Lika-Liku Pesona GENDERISME Spiritual

BathiQoY's picture

Diskriminasi gender, emansipasi wanita; semakin hari semakin marak saja. Tuntutan kesetaraan dalam segala bidang. Bahkan sampai kepada aspek yang religius spiritual. Banyak diperbincangkan, banyak diperdebatkan dan diributkan terutama dalam dimensi Kristiani. Salahkah ?... Perlukah ?

Menurut pendapat Anda, Tuhan Allah itu laki-laki atau perempuan? Menurut keyakinan saya, orang yang ngotot mengatakan, Allah itu laki-laki sama bodohnya dan sama salahnya dengan mereka yang tanpa kompromi mengatakan bahwa Dia perempuan.

Allah adalah Allah, “AKU adalah AKU”, tak tergambarkan dan tak terjabarkan. Dia tak dapat kita katakan tinggi atau pendek, tua atau muda, hitam atau putih, laki-laki atau perempuan. Dia ada di dalam semua (tapi juga di luar semua) dan di atas semua (tapi juga di bawah semua).

Tentu saja saya sadar sepenuhnya bahwa Alkitab amat sering menyebut Allah sebagai “Bapak”. Yesus mengajar kita untuk mengalamatkan doa kita kepada “Bapa kami yang di surga”. Dan Dia juga pernah bercerita tentang “anak yang hilang” dan “bapak yang pengasih”. Dan macam-macam lagi. Namun demikian, bagi saya, ada begitu banyak hal yang dilakukan oleh Allah, yang lebih pantas untuk digambarkan sebagai tindakan seorang “ibu” daripada seorang “bapak”.

Seorang ibu tahu betul bagaimana mengasihi anak, bagaimanapun tidak layaknya anak itu un-tuk dikasihi. Bagaimanapun tidak masuk akalnya kasih itu. Hanya ibu yang tahu itu. Bukan bapak atau yang lain.

Allah menyayat hati-Nya sendiri dengan rela mengorbankan Sang Putra. Tetapi kasih selalu lebih besar dari apa pun. Lebih besar dari kesalahan yang mungkin dibuat oleh orang yang kita kasihi. Lebih besar dari rasa sakit yang mungkin kita tanggung demi orang yang kita kasihi.

Oleh karena itu, saya dapat lebih memahami tindakan kasih Allah itu sebagai tindakan seorang “ibu” daripada sebagai tindakan seorang “bapak”. Artinya, beruntunglah kita dan bersyukurlah Anda karena Allah tidak hanya mau bertindak sebagai seorang “bapak” yang adil, tetapi terutama sebagai seorang “ibu” yang penuh we-las asih.

Hanya karena kasih seorang “ibu”, kita da-pat memahami kalimat ini, “Kamu yang dahulu bukan umat Allah, sekarang telah menjadi umat-Nya; yang dahulu tidak dikasihani, sekarang telah beroleh belas kasihan” (1 Petrus 2:10).

Ayat ini diambil dari kisah Nabi Hosea yang, bagi saya, sensasional dan sama sekali tidak masuk akal, yaitu ketika Hosea bin Beeri diperintahkan oleh Tuhan sendiri untuk menikahi Gomer binti Diblaim, seorang perempuan sundal (tak dijelaskan kelas tinggi, rendah, atau menengah). “Pergilah, kawinilah seorang perempuan sundal dan peranakkanlah anak-anak sundal, karena negeri ini bersundal hebat dengan membelakangi Tuhan!” (Hosea1:2). Menurut saya, ini lebih mirip suara dan perintah seorang bapak yang sedang dibakar amarah yang amat besar.

Konon, dari pernikahan yang aneh itu lahirlah tiga orang anak yang mesti diberi nama yang aneh-aneh pula. Anak yang kedua, seorang pe-rempuan, diberi nama Lo-Ruhama, artinya: “tidak dikasihani”. Kemudian anak yang ketiga, seorang laki-laki mesti diberi nama Lo-Ami, artinya: “bukan umat”. Semua itu menggambarkan sikap “sang Bapak” yang marah terhadap anak-Nya, umat Israel, yang tidak setia. Israel adalah “lo-ruhama” dan “lo-ami”.

“Lo-Ruhama”, karena “Aku tidak akan menyayangi lagi kaum Israel, dan sama sekali tidak akan mengampuni mereka”. Dan “Lo-Ami”, karena “kamu ini bukanlah umat-Ku dan Aku ini bukanlah Allahmu” (Hos1:6,9). (Sebab itu, nasihat saya, walaupun kedengaran enak, bila Anda mempunyai anak, janganlah Anda berikan kedua nama itu).

Namun, terpujilah Nama Tuhan karena Dia tidak hanya menyatakan diri sebagai seorang bapak yang pemberang, tetapi sekaligus sebagai seorang ibu yang pengampun. Di pasalnya yang kedua, kita membaca Tuhan berfirman, “Pada waktu itu, Aku akan mendengarkan langit, dan langit akan mendengarkan bumi. (Aku) akan menyayangi Lo-Ruhama, dan Aku (akan) berkata kepada Lo-Ami: Umat-Ku engkau! Dan ia akan berkata: Allahku!” (Hos2:20,22).

Itulah latar belakang 1 Petrus 2:10 yang dikutip di atas, “Kamu yang dahulu ‘lo-ami’, sekarang telah menjadi ‘ami’; yang dahulu ‘lo-ruhama’, sekarang telah beroleh ‘ruhama’.”

Pola yang sama kita lihat pula dalam kisah tak lama setelah manusia jatuh ke dalam dosa. Sang Bapak segera datang dengan amarah. Ular dikutuk makan debu seumur hidup. Laki-laki dilaknat bekerja keras sepanjang usia. Dan perempuan ditentukan melahirkan dengan kesakitan yang amat sangat, lagi pula tertindas oleh laki-laki. Dan manusia pun diusir keluar dari Taman Eden.

Mengapa Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan ? Melengkapi secara ideal dan harmonis. Laki-laki bersetubuh dengan perempuan kemudian wanita melahirkan,mereka membentuk sebuah KELUARGA. Beda wanita dan pria, apakah mereka sungguh berbeda ? secara fisik memang jelas beda, ini semua atas asaz Fungsional !? Secara emosional ?

Banyak wanita teriak dengan lantang kepada para Lelaki "Apa yang elu bisa ogud juga bisa!!" tetapi disaat wanita disuruh melakukan pekerjaan-pekerjaan khas Lalaki hasilnya "Piye toh Jeng?", begitu juga dengan Lalaki yang gawe ala awewe "Kumaha atuh kang mas ?" Banyak tergambar kesan "ngotot" pada wanita untuk menyaingi pria, dan kesan "sok lunak" pada laki-laki dalam bersaing dengan wanita pun nyaris dalam segala bidang.

Pada masa nomaden, dimana orang-orang hidup dengan berburu. Wanita melahirkan dan menjaga anak-anak. Secara fisik mereka akan kalah tangkas oleh laki-laki. Kodrat wanita adalah menolong, Kodrat pria adalah memimpin. Pemimpin mengusahakan dan Penolong memelihara.

Seorang penolong sulit "memimpin" pemimpin dan seorang pemimpin sulit "menolong"penolong. Padahal dalam kehidupan rumah tangga, daur menolong dan memimpin tidak bisa dipisahkan. Keduanya harus sinkron. Pimpinlah dengan bijak dan Tolonglah dengan Tepat. Biarlah pemimpin ditolong, dan penolong dipimpin.

Jadi pada sisi yang lain; adakah Allah itu bergender ?

Nope!!

Allah itu Roh (Yohanes 4:24a)

Allah itu Roh, roh tidak mempunyai gender (lelaki/ perempuan). Karena kitapun jika sudah memiliki Tubuh Kemuliaan di Surga nanti juga tidak memiliki jenis kelamin seperti keadaan tubuh kita sekarang ini. ( Matius 22:30)

Namun Pribadi Allah ditulis dengan kata ganti bentuk Maskulin "He" (Dia laki-laki).
Juga sebutan-sebutan maskulin lainnya : Allah Bapa, Allah sebagai 'suami', Yesus sebagai 'mempelai laki-laki' dst...

Ada memang ayat yang menggambarkan sifat "feminin" dari Allah, misalnya dalam :

* Yesaya 66:13
Seperti seseorang yang dihibur ibunya, demikianlah Aku ini akan menghibur kamu; kamu akan dihibur di Yerusalem.

Salahkah kita bila kita memperdebatkan Allah itu laki-laki atau perempuan ? Namun yang pasti, tepatlah kita memahami Allah berperan sebagai bapak dan ibu sekaligus.

Kategori: Konseling Kristen

Comments

Diskriminasi Gender

Allah itu Roh, roh tidak mempunyai gender (lelaki/ perempuan). Karena kitapun jika sudah memiliki Tubuh Kemuliaan di Surga nanti juga tidak memiliki jenis kelamin seperti keadaan tubuh kita sekarang ini. ( Matius 22:30)
Jangan lupa, yang namanya kebangkitan adalah kebangkitan tubuh. kemudian, Bukankah Allah mencipta manusia laki-laki dan Perempuan? Jadi jangan berpikir di surga kita tidak punya jenis kelamin. Keragaman laki-laki dan perempuan adalah hakikat ciptaan, pada waktu dicipta  oleh Allah, Adam dan Hawa, sebelum jatuh dalam dosa memiliki jenis kelamin, laki-laki dan perempuan, jadi tidak mungkin berubah, karena dosa hanya merusak tidak mencipta. jadi jika Allah menyempurnakan, berarti sempurna sebagai ciptaan laki-laki dan perempuan, tapi dalam kemuliaan, tanpa dosa.
Laki-laki dan perempuan berbeda tapi sama kedudukannya, yang menolak keragaman laki-laki dan perempuan dan yang melakukan diskriminasi sama-sama melawan Allah pencipta.

BathiQoY's picture

Disfungsi sexual ?

Binsar said: ...Keragaman laki-laki dan perempuan adalah hakikat ciptaan, pada waktu dicipta oleh Allah, Adam dan Hawa, sebelum jatuh dalam dosa memiliki jenis kelamin, laki-laki dan perempuan, jadi tidak mungkin berubah, karena dosa hanya merusak tidak mencipta. jadi jika Allah menyempurnakan, berarti sempurna sebagai ciptaan laki-laki dan perempuan, tapi dalam kemuliaan, tanpa dosa.

-----

Sekalipun berkelamin, tetapi berada dalam posisi disfungsi, ya..sekalipun masih bisa terlihat secara fisikal tetapi tidak secara fungsional. Silahkan kalau ada pendapat lain ;)

                                                    -###- 

* James 2:26 >For as the body without the spirit is dead, so faith without works is dead also.

Syallom_El Shadday