Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam kita (I Yoh 1:8-10)
Kendati dosa adalah ihwal yang sangat menyedihkan. Alkitab menawarkan harapan dan optimisme menghadapinya. Inti berita Alkitab adalah prakarsa akbar ilahi mengatasi dosa, yaitu rencana Allah menyelamatkan manusia melalui Yesus Kristus. Bahwa keselamatan hanyalah dari Allah saja. Keselamatan berpusat pada Yesus Kristus, Allah yang kekal, telah menjelma menjadi manusia sebagai Adam terakhir, Juruselamat manusia.
Dosa dikalahkan oleh karya Kristus – KelahiranNya yang ajaib, hidupNya yang taat kepada Alah secara sempurna, khususnya kematianNya di kayu salib, kebangkitanNya dan kenaikanNya ke Sorga, kerajaanNya atas sejarah umat manusia dan kedatanganNya yang kedua kali dengan penuh kemuliaan. Kuasa rampasan dosa telah dibinasakan, akibat-akibat buruk dari kejatuhan Adam dibungkamkan, diimbangi , sehingga kehormatan dan keakbaran Allah dibenarkan dan dikukuhkan, kekudusanNya dimantapkan dan kemuliaanNya berjaya luas.
Itulah amanat akbar Alkitab "Allah dalam Kristus telah menaklukkan dosa!". Dampak penaklukkan itu terungkap dalam kehidupan umat Allah, yaitu orang-orang yang oleh iman kepada Tuhan Yesus Kristus dan karya penyelamatanNya yang tuntas sempurna, dibebaskan dari kesalahan dan hukuman dosa. Dan mereka mengalami penaklukkan kuasa dosa melalui kesatuan mereka dengan Kristus. Proses pengalaman ini akan mencapai puncaknya pada zaman akhir – pada waktu Kristus dalam kemuliaanNya datang untuk kedua kalinya. Pada waktu itu pula umat Allah akan dikuduskan secara sempurna, dosa akan dienyahkan dari ciptaan Allah, dan sorga serta bumi baru akan terwujud dimana kebenaran diberlakukan.
Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia sorgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, dan yang mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang, namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di muka umum.(Ibrani 6: 4-6)
Jika ada orang yang "murtad" dari perjanjian baru, artinya dia yang "sudah diterangi" (Ibrani 10:32), yaitu orang yang sengaja menentang dan menentang iman Kristen harus menderita hukuman yang lebih berat (Ibrani 10:29) : Sebab pandanglah betapa berat kesalahannya. Ia sudah menginjak-injak diriNya, yang ada dan sudah diakuinya sebagai Anak Allah. Ia menyangkal adanya arti kudus kepada darah, yang baginya sudah dipercayai menjadi meterai perjanjian dari pengudusannya sendiri.
Karena satu-satunya korban dosa sudah ditolak oleh orang itu. Allah tidak menyediakan pengampunan bagi dosa semacam itu. Ibrani 10: 30-31 memberi penegasan : Adakah akibat apapun yang lebih mengerikan daripada cara demikian (murtad)? sebab mereka yang murtad itu akan menghadapi Allah sebagai lawannya dalam penghakiman (ayat 31).
Kemurtadan (Yunani: "apostasia") dipakai dua kali dalam Perjanjian Baru sebagai kata benda dalam 2 Tesalonika 2:3 dan di dalam Ibrani 3:12 dalam bentuk kata kerja (Yunani: aphistemi; dalam versi lain diterjemahkan sebagai "berbalik dari"). Istilah Yunani ini ditegaskan sebagai tindakan meninggalkan, berkhianat, memberontak, mengundurkan diri atau berbalik meninggalkan sesuatu yang dahulu diikuti.
1) Menjadi murtad berarti memutuskan hubungan keselamatan dengan Kristus atau mengundurkan diri dari persekutuan yang sangat penting dengan Dia dan iman yang sejati kepada-Nya.
Dengan demikian kemurtadan pribadi hanya dapat terjadi pada seseorang yang sebelumnya sudah mengalami keselamatan, kelahiran baru, dan pembaharuan melalui Roh Kudus (bandingkan dengan Lukas 8:13; Ibrani 6:4-5); kemurtadan bukan sekedar tindakan menyangkal doktrin
Perjanjian Baru oleh mereka yang belum diselamatkan di dalam jemaat. Kemurtadan mungkin meliputi dua aspek yang berbeda namun berhubungan:
(a) kemurtadan teologis, yaitu: menolak semua atau sebagian dari ajaran asli Kristus dan para rasul (1 Timotius 4:1; 2 Timotius 4:3), dan
(b) kemurtadan moral, yaitu: seseorang yang sebelumnya percaya kini tidak lagi tinggal di dalam Kristus dan sebagai gantinya memperbudak
dirinya kepada dosa dan kebejatan lagi (Yesaya 29:13; Matius 23:25-28; Roma 6:15-23; 8:6-13).
2) Alkitab memberikan peringatan yang mendesak mengenai kemurtadan, dengan tujuan mengingatkan kita agar waspada terhadap bahaya meninggalkan kesatuan kita dengan Kristus dan mendorong kita untuk bertekun di dalam iman dan ketaatan.
Maksud ilahi dari ayat-ayat peringatan ini jangan dilemahkan dengan pernyataan, "peringatan-peringatan ini bersifat sungguh-sungguh, tetapi
kemungkinan terjadi kemurtadan secara aktual tidak ada." Sebaliknya, kita harus memandang peringatan-peringatan ini sebagai mengacu kepada realitas masa percobaan kita sehingga kita harus betul-betul memperhatikannya jikalau kita ingin mencapai keselamatan pada akhirnya. Beberapa ayat Perjanjian Baru yang berisi peringatan adalah: Matius 24:4-5,11-13; Yohanes 15:1-6; Kisah Para Rasul 11:21-23; 14:21-22; 1 Korintus 15:1-2; Kolose 1:21-23; 1 Timotius 4:1, 16; 1 Timotius 6:10-12; 2 Timotius 4:2-5; Ibrani 2:1-3; 3:6-8, 12-14; 6:4-6; Yakobus 5:19-20; 2 Petrus 1:8-11; 1 Yohanes 2:23-25.
3) Contoh-contoh kemurtadan yang sesungguhnya terjadi terdapat dalam Keluaran 32:1-35; 2 Raja-raja 17:7-23; Mazmur 106:1-48; Yesaya 1:2-4; Yeremia 2:1-9; Kisah Para Rasul 1:25; Galatia 5:4; 1 Timotius 1:18-20; 2 Petrus 2:1, 15, 20-22; Yudas 1:4, 11-13.
4) Langkah-langkah yang menuju kepada kemurtadan adalah sebagai berikut:
(a) Orang-orang percaya, melalui ketidakpercayaan, tidak memperhatikan dengan sungguh-sungguh kebenaran, nasihat, peringatan, janji, dan ajaran Firman Allah (Markus 1:15; Lukas 8:13; Yohanes 5:44, 47; Yohanes 8:46).
(b) Ketika kenyataan-kenyataan dunia ini menjadi semakin nyata dibandingkan dengan kenyataan-kenyataan Kerajaan Allah yang surgawi, orang-orang percaya secara berangsur-angsur berhenti menghampiri Allah melalui Kristus (Ibrani 4:16; 7:19, 25; 11:6).
(c) Melalui kelicikan dosa, orang percaya itu makin toleran terhadap dosa dalam kehidupan mereka sendiri (1 Korintus 6:9-10; Efesus 5:5; Ibrani 3:13). Mereka tidak lagi mengasihi keadilan atau membenci kefasikan (Ibrani 1:9).
(d) Karena degil hati (Ibrani 3:8,13) serta menolak jalan Allah (Ibrani 3:10), orang-orang percaya ini berkali-kali mengabaikan suara dan teguran Roh Kudus (Efesus 4:30; 1 Tesalonika 5:19-22).
(e) Roh Kudus didukakan (Efesus 4:30; bandingkan dengan Ibrani 3:7-8) dan api-Nya dipadamkan (1 Tesalonika 5:19), bait-Nya dirusak (1 Korintus 3:16). Karena itu akhirnya Ia meninggalkan orang yang dahulu percaya (Hakim-hakim 16:20; Mazmur 51:13; Roma 8:13; 1 Korintus 3:16-17; Ibrani 3:14).
5) Jikalau kemurtadan berjalan terus tanpa dikendalikan, orang-orang percaya itu mungkin akhirnya mencapai titik di mana mereka tidak mendapat kesempatan lagi untuk kembali kepada Tuhan.
(a) Mereka yang pernah mengalami keselamatan namun kemudian dengan sengaja dan terus-menerus mengeraskan hati terhadap suara Roh (Ibrani 3:7-19), terus berbuat dosa dengan sengaja (Ibrani 10:26), serta menolak untuk bertobat dan kembali kepada Allah mungkin akan mencapai titik di mana mereka tidak bisa berbalik lagi sehingga tidak mungkin bertobat dan menerima keselamatan lagi (Ibrani 6:4-6; Ulangan 29:18-21; 1 Samuel 2:25; Amsal 29:1"). Kesabaran Allah ada batasnya (lihat 1 Samuel 3:11-14; Matius 12:31-32; 2 Tesalonika 2:9-11; Ibrani 10:26-29,31; 1 Yohanes 5:16).
(b) Titik di mana orang tidak bisa bertobat lagi ini tidak dapat ditentukan sebelumnya. Oleh karena itu, satu-satunya pengaman untuk tidak terjerumus ke dalam kemurtadan akhir ditemukan dalam nasihat, "Pada hari ini jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu"
(Ibrani 3:7-8, 15; 4:7)
6) Haruslah ditekankan bahwa sekalipun kemurtadan merupakan bahaya bagi semua orang percaya yang mulai hanyut dari iman (Ibrani 2:1-3) dan undur dari Allah (Ibrani 6:6), perbuatan itu tidak akan menjadi lengkap jikalau orang yang bersangkutan tidak dengan sengaja dan terus-menerus berbuat dosa terhadap suara Roh Kudus (Matius 12:31).
7) Mereka yang menjauhkan diri dari Allah karena hati yang tidak percaya (Ibrani 3:12) mungkin berpikir bahwa diri mereka masih Kristen namun ketidakacuhan mereka terhadap tuntutan-tuntutan Kristus dan Roh Kudus serta peringatan-peringatan Alkitab menunjukkan keadaan yang sebaliknya. Karena kemungkinan penipuan diri ini ada, Paulus mendesak agar semua orang yang mengaku diri sudah diselamatkan untuk "uji ... dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak dalam iman. Selidikilah dirimu" (2 Korintus 13:5).
8) Mereka yang sungguh-sungguh mempunyai perhatian terhadap keadaan rohani dan hati mereka ingin berbalik kepada Allah dalam pertobatan memiliki bukti yang pasti bahwa mereka tidak melakukan kemurtadan yang tidak bisa diampuni. Alkitab dengan jelas menandaskan bahwa Allah tidak ingin seorang pun binasa (2 Petrus 3:9; bandingkan dengan Yesaya 1:18-19; 55:6-7) dan menyatakan bahwa Allah akan menerima kembali semua orang yang pernah mengalami kasih karunia yang menyelamatkan jikalau mereka bertobat dan kembali kepada-Nya (bandingkan dengan Galatia 5:4 dengan Galatia 4:19; 1 Korintus 5:1-5 dengan 2 Korintus 2:5-11; juga lihat Lukas 15:11-24; Roma 11:20-23; Yakobus 5:19-20; Wahyu 3:14-20; perhatikan contoh Petrus, Matius 16:16; Matius 26:74-75; Yohanes 21:15-22).
Iman..Kebajikan..Pengetahuan..Penguasaan diri..Ketekunan..Kesalehan..Kasih akan saudara-saudara..kasih akan SEMUA orang!!!. (II.Pet 1:5-7)
Dari iman kita beroleh pengenalan akan karya keselamatan Kristus..dari kebajikan kita belajar mengamalkan iman kita..dari pengetahuan seseorang semakin mengerti panggilannya sebagai Duta Kerajaan Surga..dengan penguasaan diri dalam TUHAN mampu melakukan semua hal tersebut..dengan ketekunan buah-buah dihasilkan..kesalehan membuat seseorang mengakar kuat..kemudian bagikanlah kasih kepada sesama(saudara seiman) lalu kepada SEMUA orang.
Semuanya itu adalah sifat-sifat yang kalian perlukan. Kalau sifat-sifat itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kalian akan menjadi giat dan berhasil, dan mengenal Yesus Kristus Tuhan kita dengan lebih baik lagi. Tetapi orang yang tidak mempunyai sifat-sifat itu,pandangannya picik; ia tidak bisa melihat dan ia lupa bahwa dosa-dosanya yang lampau sudah dibersihkan. Sebab itu, Saudara-saudara, berusahalah lebih keras supaya panggilan Allah dan pilihan-Nya atas dirimu itu menjadi semakin teguh. Kalau kalian melakukan itu, kalian tidak akan murtad. Dengan demikian kalian akan diberi hak penuh untuk masuk Kerajaan yang kekal dari Tuhan dan Raja Penyelamat kita Yesus Kristus. (II Pet 1:8-11)
Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut. Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging, supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh. (Roma 8:1-4)
Kelahiran baru menghasilkan kehidupan rohani yang mendatangkan hubungan bersinambung dengan Allah. Dalam surat ini, setiap kali Yohanes berbicara mengenai kelahiran baru orang percaya, dia memakai bentuk waktu yang sudah selesai dalam bahasa Yunani untuk menekankan hubungan yang sinambung dan terus-menerus yang dimulaikan oleh kelahiran baru.
Memiliki hidup Allah di dalam diri kita (yaitu, dilahirkan kembali dari Allah) dan berbuat dosa terus adalah suatu kemustahilan rohani. Orang percaya bisa kadang-kadang gagal untuk memenuhi standar Allah yang tinggi, tetapi mereka tidak akan terus-menerus hidup dalam dosa.
Yang menjaga orang yang setia dari berbuat dosa adalah "benih Allah" dalam diri mereka yaitu hidup, Roh, dan tabiat Allah sendiri yang ada dalam mereka. Oleh iman, Kristus yang mendiami kita, kuasa Roh Kudus, dan firman yang tertulis, semua orang percaya dapat hidup bebas dari dosa dan pelanggaran dari saat ke saat.
Bless in-Christ
Comments
buat skycentro
Tue, 24/06/2008 - 10:43 — AnonymousSyalom Skycentro
Wonderful, may God bless you and all the readers of ur article
Ang Che Chen
Kemerdekaan Mutlak atas dosa
Wed, 25/06/2008 - 13:43 — Binsar Antoni H...a) Mereka yang pernah mengalami keselamatan namun kemudian dengan sengaja dan terus-menerus mengeraskan hati terhadap suara Roh (Ibrani 3:7-19), terus berbuat dosa dengan sengaja (Ibrani 10:26), serta menolak untuk bertobat dan kembali kepada Allah mungkin akan mencapai titik di mana mereka tidak bisa berbalik lagi sehingga tidak mungkin bertobat dan menerima keselamatan lagi (Ibrani 6:4-6; Ulangan 29:18-21; 1 Samuel 2:25; Amsal 29:1"). Kesabaran Allah ada batasnya (lihat 1 Samuel 3:11-14; Matius 12:31-32; 2 Tesalonika 2:9-11; Ibrani 10:26-29,31; 1 Yohanes 5:16). (b) Titik di mana orang tidak bisa bertobat lagi ini tidak dapat ditentukan sebelumnya. Oleh karena itu, satu-satunya pengaman untuk tidak terjerumus ke dalam kemurtadan akhir ditemukan dalam nasihat, "Pada hari ini jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu" (Ibrani 3:7-8, 15; 4:7) 6) Haruslah ditekankan bahwa sekalipun kemurtadan merupakan bahaya bagi semua orang percaya yang mulai hanyut dari iman (Ibrani 2:1-3) dan undur dari Allah (Ibrani 6:6), perbuatan itu tidak akan menjadi lengkap jikalau orang yang bersangkutan tidak dengan sengaja dan terus-menerus berbuat dosa terhadap suara Roh Kudus (Matius 12:31). Buat Skycentro, tulisan anda tampaknya berisi kontradiksi. Mereka yang diselamatkan itu berada dalam Kristus (enkristo), manusia yang diselamatkan bisa tidak berpegang pada Kristus, namun tidak pernah lepas dari genggaman Kristus, atau keluar dari Kristus. Kitab Ibrani lebih jelas dipahami dalam perumpamaan tentang benih yang ditaburkan. Mereka yang pernah mengecap karunia surgawi belum tentu berada dalam Kristus, tetapi tahu dengan akal budinya bahwa keselamatan hanya melalui Kristus, tapi belum mendedikasikan hidupnya pada Kristus. Jadi dia belum selamat, seperti benih yang jatuh diatas batu dan semak duri tidak bisa tumbuh seperti benih yang jatuh diatas tanah. Orang yang berada dalam Kristus mengalami pertumbuhan, tapi mereka yang tidak berada dalam Kristus, tidak bisa bertumbuh karena tidak ada relasi dengan Tuhan, sumber kehidupan. Tetapi yang sudah berada dalam Kristus, tak mungkin terus menerus tinggal dalam dosa, atau senang terus menerus berdosa, tapi tidak pernah bebas dari dosa sampai Tuhan menyempurnakan. Sehingga kesempurnaan orang Kristen, bukan karena ia sama sekali tidak berbuat dosa, tapi "kerinduannya untuk tiap-tiap hari hidup kudus", selamat melayani.
Terima kasih bung Binsar
Wed, 07/01/2009 - 05:14 — SkycentroMurtad dan terhilang memang menjadi misteri yang akan menjadi polemik abadi, perihal keselamatan semua berada dalam koridor kedaulatan Tuhan Sang Hakim Agung, sebelum saat itu datang, tidak ada yang bisa memastikan "suratan tangan" seseorang. Let God be God
Shallom Aleichem Be-Shem Ha Masiach
-CENTRO+