SERI DOKTRIN ALKITAB ALKITABIAH (Bagian 4-Ending)

Para Editornya

Westcott adalah seorang Bishop gereja Anglikan, gereja yang Doktrin Gereja (ecclesiology) nya hampir sama dengan Gereja Roma Katolik. Perbedaannya hanya Gereja Roma Katolik berpusat di Roma sedangkan gereja Anglikan berpusat di London. Dan Gereja Roma Katolik dikepalai Paus sedangkan gereja Anglikan dikepalai Raja atau Ratu Inggris. Sedangkan Hort adalah seorang dosen Universitas Cambridge. Dr. D.A. Waite yang meneliti buku-buku yang ditulis mereka menyimpulkan bahwa sesungguhnya mereka bukan seorang yang telah lahir baru.

In this study, I quote from their writings extensively and show form five of their books that they are apostates, liberals, and unbelievers. (Dr. D.A. Waite, Defending the King James Bible, Collingswood: The Bible for Today Press, 1992)

Selain Westcott dan Hort, siapa lagi di balik CT yang makin hari makin dominan itu? Critical Text yang hari ini banyak dipakai di Sekolah Teologi adalah edisi ke-26 yang disebut Nestle/Aland Greek New Testament, 26th edition. Eberhard Nestle dan Kurt Aland, kedua-duanya orang Jerman yang membentuk sebuah komisi yang terdiri dari Kurt Aland sendiri, Matthew Black seorang yang imannya diragukan, Carlo M. Martini seorang Kardinal gereja Katolik, Bruce Metzger dari Princeton, universitas yang sangat liberal, dan Alan Wigren dari Chicago. Mereka inilah yang mengatakan bahwa rasul Matius salah tulis karena tidak melihat catatan di Bait Allah sehingga yang seharusnya Asa namun ditulis Asaf, demi untuk membela konsep mereka bahwa naskah kuno yang mereka pakai adalah yang terbaik, yang tidak terjamah oleh tangan-tangan jahil.

Sebaliknya orang-orang yang mengedit TR adalah orang-orang yang mengasihi Tuhan. Desiderius Erasmus, yang sering dikritik karena humanis, adalah humanis abad pertengahan yang berusaha melepaskan diri dari kungkungan universalisme gereja Roma. Ia bukan humanis masa kini yang filosofinya berpusatkan pada manusia dan mengagungkan manusia. Sedangkan Stephanus adalah orang Protestan yang sangat mengasihi Tuhan, orang yang rela mengorbankan nyawa demi membela kebenaran. Apalagi Theodore Beza, teman dekat John Calvin, adalah tokoh reformasi yang sangat terhormat dan mengasihi Tuhan. Edisi Stephanus dan Beza-lah yang secara umum diterima oleh orang-orang percaya yang baru mendapat kebangunan rohani melalui gerakan reformasi. Edisi ke-4 Stephanus tahun 1551 yang telah dilengkapi pasal dan ayat telah menjadi berkat bagi jutaan orang, terlebih setelah dijadikan dasar untuk penerjemahan ke berbagai bahasa termasuk King James Version.

Tujuan Para Editor

Baik Erasmus, Stephanus, maupun Beza, mereka berusaha mewujudkan kitab PB bahasa asli hanya agar orang-orang percaya memiliki firman Tuhan di tangan mereka yang praktis, agar mereka dapat mempelajarinya dan memberitakannya. Mereka tidak memikirkan masalah hak cipta dan lain sebagainya. Hasil karya mereka menyebabkan banyak orang melihat terang Tuhan dan orang-orang itu diselamatkan. Masyarakat Eropa berubah total setelah reformasi dan tersedianya Alkitab dalam cetakan telah memungkinkan mereka membaca dan mempelajarinya. Tingkat moral masyarakat menjadi semakin tinggi demikian juga dengan tingkat kepatuhan mereka terhadap hukum. Setiap kali orang menyebut firman Tuhan, tentu yang dimaksud adalah TR atau terjemahannya pada masing-masing bahasa.

Namun setelah Westcott dan Hort menerbitkan edisi mereka, kebingungan mulai melanda, pertama-tama di kalangan intelektual karena mereka terpaksa harus memilih teks mana yang harus mereka jadikan patokan, dan akhirnya juga melanda seluruh kekristenan. Di Indonesia hal ini tidak terasa karena kita hanya memiliki satu versi Alkitab yaitu terbitan Lembaga Alkitab Indonesia. Tetapi bagi masyarakat yang berbahasa Inggris, dengan tersedianya berbagai versi Alkitab, maka agak kerepotan juga.

Pukulan yang paling menyakitkan ialah tertawaan dari pihak luar, misalnya pihak Islam, yang mengatakan bahwa Injil asli orang Kristen sudah tidak ada, yang ada sekarang adalah yang palsu. Adanya kesalahan pada teks Westcott dan Hort biasanya mereka jadikan bukti untuk statemen mereka. Mereka dapat mengatakan, ”lihat, nama silsilah saja salah catat, tidak salah toh kalau itu adalah yang palsu?”

Kehadiran CT telah menyebabkan perdebatan yang tidak ada habis-habisnya. Iblis mencatat sukses karena ia berhasil menggoncang dasar iman orang Kristen dan meletakkan batu sandungan terhadap sebagian orang yang belum percaya. Sebagian orang yang tidak memahami masalah ini sempat tersandung karena mereka dipaksa untuk mempertanyakan aspek human error dari teks bahasa asli yang ada pada saat ini. Tentu karena mereka tidak diberi informasi bahwa usaha pengeditan yang teliti telah dilakukan oleh Erasmus, Stephanus, Beza dengan membanding-bandingkan naskah demi naskah hingga akhirnya tidak ditemukan lagi kesalahan dan orang-orang percaya yang dipenuhi Roh Kudus pun secara universal telah menerimanya.

Teks Yang Manakah Yang Adalah Otoritas Final?
Pada saat Alkitab terjemahan tidak jelas terhadap suatu masalah atau terdapat perbedaan antara satu terjemahan dengan terjemahan yang lain, kemanakah kita akan mencari otoritas final untuk menjelaskannya? Mau atau tidak mau, Alkitab bahasa asli adalah otoritas final untuk menyelesaikan masalah baik yang praktis maupun yang bersifat doktrinal.

Jika dunia kekristenan hanya memiliki satu versi Alkitab bahasa asli seperti keadaan abad 16, 17, dan 18, maka dengan gampang dan dengan kebulatan hati semua orang Kristen akan mengacu kepada Alkitab bahasa asli yang hanya satu itu. Kini setidaknya tersedia dua Alkitab bahasa asli yang didalamnya terdapat + 5604 perbedaan, maka dengan terpaksa setiap orang Kristen harus menetapkan versi manakah yang akan diakuinya sebagai Alkitab bahasa asli yang benar, atau otoritas yang final (The Final Authority).

Telah diuraikan di atas bahwa teks yang diakui, Received Text atau Textum Receptum (TR) yang diedit pertama kali oleh Erasmus dan diperlengkapi oleh Stephanus dan Beza adalah yang telah diperiksa dan ternyata tidak ditemukan kesalahan serta telah membawa berkat bagi penduduk dunia lebih dari 3 abad. Sedangkan Critical Text (CT) yang diedit oleh Westcott dan Hort serta diedit ulang oleh komite yang dipimpin oleh Nestle dan Aland ternyata terdapat kesalahan yang sangat konyol, yaitu Asa ditulis dengan Asaf. Masih ada banyak kesalahan lain lagi yang mereka akui, namun pada umumnya kesalahan itu mereka lemparkan kepada sang penulis untuk membangun asumsi bahwa penulis Alkitab tidak diilhami, atau bahwa Alkitab itu bukan buku istimewa melainkan sama seperti catatan sejarah lain.


Untuk membangun doktrin yang benar kita membutuhkan dasar yang benar. Doktrin alkitabiah adalah doktrin yang didasarkan hanya pada Alkitab saja. Lalu kalau diperhadapkan dua versi naskah PB Alkitab bahasa asli, yang manakah yang anda akan pilih? Kini banyak teolog telah kemasukan angin Liberalisme, demikian juga sekolah-sekolah teologia. Masalah Alkitab bahasa asli bisa menjadi salah satu faktor untuk mengenal aliran sebuah sekolah teologia. Rata-rata sekolah teologia aliran Liberal lebih senang memakai Critical Text (CT) karena ketika dosen di sekolah tersebut belajar ke luar negeri, ia sudah terlanjur masuk ke sekolah liberal dan yang memakai CT. Namun sekolah teologia aliran Fundamental tetap bertahan pada Received Text atau Textum Receptum yang tidak ada kesalahan dan telah mendatangkan banyak manfaat bagi umat manusia. Anda di pihak mana?


Sumber: Artikel 1-4 Seluruhnya ditulis dari Bab 8 buku DOKTRIN ALKITAB ALKITABIAH, Pdt. Suhento Liauw, DRE, D.Th, GBIA GRAPHE, cetakan 2, 2001, Jakarta, halaman 109-132

Tambahan dari Saya:
Mulai Oktober tahun 2007 sudah tercetak Alkitab terbitan Yayasan Lentera Bangsa (www.yalensa.org), yang bersumber pada naskah MT (naskah sumber berbahasa Ibrani untuk PL) dan TR (naskah sumber berbahasa Yunani untuk PB) serta The Interlinear Bible (Jay P. Green).

Artikel selengkapnya bisa dibaca di http://dedewijaya.blogs.friendster.com. Simpan dan pelajarilah artikel ini, mungkin suatu saat anda memerlukannya. Tuhan memberkati.

Kategori: Alkitab

Keywords Artikel: DOKTRIN ALKITAB

Topic Artikel: Teologi dan Alkitab