-Nya. Tetapi bagian yang
  terbaik belumlah tiba. Dia mati untuk menyediakan bagian terbaik itu
  bagi kita. Itulah kasih Kristus.

  Diambil dari:
  Judul buku: Penderitaan Yesus Kristus
  Judul buku asli: The Passion of Jesus Christ
  Penulis: John Piper
  Penerjemah: Stevy Tilaar
  Penerbit: Momentum Surabaya, 2005
  Halaman: 10 -- 21

Templat:Misi:Footer

Peralatan pribadi