Daftar isi |
Bangsa Tajik merupakan salah satu penduduk asli Iran, Afganistan, dan sebuah wilayah yang dikenal dengan sebutan Turkestan dalam sejarah. Nama "Tajik" itu mengacu pada suku-suku bangsa Kaukasia, yang biasanya tinggal menetap dan berbicara dengan berbagai dialek Persia. Mereka adalah ahli waris dan penyebar kebudayaan Asia Tengah, yang membentang dari dataran tinggi Iran hingga daerah memanjang Laut Kaspia hingga ke perbatasan Tiongkok. Mereka membangun perkampungan dengan rumah-rumah tanah liat atau batu, beratap datar, dan mereka mengolah tanah beririgasi yang ditanami gandum, jelai, dan milet. Perkebunan mereka terkenal karena buah melon dan beragam buah-buahan lain. Keterampilan mereka sudah cukup berkembang. Kota-kota mereka, yang berada di sepanjang jalur karavan penghubung Persia, Tiongkok, dan India, menjadi pusat-pusat perdagangan.
Orang-orang Tajik dikenal memiliki harga diri tinggi dan dapat bertahan dalam berbagai situasi. Mereka juga dikenal pemurah dan peramah. Mereka tipe pekerja keras dan sangat mengutamakan keluarga. Di Iran, pusat utama wilayah mereka terletak di barat kota Shiraz.
Lebih dari separuh wilayah Iran merupakan tanah bebatuan atau tanah tandus; sebagian besar wilayah tersebut berupa gurun bergaram yang tidak dapat dihuni. Sekitar sepersepuluh daerah di negara itu baik untuk pertanian, dan seperempat lainnya baik untuk menggembalakan ternak. Hampir sepertiga daerah agrikultur mereka telah beririgasi, kebanyakan terletak di perbukitan perbatasan antara padang pasir dan gunung-gunung.
Kondisi kesehatan di luar ibukota tidak begitu baik. Kebanyakan penduduk di kota-kota kecil dan di daerah pedesaan menderita karena tidak tersedianya fasilitas kebersihan dan tenaga medis yang memadai. Penyakit menular, seperti demam merah [penyakit infeksi yang ditandai bintik-bintik merah di kulit], batuk berdahak, TBC paru-paru, dan demam tifus lazim ditemukan di sana. Tingkat kematian bayi mencapai taraf yang mencemaskan; bahkan, menurut standar internasional dan Timur Tengah, angka kematian bayi di sana sudah sangat tinggi. Walaupun demikian, harapan hidup pria dan wanita bisa mencapai umur 65 tahun.
Meskipun disediakan program wajib belajar lima tahun di Iran, banyak anak di pedesaan tidak pernah bersekolah karena tidak disetujui orang tua mereka ataupun karena fasilitas tidak memadai. Sekolah lanjutan tidak berkembang di sana. Sekolah-sekolah itu hanya berfungsi menyiapkan segelintir siswa melanjutkan pendidikan ke tingkat universitas. Tingkat tunaaksara di negara itu mencapai angka yang tinggi (melebihi 90%), bahkan termasuk buruk jika dibandingkan negara-negara Timur Tengah lainnya. Namun demikian, orang Tajik mampu mewariskan nilai-nilai dan tradisi-tradisi mereka melalui cerita, lagu-lagu, dan tari-tarian tradisional.
Kebanyakan orang Tajik bekerja sebagai petani dan peternak pendatang yang memiliki tanah dan kurang melibatkan diri dalam organisasi kesukuan. Orang Tajik lainnya yang tinggal di perkotaan adalah para pedagang dan tukang-tukang yang terampil. Orang Tajik mengenakan turban penutup kepala dengan tenunan berwarna terang -- atau jika mereka sedang bekerja di ladang, mereka mengenakan penutup kepala dari kain wol. Para wanita pedesaan Tajik mengenakan selendang, alih-alih mengenakan penutup wajah.
Agama Islam sangat memengaruhi budaya Iran, sebagaimana tampak dalam kesenian, kesastraan, dan struktur sosial di negara itu. Setelah revolusi 1979, imam-imam Shiah menjalankan pembaruan praktik-praktik Islam. Para wanita diperintahkan untuk kembali ke peranan tradisional mereka; bioskop ditutup dan stasiun radio dilarang menyiarkan musik. Pemisahan pria dan wanita dalam acara sosial diberlakukan kembali. Banyak wanita kembali memakai cadar, kain hitam penutup seluruh bagian kepala dan tubuh.
Dari luar, orang-orang Tajik tampak 100% Muslim; hampir semua adalah orang Islam Sunni beraliran Hanafi. Islam telah menyusup ke seluruh ranah kehidupan mereka, termasuk upacara-upacara kelahiran, akil balig, pernikahan, dan kematian. Doa-doa yang dihafalkan dilafalkan setiap hari. Namun demikian, mereka juga menerapkan praktik spiritisme, yang didasarkan takhayul, termasuk memakai jimat dan guna-guna.
Hanya segelintir orang Tajik yang sudah menjadi percaya, tetapi sebenarnya banyak orang yang sudah percaya meskipun sembunyi-sembunyi. Mereka sudah bisa mendapatkan Alkitab. Selain itu, korespondensi dengan bahan Alkitab dalam bahasa mereka telah beredar. Doa syafaat yang sepenuh hati merupakan kunci untuk menggerakan orang-orang Tajik datang kepada Kristus.
Diterjemahkan dari: Nama situs: Joshua Project Penulis: Tidak dicantumkan Alamat URL: http://www.joshuaproject.net/peopctry.php?peo3=15201&rog3=IR