(doa bapa kami) |
k |
||
Baris 47: | Baris 47: | ||
*B. M Metzger, 'How Many Times does epiousios occur outside the Lord's Prayer, dalam Historical Literary Studies, 1968, hlm 64 dst; | *B. M Metzger, 'How Many Times does epiousios occur outside the Lord's Prayer, dalam Historical Literary Studies, 1968, hlm 64 dst; | ||
*tafsiran Kitab-kitab Mat dan Luk. JNG/PPB/SS | *tafsiran Kitab-kitab Mat dan Luk. JNG/PPB/SS | ||
+ | |||
+ | [[Kategori:Doa]] |
DOA BAPA KAMI adalah sebutan untuk doa yang diajarkan Yesus kepada *murid-murid-Nya atas permintaan mereka (Mat. 6:9-13, dan dalam bentuk yang agak berbeda dan lebih singkat Luk. 11:2-4). Doa ini pada hakikatnya adalah suatu doa Yahudi, tanpa isi khusus Kristen. Setiap kalimat mempunyai kesamaan sejajar dengan kalimat-kalimat dalam doa Yahudi yang didoakan berulang-ulang dalam *sinagoga. Yang terutama doakan adalah agar Allah menggenapi maksud-Nya di dunia ini, sebagaimana hal itu sudah digenapi di surga. Dengan demikian, doa ini ditempatkan dalam kerangka *eskhatologi (penggenapan akhir) dan permohonan yang berbunyi: 'Berilah kami pada hari ini makanan kami yang secukup mungkin harus diterjemahkan: 'makanan kami untuk esok'. Ini doa untuk kebutuhan hari ini, supaya siap pada hari esok, kapan pun hari esok itu, pada kedatangan kerajaan. Dalam beberapa naskah disertakan suatu doksology -- 'Karena Engkaulah yang empunya ...' (Mat. 6:13). Suatu pengakuan akan keuntungan mengenai Allah sebagai Bapa. Doa ini mengundang murid-murid Yesus untuk ikut serta dalam keakraban dengan Bapa seperti dialami Yesus sendiri, tanpa mengurangi kelainan dan kekudusan Allah.
Doa ini diajarkan Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya, sebagai contoh doa bagi orang percaya dan bagi gereja-Nya pada segala abad. Dalam Mat 6:9-13, doa itu disampaikan sebagai bagian yg tak terpisahkan dan Khotbah Di Bukit. Tapi dalam Luk 11:2-4, doa itu di berikan oleh Tuhan Yesus dalam lingkungan yg lain sama sekali. Jelas bahwa karena doa ini Dia maksudkan sebagai contoh dan pola doa bagi semua murid-Nya dan pada segala waktu, Ia mengulanginya pada kesempatan-kesempatan yg berbeda. Kenyataan bahwa Injil-injil menyebutkan hanya pada dua kesempatan, tidak menghindarkan kemungkinan bahwa Tuhan Yesus mengajar murid-murid-Nya pada waktu yg lain juga untuk berdoa dengan doa yg sempurna ini.
Dalam Mat 6:9-13, Tuhan Yesus mengajarkannya sebagai contoh doa yg cocok dengan segala syarat, yg telah diletakkan-Nya sendiri sebagai dasar bagi doa yg benar. Ia menyatakan dalam Mat 6:9, 'Karena itu berdoalah demikian'. Selanjutnya Ia langsung mengajar murid-murid-Nya tentang cara berdoa. Setelah mengingatkan mereka untuk tidak berdoa seperti orang munafik (6:6), juga tidak memakai 'pengulangan-pengulangan yg sia-sia' seperti dilakukan orang kafir (6:7, TBI 'bertele-tele'), Yesus mengajarkan kepada mereka jenis doa yg dapat diterima di hadapan Allah. Tapi dalam Luk 11:1-4, untuk menjawab permintaan seorang murid yg telah melihat Yesus berdoa, Yesus memberikan doa itu kali ini, tidak hanya sebagai contoh doa yg sesuai dengan ajaran-Nya, tapi juga sebagai doa yg tetap harus dipanjatkan oleh para pengikut-Nya. Dalam 11:2 Ia menyatakan, 'Apabila kamu berdoa, katakanlah...'.
Walaupun dalam Luk 11:2-4 doa itu diberikan dalam bentuk yg lebih pendek dibandingkan Mat 6:9-13, isinya pada dasarnya tidak berbeda. Mungkin diduga bahwa Tuhan Yesus dalam Luk 11:2-4 memberikan jumlah kata minimum yg mutlak dari doa yg harus kita panjatkan, bukan secara mekanis atau murni secara formal, tapi dalam Roh dan kebenaran. Dalam Mat 6:9-13, di mana Ia memberikan doa itu sebagai contoh bagaimana pengikut-Nya patut berdoa, Ia memberikan doa yg lebih terinci. Jadi kita wajib menalar isi Doa Bapak Kami secara utuh. Jelas bahwa Tuhan Yesus memberikan doa itu dalam bahasa aslinya, yakni bh Aram. Tapi sewaktu Matius dan Lukas menulis Injil-injil mereka, doa itu memang digunakan oleh orang Kristen dalam bh Yunani pula. Inilah yg mungkin menjelaskan mengapa Mat 6 dan Luk 11 mempunyai persamaan umum di bidang bahasanya, dan keduanya menggunakan istilah khas epiousios (diartikan 'sehari-hari') dalam doa tersebut.
Kata-kata pembukaan doa itu, 'Bapak kami yg di Sorga' -- mengajarkan sikap dan roh yg benar yg dalamnya kita seyogianya berdoa kepada Allah. Menyapa Allah sebagai 'Bapak kami', berarti kita memandang Dia dalam kasih dan iman, sebagai yg dekat dengan kita dalam kasih dan anugerah yg sempurna. Dengan kata-kata 'Yg di Sorga' kita mengungkapkan penghormatan kudus bagi-Nya, yg adalah Pemerintah Yang Maha Kuasa atas langit dan bumi. Kata-kata pendahuluan doa ini juga mengingatkan kita pada kenyataan bahwa semua orang percaya adalah satu di dalam Dia, karena kita harus berdoa kepada Allah sebagai 'Bapak kami'.
Setelah hati orang percaya dipersiapkan dengan benar oleh seruan itu, maka seruan pertama yg berikutnya adalah mengenai kemuliaan dan maksud ilahi dari Bapak Sorgawi. 'Dikuduskanlah nama-Mu' (hagiastheto), adalah doa permohonan agar Allah memampukan kita dan semua manusia untuk mengakui dan memuliakan Dia, -- untuk bekerja di dalam diri manusia sehingga menyembah dan melayani Dia sebagai Yang Kudus, Yang Maha Kuasa, Bapak Sorgawi. Nama-Nya, yaitu Dia sendiri dalam penyataan diriNya; harus diakui mutlak kudus; dan Dia patut menerima seluruh hormat dan kemuliaan sejati, Dia yg telah menyatakan diri sendiri sebagai Dia yg dengan sempurna mengasihi kita dan sebagai Sang Pencipta yg kudus dan maha kuasa (*ALLAH, NAMA-NAMA).
Seruan 'Datanglah Kerajaan-Mu' berisi permohonan agar Allah membiarkan pemerintahan dan kedaulatan (basileia) ilahi-Nya terus-menerus dan senantiasa dengan penuh kemuliaan memperoleh tempat yg tepat. Karena itu ketimbang hidup dalam dosa dan pemberontakan melawan Allah, maka manusia -- melalui kuasa RohNya -- makin lama makin dapat menerima pemerintahan-Nya yg berdaulat dan oleh karenanya kita dibebaskan dari kuasa-kuasa gelap (*RAJA, KERAJAAN ALLAH). Itu adalah permohonan agar pemerintahan Allah berlaku pada zaman ini, 'sekarang dan di sini' dalam hati manusia secara pribadi, maupun di dunia, seanteronya. Tapi permohonan ini juga mempunyai makna eskatologis, yaitu pada pokoknya merupakan permohonan agar pemerintahan Allah sebagai Raja, yg telah datang dengan kuasaNya ke dalam hidup pribadi-pribadi secara perseorangan dan manusia pada umumnya melalui kedatangan Yesus yg pertama, dan masih dalam proses datang secara terus-menerus. Dan akhirnya agar datang dalam kemuliaan penuh dan penyempurnaan ilahi melalui kedatangan Kristus yg kedua kali sebagai Tuhan atas segala tuan.
Seruan ketiga, 'Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di Sorga,' -- kalimat ini alpa dalam Luk 11:2 asli -- secara praktis adalah pengembangan dari seruan sebelumnya. Di sorga kehendak Allah dilaksanakan tanpa syarat dan dengan kesukaan oleh semua, terus-menerus demikian. Jadi orang percaya wajib berdoa agar kehendak Allah dilaksanakan dengan cara yg sama oleh semua orang di bumi. Seruan ini terutama dimaksudkan untuk masa kini, tapi juga menguakkan arah pandang ke masa depan, saatnya segala sesuatu tuntas digenapi, tatkala setiap lutut akan bertelut di hadapan Dia yg adalah Raja dari segala raja, dan tatkala kuasa-kuasa kegelapan dibinasakan seluruhnya secara tuntas. Allah pada saat itu akan memenuhi semuanya dan kehendak-Nya akan memerintah mutlak di sorga maupun di dunia baru (1 Kor 15:25-28).
Tiga permohonan pertama memusat pada pemuliaan Allah; tiga permohonan selanjutnya adalah mengenai kebutuhan jasmani dan rohani orang percaya, sebagai akibat dari dosa dan pemberontakan terhadap Allah. Juga karena pemerintahan Allah tidak diakui secara menyeluruh, dan kehendak-Nya tidak sepenuhnya ditaati di bumi pada zaman ini, jadi tuntutan akan kebutuhan material dan spiritual senantiasa dirasakan oleh baik orang percaya maupun yg tidak percaya.
Jadi orang percaya wajib memohon pertolongan dan berkat Allah atas semua aspek kehidupan di dunia ini. Seruan 'Berikanlah pada hari ini makanan kami yg secukupnya,' memohon agar Allah sebagai Bapak Sorgawi memberikan tuntutan kebutuhan jasmani kita. Istilah 'makanan' di sini mencakup segala sesuatu yg kita butuhkan untuk hidup di dunia ini. Dalam kaitan dengan permohonan-permohonan selanjutnya, seruan ini memohon agar Allah terus-menerus menyediakan kebutuhan jasmaniah kita, sedemikian rupa, sehingga kita mampu menguduskan nama-Nya dengan sebaik-baiknya, bekerja untuk kedatangan kerajaan-Nya, melaksanakan kehendak-Nya seperti di sorga demikian pula di bumi. Jadi doa memohon kebutuhan sehari-hari tidaklah doa mementingkan diri sendiri, atau doa untuk kemewahan material, melainkan doa yg di dalamnya kita mengakui ketergantungan kita sepenuhnya kepada Allah, dan kita memandang kepada-Nya dalam iman dan kasih agar Dia memberikan kepada kita segala sesuatu yg benar-benar kita butuhkan guna memampukan kita hidup menurut kehendak-Nya.
Kata Yunani epiousios hanya dijumpai dalam Mat 6:11 dan Luk 11:3. Walaupun kesepakatan tentang asal usul etimologisnya belum sepenuhnya dicapai, dan kendati beberapa ahli lebih suka menerjemahkannya 'untuk hari mendatang ini' atau 'yg sesuai kebutuhan' atau 'yg secukupnya', terjemahan TBI nampaknya sudah memadai. Yg dimaksud ialah penyediaan terus-menerus guna mencukupi kebutuhan-kebutuhan kita sejauh bertalian dengan materi.
Seruan berikutnya, 'Ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yg bersalah kepada kami' adalah doa permohonan sekaligus pengakuan. Karena barangsiapa memohon pengampunan, maka pada saat itu ia mengakui ia juga dalam keadaan berdosa dan bersalah. Dalam Luk 11:4 doa ini berbunyi, 'Dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kami pun mengampuni setiap orang yg bersalah kepada kami'. Kata Yunani hamartias, di sini diterjemahkan 'dosa', mempunyai arti pokok 'meleset dari sasaran', jadi berarti 'bertindak keliru' dan 'melanggar hukum Allah'. Dalam Mat 6:12 opheilemata (hutang-hutang) yg digunakan, dan menggambarkan dosa-dosa sebagai hal-hal yg menyebabkan manusia bersalah dan membebaninya dengan hutang-hutang di hadapan Allah; hubungan yg benar antara Allah dengan manusia sebagai anak-anak-Nya telah dirusakkan, dan manusia telah menimbulkan hutang moral dan spiritual kepada Allah yg adalah Bapak dan Pencipta, yg mempunyai kekuasaan penuh atas hidup manusia. Sebab itu dalam permohonan ini kita dengan rendah hati memohon Bapak sorgawi untuk menghapuskan hutang-hutang kita, karena kita dengan kekuatan sendiri mustahil mampu mendatangkan pengampunan atas dosa kita. Karena Yesus telah datang untuk memberikan hidup-Nya sebagai tebusan untuk dosa-dosa kita, Ia dapat mengajar kita untuk berdoa seperti itu.
Kata-kata 'seperti kami juga (hos kai hemeis, 'dengan cara yg sama seperti kami') telah mengampuni (aoristus) orang yg bersalah kepada kami' (Mat 6:12) dan 'karena kami juga mengampuni setiap orang yg bersalah kepada kami' tidaklah berarti bahwa kita harus memohon pengampunan atas dasar bahwa kita telah dan sedang mengampuni orang yg bersalah kepada kita. Kita dapat beroleh pengampunan dosa adalah melulu sebagai anugerah. Tapi supaya dapat sungguh-sungguh berdoa kepada Allah memohon pengampunan dosa dan tanpa kemunafikan, kita harus bebas dari setiap kebencian dan keinginan membalas dendam. Hanya apabila Allah telah memberikan kepada kita anugerah untuk sungguh-sungguh mengampuni orang-orang yg bersalah kepada kita, barulah kita dapat memanjatkan doa yg benar bagi pengampunan dosa kita. Tuntutan bahwa kita harus bebas dari ketidaksungguhan dan dari kemunafikan tatkala kita berdoa untuk memohon pengampunan dosa kita, diperhatikan dengan sungguh-sungguh oleh Tuhan Yesus, justru Ia mengulanginya dalam Mat 6:14, 15.
Seruan terakhir dalam Luk 11:4 berbunyi, 'Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan'. Dalam Mat 6:13 diikuti oleh 'tetapi lepaskanlah kami daripada yg jahat'. Tapi karena kata-kata tambahan ini hanyalah merupakan pengembangan lebih jauh dari yg terdahulu, maka permohonan tersebut pada hakikatnya sama saja baik dalam Luk maupun dalam Mat. Mereka yg sungguh-sungguh berdoa bagi pengampunan dosa sangat menginginkan agar mereka dimampukan untuk tidak berdosa lagi. Jadi tepatlah bahwa permohonan ini mengikuti permohonan sebelumnya.
Kata Yunani peirasmos yg diterjemahkan 'pencobaan', dalam Mat 6:13 tak dapat diartikan 'ujian' atau 'bencana', tapi hanyalah 'pencobaan'. Arti permohonan ini adalah 'Janganlah membiarkan kami dibawa ke dalam keadaan di mana kami akan terbuka untuk pencobaan yg jahat'. Allah tidak akan menggoda siapa pun untuk melakukan kejahatan (Yak 1:13), tapi Ia mengendalikan keadaan-keadaan di sekitar hidup kita. Dalam doa ini kita dengan rendah hati mengakui bahwa kita cenderung berbuat dosa dan dengan demikian memohon kepada-Nya agar tidak membiarkan kita dibawa ke dalam keadaan-keadaan yg mengandung pencobaan yg berat menuju dosa. Sebagai pengembangan lebih jauh, doa ini dilanjutkan dengan 'tetapi lepaskanlah kami dari pada yg jahat', yaitu lindungilah, naungilah, kawallah (rhyesthai) kami dari serangan hebat si jahat (tou ponerou).
Permohonan terakhir ini, walaupun dapat dikenakan kepada hidup kita sesehari, menunjuk jelas sekali kepada saat penggenapan, ketika Tuhan Yesus pada kedatangan-Nya yg kedua kali akan mengakhiri tuntas segala sesuatu yg jahat, dan akan mendirikan kerajaan-Nya yg kekal dalam dunia baru di mana kebenaran dan kekudusan akan memerintah selama-lamanya.
Dalam beberapa naskah tua dan muda Mat 6, didapati pujian pada bagian akhir, bunyinya, 'Karena Engkau-lah yg empunya kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin'. Walaupun dalam naskah-naskah paling handal pujian ini tidak dijumpai, pujian ini telah digunakan dalam Gereja Kristen sejak zaman paling awal (Bnd Didakhe dan Naskah Barat), dan sesungguhnya merupakan pengakhiran paling cocok dan paling layak untuk Doa Bapak Kami. Tapi bahwa pujian itu alpa dalam teks Mat yg asli, ternyata dari kenyataan bahwa ay 1, 14 dan 15 mengikuti langsung ay 2, 12 dan 13a.
Ada seorang yg dengan tepat mengatakan bahwa Doa Bapak Kami merupakan ringkasan dari Khotbah Di Bukit dalam bentuk doa. Doa ini adalah doa yg semua orang Kristen harus panjatkan dengan teratur kepada Allah, supaya dimampukan untuk menaati hukum-hukum kerajaan-Nya secara lebih penuh, sampai saatnya datang tatkala kedaulatan ilahi-Nya didirikan dengan mantap pada akhir zaman.
Haruslah dicatat bahwa Tuhan Yesus (ketika mengajar murid-murid-Nya memanjatkan doa ini) tidak berkata, 'Kita harus berdoa' tapi 'kamu berdoalah'. Doa Bapak Kami bukanlah doa yg didoakan atau dapat didoakan oleh Tuhan Yesus. Ia tidak berdoa kepada Allah dengan sapaan 'Bapak Kami' tapi selalu 'BapakKu'. Karena kedudukan-Nya sebagai anak adalah ke-Anak-an yg khas. Dia adalah Anak Tunggal Allah. Lagipula Ia tidak pernah berdoa kepada Allah untuk memohon pengampunan dosa-Nya, karena Ia adalah Anak Ilahi yg senantiasa melakukan kehendak Bapak secara sempurna. Dan Ia tidak pernah melakukan dosa sendiri walaupun di kayu salib Ia memikul segenap dosa kita.
Kendati dalam sastra keagamaan Yahudi masing-masing doa dari Doa Bapak Kami mempunyai kesejajaran dalam berbagai konteks, tapi sebagai suatu keseluruhan tidak ada yg dapat ditemukan bandingannya. Doa Bapak Kami adalah doa khas, dan sampai sekarang tak ada yg dapat menandinginya dalam kata-kata yg dirangkum hanya dengan sedikit kata -- hal pokok dalam segala doa yg benar.