Dari In-Christ Wiki, Wiki Kristen Indonesia
Sebanyak 10 juta orang Somali tinggal menyebar di sepanjang delapan
negara wilayah timur laut Afrika, yang dijuluki "Tanduk Afrika", dan
di Timur Tengah. Lebih dari 2 juta orang hidup di Ethiopia.
Orang Somali menggunakan bahasa yang sama, menganut iman yang sama,
dan memberikan warisan budaya yang merupakan suatu bagian penting
dari gaya hidup mereka sebagai pengembara. Nama mereka diambil dari
kata "so maal", yang secara literal berarti, "Carilah susu untuk
dirimu sendiri!" yang adalah semacam ungkapan keramahtamahan.
Orang-orang Somali pertama kali muncul di Tanduk Afrika sekitar
tahun 1200, dan mulai menyebar ke Barat dan Selatan kira-kira 150
tahun kemudian. Mereka menjadi pemeluk Islam sekitar tahun 1550,
di bawah pengaruh para pedagang Arab yang telah menempati pesisir
Somalia sekarang ini. Tahun 1650, mereka pindah ke Ethiopia.
SEPERTI APA KEHIDUPAN MEREKA?
Masyarakat Somali terbentuk dari keluarga inti, yang terdiri dari
suami, istri, dan anak-anak. Ciri khas dari tiap keluarga adalah
memiliki ternak domba atau kambing, yang dipelihara oleh para
wanita dan gadis, dan beberapa lainnya memelihara unta. Ada juga
yang memiliki unta-unta yang diternakkan dan diambil susunya.
Semakin banyak unta yang dimiliki seseorang, semakin besar
wibawanya. Laki-laki dan perempuan menikmati pekerjaan merawat
unta-unta yang berharga itu.
Orang-orang Somali menganggap diri mereka pejuang. Kadang-kadang,
para pria meninggalkan para wanita dan menyerahkan tugas memelihara
ternak kepada mereka, sehingga para pria mendapat kesempatan
berlatih menjadi pejuang yang efektif. Mereka adalah orang-orang
yang sangat individualis, terbagi-bagi dengan sangat jelas ke dalam
klan-klan. Sering terjadi pertikaian antarklan yang mengakibatkan
beberapa orang meninggal.
Ada empat kelompok klan terbesar orang Somali. Dua terbesar adalah
Somaal dan Sab. Somaal pada umumnya adalah penggembala yang
mengembara. Sab biasanya menempati suatu komunitas dan tinggal
sebagai petani atau perajin.
Para pengembara tinggal di pondok-pondok yang bisa dibongkar pasang,
yang terbuat dari ranting-ranting kayu yang ditutupi dengan tikar
rumput. Para istri memiliki pondok sendiri. Pondok-pondok orang yang
masih memiliki hubungan kekerabatan dibentuk melingkar dengan
kandang ternak di tengah-tengahnya. Membuat rumah adalah tanggung
jawab wanita. Pondok-pondok tersebut mudah dibongkar sehingga mereka
bisa membawanya dengan dibebankan pada binatang dan berpindah
bersama ternak mereka. Biasanya, hujan turun kurang dari 100 mm per
tahun. Jadi, sering kali kehidupan orang Somali ditentukan oleh
kemampuannya menemukan air. Makanan para pengembara biasanya hanya
terdiri dari susu dan produk-produk susu. Saat ini makanan mereka di
antaranya adalah jagung, nasi, daging, dan buah-buahan liar. Saat
ini semakin banyak petani Somali tinggal secara menetap di pondok
bulat yang tingginya 6 hingga 9 kaki. Mereka memiliki jenis makanan
yang lebih bervariasi termasuk jagung, sorghum (semacam biji-
bijian), cowpeas (sejenis kedelai), buncis, beras, telur, unggas,
pisang, kurma, mangga, dan teh.
Memiliki persediaan makanan yang melimpah merupakan suatu status
bagi setiap klan. Setiap keluarga secara periodik mengadakan
perjamuan makan untuk saudara-saudara dan teman-teman mereka. Wibawa
keluarga ditentukan oleh seringnya mengadakan pesta, jumlah orang
yang diundang, kualitas, serta jumlah makanan yang disediakan.
Orang-orang Somali senang bercerita dan belajar sejarah melalui
puisi mereka. Sering kali, mereka akan menyanyikan dongeng saat
berjalan-jalan pada sore hari.
Sebagian besar orang Somali mengenakan pakaian yang berwarna cerah
yang menutup seluruh tubuh mereka menyerupai toga. Beberapa pria
juga mengenakan rok pendek.
APA KEPERCAYAAN MEREKA?
Meskipun orang-orang Somali 99% adalah Muslim Shafi`i, banyak
kepercayaan penyembahan berhala dan kepercayaan tradisional yang
telah bercampur dengan praktik agama mereka. Mereka mencapai
"ekstase" dengan menyanyi atau menggunakan narkotik. Di kota-kota,
anak laki-laki mencuri makanan dan kemudian menjualnya untuk
mencukupi kebiasaan mereka menggunakan obat-obat terlarang. Doa-doa
standar Islam biasanya dihormati, namun para wanita Somali tidak
pernah menggunakan kerudung seperti yang disyaratkan. Orang Somali
secara rutin pergi ke "wadaad", pemuka agama, untuk mendapatkan
berkat, jimat, dan nasihat atas masalah-masalah duniawi.
Mereka percaya pada laki-laki tertinggi, "dewa langit". Mereka
melakukan ritual meminta hujan, tidak makan daging babi atau ikan,
dan mengorbankan binatang. Mereka juga melakukan ritual api unggun
pada tahun baru surya. Mereka percaya pada kuasa roh dan pada roh
yang tinggal di pohon-pohon, sumber-sumber air, dan puncak bukit.
APA KEBUTUHAN MEREKA?
Sangat sedikit anak-anak Somali yang bersekolah, dan lebih dari
setengah orang dewasanya buta huruf. Ini tidaklah mengherankan
karena mereka tidak memiliki sistem penulisan hingga tahun 1972.
Kesempatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan sangat terbatas di
Ethiopia. Obat terlarang, kelaparan, dan perang telah menimbulkan
berbagai masalah. Kekurangan gizi pun telah menyebabkan kematian
ribuan orang Somali sejak tahun 1970-an.
POKOK DOA
1. Doakan agar orang Somali mendapat kesempatan mengenal Yesus
Kristus, yang adalah Roti Hidup.
2. Doakan orang-orang Kristen Somali yang sering dipandang rendah
oleh orang-orang bangsa mereka sendiri.
3. Minta pada Tuhan untuk menyentuh hati orang-orang Kristen di
Ethiopia utara sehingga mereka mau membagikan kasih Tuhan kepada
orang-orang Somali di provinsi-provinsi bagian selatan.
4. Mintalah pada Tuhan untuk membangkitkan guru-guru Kristen yang
akan bekerja bagi orang-orang Somali dan membagikan kasih
Kristus kepada mereka.
5. Berdoalah agar Tuhan membangkitkan tim doa dari berbagai tempat
di penjuru dunia untuk berdoa syafaat bagi orang-orang
Somali.
6. Minta pada Tuhan untuk memberikan pertolongan dan kebijaksanaan
kepada agen-agen misi yang menjadikan Somali sebagai tujuan
pelayanan mereka.
7. Doakan keefektifan film Yesus untuk memperkenalkan Kristus
kepada mereka.
8. Minta pada Tuhan untuk mengirim utusan-Nya menyebarkan Injil
kepada orang-orang Somali melalui media apa pun, terutama radio
dan televisi.
9. Berdoa agar Tuhan menyatakan diri-Nya sendiri kepada mereka
melalui mimpi-mimpi dan penglihatan.
10. Mintalah Roh Kudus melembutkan hati mereka untuk mau menerima
orang-orang Kristen sehingga mereka dapat mendengar Injil.
11. Minta pada Tuhan untuk menguatkan gereja-gereja lokal yang ada
di antara orang-orang Somali. (t/Ratri)
Diterjemahkan dari:
Nama situs: Joshua Project
Penulis: Tidak dicantumkan
Alamat URL: http://www.joshuaproject.net/peopctry.php?rop3=109392&rog3=SO
______________________________________________________________________
SUMBER MISI
AFRICA MISSION RESOURCE CENTRE (AMRC)
==> www.africamissions.org
Africa Mission Resource Centre (AMRC) -- Pusat Bahan-Bahan Misi
Afrika -- bertujuan memberi informasi yang selengkap-lengkapnya
tentang bagaimana melakukan pekerjaan misi di Afrika. Mulai dari
info tentang budaya, riset-riset yang pernah dilakukan, hal-hal yang
dipersiapkan untuk tinggal di tiap wilayah di Afrika, jaringan
gereja-gereja, bahkan kontak untuk peralatan teknis yang diperlukan.
Info-info penting ini memang tidak dari AMRC semata, banyak yang
diperoleh dari jejaring yang mereka miliki. AMRC sadar sepenuhnya
bahwa mereka tidak dapat melakukan segala-galanya sendiri bagi misi
di Afrika; mereka hanya mencoba melakukan hal yang relevan,
mengingat masih banyak sumber daya lain yang dibutuhkan untuk
pekerjaan misi di Afrika.
______________________________________________________________________
KESAKSIAN MISI
DIKUATKAN OLEH PARA MALAIKAT
Walau dia belum pernah berada di sana sebelumnya, Prajurit Ivan
"Vanya" Moiseyev mengetahui apa yang menantinya di kantor sang
Mayor. Para komunis tidak henti-hentinya memanggilnya ke kantor
pusat untuk berbincang, berusaha untuk "mendidiknya ulang", untuk
membuatnya mengingkari imannya kepada Allah.
Saat itu waktu makan siang, matahari bersinar dengan cerah di langit
yang biru dan salju pun terlihat berkilauan. Sambil berjalan di
sepanjang trotoar yang bersalju, Moiseyev memuji Allah dalam
kesendiriannya. Saat itu merupakan waktu untuk bernyanyi dan berdoa
baginya.
Pagi itu demikian cerah, awalnya Moiseyev tidak menyadarinya;
tiba-tiba, seberkas sinar tertangkap oleh matanya. Sebuah bintang
yang cerah mulai jatuh dari langit. Seperti sebuah komet, benda itu
semakin mendekat dan menjadi semakin besar. Ia melihat ke atas dan
melihat seorang malaikat di atasnya. Malaikat itu bercahaya dan
penuh kekuatan. Hati Moiseyev dipenuhi dengan sukacita dan rasa
takut. Malaikat itu tidak turun menyentuh bumi, tetapi
melayang-layang sekitar 200 meter di atas tanah. Ia berjalan di atas
Moiseyev, seolah-olah berjalan di jalan yang sama dengannya.
Kemudian malaikat itu berbicara, "Ivan, pergilah. Jangan takut. Aku
besertamu."
Ivan tidak dapat berbicara, tapi sukacitanya bagaikan api di dalam
hatinya. Entah bagaimana ia berhasil sampai ke kantor Mayor Gidenko
dan mengetuk pintu kantor itu dengan perlahan. Mayor Gidenko, kepala
dari Komite Instruksi Politik, menatap ke atas saat sang prajurit
muda tersebut masuk. Ivan Moiseyev telah diinterogasi berulang-ulang
oleh interogator lainnya dan belum pernah mundur dari imannya.
Tetapi, Gidenko yakin bahwa dirinya dapat menyelesaikan persoalan
ini.
"Moiseyev, menurutku kamu tidak terlihat seperti murid yang bodoh.
Mengapa kamu tidak mempelajari jawaban yang betul?" ia bertanya.
"Kadang-kadang ada perbedaan antara jawaban yang betul dan jawaban
yang benar," jawab Ivan. "Kadang-kadang Allah tidak memberi saya
izin untuk memberikan jawaban yang `betul`."
"Jadi, Allah berbicara kepadamu? Siapakah Allahmu itu?" Namun,
segera setelah Gidenko menanyakan pertanyaan itu, ia menyesalinya.
Ivan bersandar ke depan pada kursinya. Wajahnya bersinar dengan
sukacita karena kesempatan yang terbuka untuk membagikan imannya.
"Mayor, Ia adalah Pribadi yang menciptakan seluruh semesta. Ia amat
mencintai manusia, dan Ia mengirimkan Putra-Nya ...."
Gidenko menyela, "Ya, ya, aku tahu ajaran-ajaran Kristen. Tetapi
apakah hubungannya dengan menjadi seorang prajurit? Apakah kamu
tidak menyetujui pengajaran dari Tentara Merah yang hebat?"
"Bukan, Mayor."
"Tetapi kamu tidak menerima prinsip-prinsip ilmiah dari ateisme yang
mendasari seluruh negara kita Soviet dan kekuatan militer dari
angkatan bersenjata Soviet?"
"Saya tidak dapat menerima apa yang jelas-jelas saya ketahui tidak
benar. Segala yang lain dapat saya terima dengan senang hati."
"Moiseyev, tidak ada seorang pun yang dapat membuktikan keberadaan
Allah. Bahkan pastor dan pendeta juga menyetujui hal tersebut."
"Mayor, mereka mungkin berbicara tentang mereka tidak mampu untuk
membuktikan Allah, tapi tidak ada keraguan-raguan tentang mengenal
Dia. Ia ada bersama saya saat ini, di dalam ruangan ini. Sebelum
saya datang kemari, Ia mengirimkan seorang malaikat untuk menguatkan
saya."
Gidenko menatap dengan tajam pada Ivan. Pada akhirnya ia berbicara
dengan lelah, "Aku minta maaf, Moiseyev, karena kamu tidak mau
menggunakan akal sehatmu. Sifatmu yang keras kepala itu tidak akan
mendatangkan apa pun bagimu kecuali ketidaknyamanan. Bagaimanapun,
tahun demi tahun aku telah menemukan bahwa orang-orang sepertimu
sering dapat disadarkan dengan sedikit disiplin."
"Aku memerintahkanmu untuk berdiri di jalanan malam ini setelah
ketukan dimainkan. Kamu akan berdiri di sana hingga kamu mau
mempertimbangkan kembali omong kosong mengenai allah-allah yang
dapat berbicara dan malaikat-malaikat ini."
"Karena suhu udara tampaknya akan berada pada suhu minus 13 derajat,
demi dirimu sendiri, aku harap kamu cepat-cepat setuju untuk
bertindak secara masuk akal. Besok kita akan membuat rencana bersama
untuk pendidikan ulangmu. Kamu boleh pergi."
Gidenko mengharapkan Moiseyev untuk bimbang -- untuk
mempertimbangkan kembali. Sebaliknya, ia menegakkan bahunya dan
berjalan dengan perlahan menuju pintu.
"Prajurit Moiseyev!"
Saat si prajurit membalikkan badannya, Gidenko menyadari bahwa ia
sedikit pucat. Maka ia telah memahami perintah tersebut!
"Kamu akan melakukan instruksiku dengan baju seragam musim panas.
Itu saja."
Malam itu, saat terompet berbunyi, Ivan berjalan menuruni
tangga-tangga barak menuju jalanan yang bersalju. Ia bergidik ketika
terpaan angin sedingin es membakar telinganya dan membuat matanya
berair. Seragam musim panasnya yang tipis tidak menolongnya dari
hawa dingin yang menusuk. Ia melirik arlojinya. Satu menit lewat
sepuluh.
Malam ini, ia akan memiliki waktu yang panjang untuk berdoa! Tetapi
untuk pertama kalinya sejak ia masuk ke dalam angkatan bersenjata
Soviet, doa tidak datang dengan mudah. Ia khawatir. Mungkinkah ia
berdiri di luar sini sepanjang malam? Bagaimana jika ia mati beku?
Apakah mereka akan membiarkannya membeku hingga mati? Bagaimana jika
ia menjadi demikian kedinginan hingga ia menyerah pada permintaan
mereka?
Pertanyaan-pertanyaan "bagaimana" tersebut membanjiri pikirannya dan
membuatnya kepalanya berputar-putar. Ia tahu bahwa ia harus
memikirkan sesuatu yang lain. Kemudian ia ingat akan malaikat yang
mengunjunginya tadi pagi. Malaikat tersebut telah berkata,
"Jangan takut. Aku besertamu!" Tiba-tiba ia menyadari bahwa
kata-kata malaikat itu dimaksudkan untuk malam ini! Walaupun ia
tidak lagi dapat melihatnya, Moiseyev mengetahui bahwa malaikat itu
masih berada di sana bersamanya. Ia mulai berdoa dengan tekun.
Ketika waktu menunjukkan pukul setengah satu, konsentrasinya
terpecah karena derakan salju. Dibungkus dengan mantel tebal, topi,
dan sepatu bot, 3 orang perwira perlahan-lahan berjalan menuju ke
tempatnya.
"Prajurit Moiseyev, apakah kamu telah mengubah pikiranmu? Apakah
kamu sudah siap untuk masuk dan menghangatkan diri?"
"Tidak, perwira kamerad. Betapapun saya ingin masuk dan pergi tidur,
saya tidak dapat. Saya tidak akan pernah setuju untuk tinggal diam
mengenai Allah."
Bahkan dalam cahaya temaram Moiseyev dapat melihat para perwira
tersebut keheranan dan kebingungan. Bagaimanakah ia sanggup menahan
dingin yang seperti itu?
"Apakah kamu berencana untuk berdiri di sini sepanjang malam?"
"Saya tidak dapat melihat kemungkinan pilihan yang lain, dan Allah
sedang membantu saya." Ivan memeriksa tangannya -- mereka dingin,
tapi tidak terlalu dingin. Ia masih dapat menggerakkan jari-jari
kakinya dengan mudah. Itu merupakan sebuah keajaiban! Ia melihat
pada para perwira dan dapat melihat bahwa bahkan dengan
mantel-mantel mereka, mereka sudah gemetar karena rasa dingin.
Mereka menghentak-hentakkan kaki mereka dan menepuk-nepukkan tangan
mereka, tidak sabar untuk kembali ke barak mereka yang hangat.
"Kamu akan merasa berbeda 1 jam lagi," sang perwira senior bergumam
saat mereka dengan cepat berpaling kembali.
Ivan melanjutkan untuk berdoa bagi semua orang percaya yang ia
kenal. Ia menyanyikan kidung-kidung Natal. Ia berdoa bagi setiap
perwira yang ia kenal dan yang ia ketahui. Ia berseru kepada Allah
atas nama orang-orang dalam baraknya. Perlahan-lahan pikirannya
tampak seperti melayang-layang ke suatu tempat di luar kepalanya.
Namun seberapa keras pun ia berusaha, doa menghindarinya.
Ivan sedang tertidur sambil berdiri ketika pada pukul tiga pagi,
sang perwira senior yang sedang bertugas jaga membangunkannya dan
membiarkannya kembali ke baraknya.
Untuk 12 malam berikutnya, Ivan terus berdiri di jalanan di luar
baraknya. Ajaibnya, ia tidak membeku; ia juga tidak meminta belas
kasihan. Ivan terus berbicara mengenai imannya kepada rekan-rekan
dan perwiranya. Ia menyanyikan pujian bagi kemuliaan Yesus Kristus
dalam baraknya, walaupun hal tersebut dilarang dengan keras. Kepada
mereka yang mengancamnya, ia membalas, "Seekor burung yang diancam
dengan kematian karena bernyanyi akan terus bernyanyi. Ia tidak
dapat meninggalkan sifat alaminya. Demikian juga dengan kami orang
Kristen."
Prajurit-prajurit yang ada di sekelilingnya bertobat, terkesan
dengan imannya yang sungguh-sungguh.
Komandan-komandannya terus menginterogasinya, berusaha untuk
membuatnya menyangkal Yesus. Mereka memasukkannya ke dalam sel yang
diberi pendingin. Mereka memakaikannya baju khusus dari karet, yang
ke dalamnya mereka memompakan udara hingga dadanya demikian sesak
sehingga ia nyaris tidak dapat bernafas.
Pada usia 20 tahun, Ivan tahu bawa para komunis akan membunuhnya.
Pada 11 Juli 1972, ia menulis kepada orang tuanya, "Kalian tidak
akan melihatku kembali." Ia kemudian menggambarkan penglihatan
malaikat-malaikat dan surga yang telah Allah kirim untuk
menguatkannya pada pencobaannya yang terakhir.
Beberapa hari kemudian, tubuhnya dikembalikan kepada keluarganya.
Tubuhnya menunjukkan bahwa ia telah ditikam enam kali di sekeliling
jantung. Ia memiliki luka-luka pada kepalanya dan di sekitar
mulutnya. Terdapat tanda-tanda pukulan di sekujur tubuhnya. Kemudian
ia ditenggelamkan.
Kolonel Malsin, komandannya, mengatakan, "Moiseyev meninggal dengan
sulit. Ia bertarung dengan kematian, tapi ia mati sebagai orang
Kristen."
Ayah dari pahlawan Kristen ini menulis kepada kami, "Kiranya bunga
hidup ini, yang memberikan wanginya pada kayu salib, dapat menjadi
teladan bagi semua orang muda yang beriman. Semoga mereka mencintai
Kristus sebagaimana anak kami telah mencintai Dia."
Diambil dan disunting dari:
Judul buku: Jesus Freaks
Penyusun: Toby McKeehan dan Mark Heimermann
Penerbit: Cipta Olah Pustaka, 1995
Halaman: 32 -- 37