Kolose:Suku Aimak-Firozkoh dari Afganistan

Dari In-Christ Wiki, Wiki Kristen Indonesia
Revisi per 15:32, 22 Mei 2010; Bennylin (Bicara | kontrib)
(beda) ←Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Langsung ke: navigasi, cari
  Sejak dahulu Afghanistan adalah jalur perlintasan di benua Asia yang
  membuat daerah ini menarik perhatian para pedagang dan penjajah.
  Wilayah ini pernah diinjak-injak oleh tentara para penakluk terkenal
  -- Aleksander Agung, Genghis Khan, Timur Leng -- dan tentara-tentara
  masa kini yang memperjuangkan kepentingan negara-negara Inggris,
  Rusia, dan Iran. Di tengah-tengah jalur perlintasan tersebut -- jauh
  sebelum ada perbatasan seluruh wilayah itu dengan Iran, Rusia, dan
  Afghanistan -- terdapat provinsi Khorasan milik Iran yang mencakup
  sebagian dari Afghanistan modern. Rumah tradisional milik suku
  campuran Aimak tersebar mulai dari Iran bagian timur laut sampai ke
  Afghanistan bagian barat dan tengah; sampai sekarang mereka masih
  menetap di sana. Sebagian kecil suku tersebut juga tinggal di
  Tajikistan dan sebagian menjadi pengungsi di Iran.

  Suku yang paling besar adalah suku Char Aimak, walaupun secara etnis
  mereka bukan merupakan suku tersendiri. Semula mereka dikenal dengan
  nama chahar (empat) Eimaks (bahasa Mongol untuk "suku"), yang
  menunjukkan bahwa mereka terdiri atas empat suku besar: Taiman,
  Firozkoh, Timur, dan Jamshid. Keempat suku ini terbentuk dari 250
  suku-suku kecil lainnya. Mereka bersatu bukan untuk alasan politis,
  melainkan untuk melindungi diri terhadap penjajah. Suku Aimak
  dikenal sebagai pejuang-pejuang hebat. Walaupun populasi suku ini
  besar, catatan tentang mereka masih terbilang sedikit sehingga
  mengaburkan keberadaan suku ini.

  Pada mulanya, suku ini tergolong nomaden; mereka terpaksa menjadi
  suku yang seminomaden karena siklus kekeringan hebat dan peperangan.
  Mereka mengembara secara musiman untuk menggembalakan ternak yang
  kelaparan dan/atau menetap untuk bercocok tanam dan menjadi penenun
  karpet di desa-desa yang dibangun dari tanah liat dan batu bata.

  Suku Aimak kebanyakan tinggal di provinsi Badghis, Ghor, dan Herat,
  wilayah yang ekonominya berlandaskan pertanian dan peternakan. Di
  dekatnya, Chaghcharan, "ibukota" Aimak, dan kota kuno Herat ikut
  menyumbangkan pengaruh dalam bidang ekonomi, politik, dan spiritual.
  Sebagaimana 80% penduduk Afgan lainnya, suku-suku Aimak menganut
  kepercayaan Islam Sunni Hanafi.

  Kebanyakan anggota suku Jamshid dan Timur juga hidup secara
  semimenetap di timur laut kota Herat di wilayah Sungai Kush di
  Provinsi Badghis yang subur. Orang-orang di wilayah ini biasanya
  tidak menyebut diri mereka sebagai orang Aimak. Nama suku Jamshid
  berasal dari nama seorang penguasa Persia, namun asal nama suku
  Timur tidak diketahui. Tanah yang irigasinya baik biasanya
  memproduksi beras, kapas, anggur, gandum, dan melon. Sebagian besar
  Aimak tidak lagi memiliki banyak ternak (ternak adalah tolok ukur
  kekayaan), namun dengan cuaca di daerah mereka, mereka dapat
  menggembalakan domba sepanjang tahun. Hasil perkebunan yang
  berlimpah merupakan sumber pendapatan di pasar Herat, demikian pula
  permadani Baluch Herat yang berkualitas tinggi. Pada suatu masa suku
  Timur pernah menjadi yang populasinya terbesar dan paling berkuasa
  di antara keempat suku Afgan, namun sekarang mereka mengalami
  kemunduran karena sebagian besar dari mereka pindah ke Iran utara
  pada abad ke-18 hingga ke-19.

  Provinsi Ghor dengan pegunungan dan daerah tandusnya adalah tempat
  pemukiman utama suku Taiman dan Firozkoh. Nama Taiman berasal dari
  nama tokoh pemersatu Kakar Pushtan yang terkenal pada tahun 1650.
  Sedangkan nama Firozkoh berasal dari kata "firuzkuh", yang berarti
  "gunung pirus". Bermukim di lembah Sungai Hari Rud dan Sungai
  Murghab, mereka harus menghadapi musim salju yang berat dan curah
  hujan yang sedikit yang sering diselingi oleh bencana kekeringan.
  Ketika tiba masa-masa kekeringan, anak-anak dara masih melakukan
  upacara tarian memohon hujan warisan kebudayaan pra-Islam. Karena
  suku ini merupakan suku seminomaden dan kondisi mereka lebih miskin
  daripada suku-suku di provinsi Badghis, lahan mereka yang terbatas
  menghasilkan panen gandum, melon, dan makanan ternak mereka yang
  dikandangkan pada musim dingin. Ketika mereka menggembalakan ternak
  pada musim panas, hanya suku Firozkoh yang masih tinggal di dalam
  yurt tradisional, sedangkan suku-suku lainnya sudah menggantinya
  tenda hitam kaum nomaden.

  Suku Aimak secara umum memunyai beberapa ciri khas. Dahulu Aimak
  biasa menggunakan bahasa Aimak yang sama, tetapi pada saat ini
  nampaknya hanya sedikit yang masih memakai bahasa itu. Dialek yang
  mereka gunakan saat ini mirip dialek suku Dari (suku Farsi bagian
  timur Afghanistan), yang bercampur dengan kata-kata Mongol dan
  Turki. Bahasa Dari dipergunakan di sekolah-sekolah.

  Makanan dan pakaian suku Jamshid dan Timur tidak berbeda dari suku
  yang lain. Makanan pokok mereka berupa roti gandum tebal yang
  dibakar di atas pemanggang yang terbuat dari tanah liat. Mereka juga
  menyantap nasi, kacang buncis, kentang, dan sayuran musim panas.
  Lauk pauknya berupa ayam, telur, atau daging domba (hanya untuk tamu
  atau pada hari raya). Selain itu, mereka juga menghidangkan Dugh --
  minuman racikan dari yogurt, garam, lada, dan air.

  Para wanita mereka menghiasi kehidupan monoton mereka dengan
  mengenakan busana berwarna cerah, yang dihiasi manik-manik kerlap
  kerlip dan bawahan putih atau berwarna. Para lelaki terlihat
  mengenakan turban atau tutup kepala bulat dengan mantel menyelimuti
  pundak mereka. Suku Aimak merupakan suku patriarkal, namun hak
  wanita Aimak agak berbeda dibandingkan warga pedesaan Afghanistan
  lainnya; mereka boleh bertemu para pria dan bebas berpendapat,
  bahkan jika ada orang asing di sekitar mereka.

  Pernikahan merupakan peristiwa terpenting yang dirayakan oleh
  seluruh suku Aimak. Mereka merayakannya dengan tari-tarian yang
  diiringi tabuhan irama gendang. Secara tradisi, pernikahan diatur
  pada saat calon mempelai masih kanak-kanak. Pernikahan akan
  dilangsungkan ketika calon mempelai (perempuan) sudah berumur 13
  atau 14 tahun, sedangkan calon mempelai laki-laki berumur 16-20
  tahun dan biasanya masih memunyai hubungan darah. Para gadis ini
  juga bisa menjadi istri kedua bagi para pria yang sudah berumur 40-
  an. Uniknya, di antara penduduk Taiman dan Firozhok, para wanita
  menikah pada umur 18 tahun dan dapat menolak calon suami
  pilihan ayahnya. Pengantin wanita biasanya segera pindah ke rumah
  keluarga pengantin pria setelah upacara pernikahan, namun pada
  sejumlah kasus tertentu, calon pengantin pria membantu calon
  mertuanya selama dua tahun atau lebih sebelum pelaksanaan pernikahan
  itu.

  Adat suku Aimak lebih kuat daripada rasa nasionalisme Afghanistan
  mereka. Hal ini dikarenakan mereka telah lama menikmati kemerdekaan
  dan kediaman mereka pun secara geografis jauh dari pusat
  pemerintahan di Kabul. Hukum adat dan kepala suku dianggap lebih
  berotoritas dibanding pemerintahan dan beberapa hukum-hukum Islam.
  Mungkin dengan pemerintahan dan konstitusi yang baru, Aimak mungkin
  akan dapat menjadi "lebih Afgan" pada masa depan. (t/Uly)
 Diterjemahkan dari:
 Nama situs: Joshua Project
 Penulis: Tidak dicantumkan
 Alamat URL: http://www.joshuaproject.net/peopctry.php?rop3=100150&rog3=AF

Templat:Misi:Footer

Peralatan pribadi