Siang ini aku membuka-buka sebuah buku tentang bagaimana menjadi seorang penulis, judulnya "Daripada Bete Nulis Aja" karangan Caryn Mirriam-Goldberg, Ph.D yang diterbitkan oleh Kaifa For Teens. Dari hasil buka-buka tersebut ada sebuah topik bahasan yang menurutku cukup menarik, tentang tempat menulis.

Tentu sudah tidak asing lagi jika kita menemukan kiat-kiat untuk menjadi seorang penulis jika kita membaca buku bagaimana menjadi seorang penulis. Mulai dari perkenalan istilah-istilah dalam dunia sastra, jenis-jenis karangan, bagaimana membuat sebuah ending cerita yang menarik dan lain sebagainya.

Tapi dalam buku ini disebutkan salah satu faktor sederhana yang kadang luput dari perhatian kita, yaitu menemukan tempat untuk menulis. Dalam salah satu babnya penulis mencoba mendorong kita untuk menemukan tempat dan waktu yang paling cocok untuk menulis, disini saya akan menyebutnya pojok tulis. Dia mencontohkan beberapa penulis terkenal yang memiliki pojok tulis mereka sendiri, contohnya seorang penulis novel dari abad kesembilan belas bernama Jane Austen yang menulis di atas sebuah meja pinus sederhana. Sang penulis sendiri mengaku ketika masih SMU dia suka menulis di aula sembari menunggu pergantian mata pelajaran.

Pojok tulis bukanlah sebuah tempat mewah nan eksklusif. Pojok tulis bisa dimana saja, sebuah tempat dimana kita merasa nyaman, aman, dan santai, sehingga tanpa kita sadari ide-ide baru mengalir terus di kepala kita.

Pojok tulis bisa di mana saja, di tempat umum, di kamar tidur maupun di loteng rumah kita. Jika kita menemukan sebuah tempat di mana kita selalu ingin menulis dan menulis lagi, maka disitulah pojok menulis kita, tidak peduli apakah itu sebuah meja di warung nasi liwet Bu Slamet, teras rumah kita atau perpustakaan daerah.

Selama ini mungkin kita berpikir bahwa seorang penulis selalu menulis di sebuah tempat yang tenang dan senyap dimana tidak ada suara apa pun yang mengganggu mereka. Namun pada kenyataannya setiap orang ternyata memiliki kecenderungan yang berbeda. Ada beberapa orang yang justru merasa nyaman menulis di tempat ramai sambil memperhatikan orang yang berlalu lalang, baginya orang-orang tersebut merupakan sebuah inspirasi menulis tanpa batas.

Penulis juga menguraikan sedikit tentang waktu menulis yang berbeda-beda untuk setiap orang. Jadi selain pojok tulis setiap penulis memiliki waktu yang produktif dimana mereka memperoleh ide-ide segar mereka. Bisa pagi, sore, atau malam hari. Ada beberapa orang yang merasa nyaman menulis pada waktu semua pekerjaan mereka telah selesai, namun ada juga orang yang menulis di sela-sela waktu mereka mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

Pikirkan dimana tempat menulis ideal kita. Pikirkan kapan waktu menulis kita yang paling produktif. Apakah di tengah keramaian atau di ruang pribadi kita, misalnya kamar tidur. Di meja, di atas bantal, di dapur atau di warung kopi. Apakah tengah malam, akhir minggu, atau siang hari sambil menikmati segelas es sirup. Bayangkan dan temukan sebuah tempat dimana kita bisa menghidupkan mimpi kita dan membagikannya kepada dunia.

Yuk, kita share tentang pojok tulis di sini.

Kategori: Literatur Kristen