Dari In-Christ Wiki, Wiki Kristen Indonesia
Sejak dahulu Afghanistan adalah jalur perlintasan di benua Asia yang
membuat daerah ini menarik perhatian para pedagang dan penjajah.
Wilayah ini pernah diinjak-injak oleh tentara para penakluk terkenal
-- Aleksander Agung, Genghis Khan, Timur Leng -- dan tentara-tentara
masa kini yang memperjuangkan kepentingan negara-negara Inggris,
Rusia, dan Iran. Di tengah-tengah jalur perlintasan tersebut -- jauh
sebelum ada perbatasan seluruh wilayah itu dengan Iran, Rusia, dan
Afghanistan -- terdapat provinsi Khorasan milik Iran yang mencakup
sebagian dari Afghanistan modern. Rumah tradisional milik suku
campuran Aimak tersebar mulai dari Iran bagian timur laut sampai ke
Afghanistan bagian barat dan tengah; sampai sekarang mereka masih
menetap di sana. Sebagian kecil suku tersebut juga tinggal di
Tajikistan dan sebagian menjadi pengungsi di Iran.
Suku yang paling besar adalah suku Char Aimak, walaupun secara etnis
mereka bukan merupakan suku tersendiri. Semula mereka dikenal dengan
nama chahar (empat) Eimaks (bahasa Mongol untuk "suku"), yang
menunjukkan bahwa mereka terdiri atas empat suku besar: Taiman,
Firozkoh, Timur, dan Jamshid. Keempat suku ini terbentuk dari 250
suku-suku kecil lainnya. Mereka bersatu bukan untuk alasan politis,
melainkan untuk melindungi diri terhadap penjajah. Suku Aimak
dikenal sebagai pejuang-pejuang hebat. Walaupun populasi suku ini
besar, catatan tentang mereka masih terbilang sedikit sehingga
mengaburkan keberadaan suku ini.
Pada mulanya, suku ini tergolong nomaden; mereka terpaksa menjadi
suku yang seminomaden karena siklus kekeringan hebat dan peperangan.
Mereka mengembara secara musiman untuk menggembalakan ternak yang
kelaparan dan/atau menetap untuk bercocok tanam dan menjadi penenun
karpet di desa-desa yang dibangun dari tanah liat dan batu bata.
Suku Aimak kebanyakan tinggal di provinsi Badghis, Ghor, dan Herat,
wilayah yang ekonominya berlandaskan pertanian dan peternakan. Di
dekatnya, Chaghcharan, "ibukota" Aimak, dan kota kuno Herat ikut
menyumbangkan pengaruh dalam bidang ekonomi, politik, dan spiritual.
Sebagaimana 80% penduduk Afgan lainnya, suku-suku Aimak menganut
kepercayaan Islam Sunni Hanafi.
Kebanyakan anggota suku Jamshid dan Timur juga hidup secara
semimenetap di timur laut kota Herat di wilayah Sungai Kush di
Provinsi Badghis yang subur. Orang-orang di wilayah ini biasanya
tidak menyebut diri mereka sebagai orang Aimak. Nama suku Jamshid
berasal dari nama seorang penguasa Persia, namun asal nama suku
Timur tidak diketahui. Tanah yang irigasinya baik biasanya
memproduksi beras, kapas, anggur, gandum, dan melon. Sebagian besar
Aimak tidak lagi memiliki banyak ternak (ternak adalah tolok ukur
kekayaan), namun dengan cuaca di daerah mereka, mereka dapat
menggembalakan domba sepanjang tahun. Hasil perkebunan yang
berlimpah merupakan sumber pendapatan di pasar Herat, demikian pula
permadani Baluch Herat yang berkualitas tinggi. Pada suatu masa suku
Timur pernah menjadi yang populasinya terbesar dan paling berkuasa
di antara keempat suku Afgan, namun sekarang mereka mengalami
kemunduran karena sebagian besar dari mereka pindah ke Iran utara
pada abad ke-18 hingga ke-19.
Provinsi Ghor dengan pegunungan dan daerah tandusnya adalah tempat
pemukiman utama suku Taiman dan Firozkoh. Nama Taiman berasal dari
nama tokoh pemersatu Kakar Pushtan yang terkenal pada tahun 1650.
Sedangkan nama Firozkoh berasal dari kata "firuzkuh", yang berarti
"gunung pirus". Bermukim di lembah Sungai Hari Rud dan Sungai
Murghab, mereka harus menghadapi musim salju yang berat dan curah
hujan yang sedikit yang sering diselingi oleh bencana kekeringan.
Ketika tiba masa-masa kekeringan, anak-anak dara masih melakukan
upacara tarian memohon hujan warisan kebudayaan pra-Islam. Karena
suku ini merupakan suku seminomaden dan kondisi mereka lebih miskin
daripada suku-suku di provinsi Badghis, lahan mereka yang terbatas
menghasilkan panen gandum, melon, dan makanan ternak mereka yang
dikandangkan pada musim dingin. Ketika mereka menggembalakan ternak
pada musim panas, hanya suku Firozkoh yang masih tinggal di dalam
yurt tradisional, sedangkan suku-suku lainnya sudah menggantinya
tenda hitam kaum nomaden.
Suku Aimak secara umum memunyai beberapa ciri khas. Dahulu Aimak
biasa menggunakan bahasa Aimak yang sama, tetapi pada saat ini
nampaknya hanya sedikit yang masih memakai bahasa itu. Dialek yang
mereka gunakan saat ini mirip dialek suku Dari (suku Farsi bagian
timur Afghanistan), yang bercampur dengan kata-kata Mongol dan
Turki. Bahasa Dari dipergunakan di sekolah-sekolah.
Makanan dan pakaian suku Jamshid dan Timur tidak berbeda dari suku
yang lain. Makanan pokok mereka berupa roti gandum tebal yang
dibakar di atas pemanggang yang terbuat dari tanah liat. Mereka juga
menyantap nasi, kacang buncis, kentang, dan sayuran musim panas.
Lauk pauknya berupa ayam, telur, atau daging domba (hanya untuk tamu
atau pada hari raya). Selain itu, mereka juga menghidangkan Dugh --
minuman racikan dari yogurt, garam, lada, dan air.
Para wanita mereka menghiasi kehidupan monoton mereka dengan
mengenakan busana berwarna cerah, yang dihiasi manik-manik kerlap
kerlip dan bawahan putih atau berwarna. Para lelaki terlihat
mengenakan turban atau tutup kepala bulat dengan mantel menyelimuti
pundak mereka. Suku Aimak merupakan suku patriarkal, namun hak
wanita Aimak agak berbeda dibandingkan warga pedesaan Afghanistan
lainnya; mereka boleh bertemu para pria dan bebas berpendapat,
bahkan jika ada orang asing di sekitar mereka.
Pernikahan merupakan peristiwa terpenting yang dirayakan oleh
seluruh suku Aimak. Mereka merayakannya dengan tari-tarian yang
diiringi tabuhan irama gendang. Secara tradisi, pernikahan diatur
pada saat calon mempelai masih kanak-kanak. Pernikahan akan
dilangsungkan ketika calon mempelai (perempuan) sudah berumur 13
atau 14 tahun, sedangkan calon mempelai laki-laki berumur 16-20
tahun dan biasanya masih memunyai hubungan darah. Para gadis ini
juga bisa menjadi istri kedua bagi para pria yang sudah berumur 40-
an. Uniknya, di antara penduduk Taiman dan Firozhok, para wanita
menikah pada umur 18 tahun dan dapat menolak calon suami
pilihan ayahnya. Pengantin wanita biasanya segera pindah ke rumah
keluarga pengantin pria setelah upacara pernikahan, namun pada
sejumlah kasus tertentu, calon pengantin pria membantu calon
mertuanya selama dua tahun atau lebih sebelum pelaksanaan pernikahan
itu.
Adat suku Aimak lebih kuat daripada rasa nasionalisme Afghanistan
mereka. Hal ini dikarenakan mereka telah lama menikmati kemerdekaan
dan kediaman mereka pun secara geografis jauh dari pusat
pemerintahan di Kabul. Hukum adat dan kepala suku dianggap lebih
berotoritas dibanding pemerintahan dan beberapa hukum-hukum Islam.
Mungkin dengan pemerintahan dan konstitusi yang baru, Aimak mungkin
akan dapat menjadi "lebih Afgan" pada masa depan. (t/Uly)
Diterjemahkan dari:
Nama situs: Joshua Project
Penulis: Tidak dicantumkan
Alamat URL: http://www.joshuaproject.net/peopctry.php?rop3=100150&rog3=AF
Templat:Misi:Footer