Sudahkah Kita Menjadi VISIONARIS Kristen yang Konkret dan Sustainable ?

Skycentro's picture

Kesadaran akan Pentingnya Fokus.
Kita yang pernah memakai kamera untuk memotret sesuatu tentu tahu apa dan betapa pentingnya fokus yang tepat. Jikalau kamera kita difokuskan dengan tepat pada obyek yang sedang difoto, tentu hasilnya akan jelas dan tajam. Di pihak lain, jikalau kita lalai mengatur fokus kamera kita, hasil fotonya akan menjadi kabur. Kita semua tentu ingin mendapatkan hasil yang jelas dan tajam, sehingga mengatur fokus menjadi bagian penting di dalam kita memakai kamera.

Di dalam kehidupan kita, fokus juga merupakan hal yang penting. Tentu saja kita bukan kamera; fungsi dan tujuan hidup kita tidaklah sekedar untuk mengabadikan sesuatu seperti halnya sebuah kamera. Namun di dalam kehidupan, kita perlu mempunyai suatu obyek yang jelas dan pasti sebagai sumber dan pangkalan dari hidup, pada mana segala yang kita lakukan dan alami mempunyai titik referensi.

Inilah yang dimaksudkan sebagai fokus kehidupan. Pada dasarnya, semua orang hanya mempunyai dua alternatif sebagai fokus, yaitu Allah atau selain Allah. Pilihan yang kedua mencakup segala hal yang bukan Allah, misalnya diri sendiri, Iblis, uang, dan lain-lain. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, apakah yang menjadi fokus hidup kita?

Ada beberapa hal yang bisa mengalihkan perhatian kita, dan membuat kita menyimpang dari tujuan yang semestinya dicapai:

1. Hal-hal yang baik menjadi musuh yang terbaik. Hal-hal yang baik belum tentu merupakan pilihan yang tepat. Kita perlu berupaya mengerti kehendak Tuhan agar kita benar-benar melakukan pilihan yang terbaik (Efesus 5 : 17)
2. Hal-hal yang rutin namun tanpa pengertian. Tidak semua hal yang rutin itu salah dan buruk. Yang perlu diwaspadai adalah tatkala kita melakukan semua rutinitas tersebut sebagai sesuatu yang tanpa arah dan tujuan.
3. Hal-hal yang mempesona mata. Bila kita mengamati kemajuan teknologi industri, maka kita akan menemukan satu prinsip yang hampir sama. Prinsip tersebut adalah ciptakanlah produk yang menarik untuk dilihat, walaupun kegunaannya tetap sama. Sebagai contoh, cobalah perhatikan teknologi telepon seluler dalam 4 bulan terakhir. Dengan kemajuan teknologi yang hampir sama di antara beberapa produsen telepon seluler, merka melakukan persaingan di dalam bentuk produk yang menarik. Dunia penuh dengan obyek yang berusaha menarik perhatian mata kita.
4. Kekuatiran hidup. Banyak hal yang semakin tidak pasti di waktu-waktu mendatang. Hal ini tentu saja akan memunculkan kecemasan tentang keadaan hidup di masa mendatang. Seseorang yang tidak mendasarkan hidupnya dalam iman kepada Tuhan, akan secara mudah dikuasai kekuatiran.
5. Rasa puas dan nyamannya hidup. Keberhasilan dan raihan hidup ternyata tidak selalu postif. Menjadi ancaman yang membahayakan bila hal –hal ini membuat kita puas dan berhenti untuk maju. Kita merasa kenyamanan hidup sebagai titik akhir. Maka disinilah kita sedang mundur dan terhanyut dari tujuan yang semestinya dicapai.

Perlunya Mengatur Ulang Fokus

Menyadari begitu banyak hal yang bisa membuat perhatian atau fokus hidup kita teralih dari tujuan semula, maka adalah hal yang penting dan mendesak bagi kita untuk senantiasa mengatur ulang fokus kita. Salah satu langkah praktis guna mengatur ulang fokus kita adalah melatih hidup kita memiliki waktu teduh yang benar. Bukan sekedar melakukannya sebagai kewajiban ataupun rutinitas. Namun menjadikan waktu teduh sebagai kesempatan bagi Tuhan menyegarkan ulang rohani kita. Juga membuka kesempatan bagi Tuhan agar lebih mempertajam mata rohani kita.

Di dalam Injil tercatat contoh dari kehidupan orang-orang yang tidak berfokus pada Allah. Misalnya, kelompok orang Farisi. Walaupun mereka dikenal oleh masyarakat Yahudi sebagai pemimpin-pemimpin agama, namun kehidupan mereka sangat dicela oleh Tuhan Yesus. Yesus sering memanggil mereka "munafik" (Mat. 23), yang membawa gambaran seperti seorang aktor memakai topeng, sehingga penonton hanya melihat gambaran topeng itu tanpa mengenal wajah si aktor yang sesungguhnya. Salah satu penyebab mereka dijuluki "munafik" oleh Yesus adalah karena walaupun mereka kelihatan sangat rohaniah, tetapi sebenarnya kegiatan-kegiatan agama yang mereka lakukan adalah untuk kebesaran diri sendiri, bukan untuk Allah (Mat. 23:5-7). Hal ini menyatakan bahwa hidup mereka berfokus pada diri sendiri, bukan pada Allah.

Apakah yang seharusnya menjadi fokus hidup kita? Tuhan Yesus menghimbau, "Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya" (Mat. 6:33), di mana Kerajaan Allah adalah kedaulatan pemerintahan Allah dalam hidup kita. Di bagian-bagian lain Alkitab juga menyatakan perlunya kita memusatkan hidup kita pada Allah (Mat. 6:1,4,24; Filipi 2:5). Jadi, hidup kita haruslah difokuskan pada Allah, dan bukan pada apa pun juga yang lainnya. Hal ini berarti segala yang kita pikirkan, rasakan, dan lakukan harus mempunyai pangkalan pada Allah. Segalanya harus dievaluasi menurut standar Allah, sesuai dengan kehendak dan hakekat Allah, dan dilakukan untuk kemuliaan Allah (I Pet. 4:11; Kol. 3:17). Tidak ada hal lain yang boleh mempengaruhi hidup kita lebih dari pada Allah.

VISIONARIS Kristen yang Konkret dan Sustainable
Sekarang tiba saatnya bagi kita untuk mengevaluasi hidup kita. Sudahkah kita menaruh Allah pada titik pusat hidup kita? Apakah kita hidup untuk Allah, atau untuk diri sendiri? Apakah kita bekerja dan belajar sekedar untuk mendapatkan kehidupan yang lebih mantap (uang, status) ataukah untuk membawa kemuliaan kepada Allah? Di dalam kita melayani di gereja, apakah itu untuk Allah, ataukah hanya sekedar untuk mengisi waktu, atau ingin dikenal sebagai seorang yang rohaniah dan aktif melayani? Di dalam kita mengalami kesulitan hidup, apakah kita berharap kepada Allah ataukah kalang-kabut melihat keadaan hidup kita?

Banyak dari antara kita yang mungkin sedang bergumul dengan kesulitan finansial, atau sedang mencari pekerjaan, atau sedang mengalami krisis di dalam suatu relasi dengan teman atau keluarga, dan lain-lain. Semua kemelut hidup ini bagaikan angin topan yang mengancam akan menenggelamkan kita. Tetapi ketika Petrus memandang Yesus, dia dapat berjalan di atas gelombang yang berkecamuk. Segera setelah dia mengalihkan pandangannya dari Yesus kepada angin ribut itu, dia tenggelam (Mat. 14:22-33). Adakah fokus kita terpaut pada Allah ketika topan ganas melanda hidup kita dalam bentuk krisis dan kesulitan?

Memfokuskan hidup pada Allah lebih mudah dikatakan dan dituliskan dari pada dilaksanakan. Hal ini karena Allah itu Roh (Yoh. 4:24), sehingga Dia tidak kelihatan. Sedangkan kita hidup di dunia materi yang serba kelihatan, sehingga apa yang tidak kelihatan sering kali kita abaikan. Bagaimana kita dapat dengan mudah menjadikan sesuatu yang begitu abstrak sebagai pusat hidup di dunia yang serba konkret ini?

Tentu saja sangat sulit. Lagipula, Allah tidak lagi bertindak seperti di masa Perjanjian Lama, di mana Dia menyatakan kehadiranNya dengan tiang awan dan tiang api (Kel. 13:21), sangkakala dan guruh (Kel. 19:16-19), dan hal-hal lain yang begitu nyata. Meskipun demikian, kita harus dengan iman percaya bahwa Allah itu ada dan dekat dengan kita (Maz. 139:1-12; Ibr. 13:5). Dan dengan kekuatan Roh Kudus kita harus hidup berpusat pada Dia, sebagaimana seharusnya.

Bila kita telah terus-menerus mendisiplin hidup kita untuk terfokus pada rencana Tuhan, maka kita akan semakin diperteguh atas visi yang sejati. Begitu banyak orang yang mengaku-ngaku memiliki visi dari Tuhan. Namun ujian waktu akan membuktikan apakah benar visi tersebut benar-benar visi sejati dari Tuhan.

Visi sejati dari Tuhan seperti bahan bakar dan motor penggerak bagi hidup kita. Seberat apapun tantangn yang kita hadapi, acapkali visi sejati dari Tuhan justru membuat kita semakin tahan banting. Penting sekali bagi setiap orang memastikan dirinya memiliki visi yang sejati dari Tuhan.


Bila visi sejati dari Tuhan sudah diperoleh, peganglah itu, bergeraklah terus untuk mewujudkannya bersama Tuhan. Fokuskan hidup bagi penggenapan visi tersebut. Tak ada kebahagiaan yang dapat menandingi tatkala seseorang mengalami sendiri bahwa visi hidupnya telah tercapai. Tak ada pujian yang lebih membahagiakan selain kepuasan bahwa rencana Tuhan telah tuntas terwujud di dalam hidupnya. Di dalam mata rohaninya, ia seolah melihat Tuhan di sorga tersenyum atas terselesaikannya rencana Tuhan dengan tuntas.


Marilah kita mulai hidup sebagai orang Kristen sejati, dengan Kristus berada di pusat. Amin.

Kategori: Bahan Renungan Alkitab, Misi, Literatur Kristen, Teologi

Comments

konkret dan sustainable??

Dear Skycentro..

Ada beberapa pertanyaan nih setelah baca artikelmu..

1. Apa sih visi sejati dari Tuhan? tolong berikan contohnya ya.. masih nggak mudeng?

2. visionaris kristen yang konkret dan sustainable..
contoh yang konkret itu yang bagaimana..dan bagaimana cara bisa sustain?

thanks..

salam

Jeje

Skycentro's picture

Christian Visionary

Ytk.Saudari Jeje,

Konkret mengacu pada kejelasan dan komitmen yang sejati dalam mengikut Kristus, sustainable artinya terus bertumbuh secara proaktif, visioner berarti memiliki visi, visionaris adalah subyeknya. Dengan kata lain hiduplah dengan visi dan komitmen teguh (jelas) kepada Kristus untuk terus bertumbuh dalam Dia. Bertumbuh dalam hubungan anda dengan Yesus bermakna mengenali Dia lebih mendalam lagi, lebih mengasihi dan mentaati Dia. Bertumbuh juga berarti ada dalam motivasi yang benar untuk mengenal kehendak dan rencanaNya bagi kehidupan kita.

Ada 3 hal penting yang menjadi elemen fundamental untuk terus bertumbuh:

(1) Berdiam di dalam Kristus. Kita hidup di tengah dunia yang tidak bisa tenang, dunia yang selalu gelisah. Dalam kondisi ini sangat sulit bagi kita untuk diam. Kita selalu ingin cepat jalan, cepat selesai dan kita tidak bisa menunggu dengan sabar. Alkitab mengatakan jika mau teguh di dalam Kristus kunci pertama adalah diam di dalam Kristus. Satu gambaran yang baik sekali di dalam sebuah tanaman yaitu pada waktu kita menanam pohon misalnya pohon jagung, cara yang terbaik adalah biji tersebut ditata dengan teratur lalu disiram kemudian diberi pupuk setelah itu kita harus sabar menunggu.

Seringkali kita tidak sabar menunggu dan yang lebih parah lagi adalah kemudian kita memindahkan biji tersebut karena kita pikir tanahnya tidak subur. Jika terus biji jagung tersebut dipindah maka dia tidak akan pernah tumbuh. Demikian juga dengan kerohanian kita. Jika kita mau tumbuh baik-baik berdiamlah di dalam Kristus. Berdiam disini bukan berarti pasif, bukan berarti tidak adanya aktivitas tetapi diam disini mau menunjukkan kesungguhan beraktifitas untuk diam. Untuk diam perlu usaha. Untuk diam kita harus mau mendiamkan diri. Jadi pada waktu saya mau diam dihadapan Tuhan artinya saya rela Tuhan atur, Tuhan bentuk supaya saya bisa bertumbuh untuk saya nanti bisa berkembang.

(2) Berakar di dalam Kristus. Pertama-tama diam setelah itu baru berakar, setelah itu dibangun. Struktur ini tidak boleh dibalik atau ditukar! Mengapa? Karena pertumbuhan yang sejati harus melewati tiga struktur ini. Jika kita memperhatikan satu tanaman mula-mula tanaman tersebut berakar dulu. Berakar disini harus ke bawah jika kita balik biji tersebut ke atas nanti dia akan tetap berbalik ke bawah.

Jadi akar tidak pernah naik ke atas. Ini menggambarkan satu kondisi bagaimana harus berakar lebih dahulu baru keluar batangnya dan bukan sebaliknya. Ini kunci kedua! Setelah kita diam di dalam Kristus barulah kita dapat berakar di dalam Kristus. Pada waktu kita berakar di dalam Kristus pada waktu itulah kita bisa kokoh di dalam Kristus. Sebagai orang Kristen kita harus belajar agar kita bisa mengakarkan iman kita sungguh-sungguh di dalam Kristus. Kekristenan dewasa ini dalam keadaan buta teologi. Itu sebabnya kita perlu belajar sehingga kita bisa menancapkan akar yang baik di dalam Tuhan.

Betapa celakanya jika kekristenan sendiri tidak tahu kekristenan itu sendiri apa? Itu sebabnya saya merindukan kalau boleh ada ratusan orang belajar teologi, belajar firman Tuhan dengan baik sehingga kita boleh berakar di dalam iman kita kepada Kristus. Sama seperti Paulus mendidik dan melatih jemaat Efesus selama tiga tahun sehingga mereka memiliki akar di dalam Kristus. Tidak heran dalam kitab Wahyu jemaat Efesus dipuji karena ajaran sesat tidak dapat masuk.

(3) Bertumbuh di dalam Kristus. Setelah orang Kristen diam di dalam Kristus barulah bisa berakar di dalam Kristus. Dan yang ketiga orang Kristen tersebut baru bisa bertumbuh di dalam Kristus. Ini kunci pengertian yang terpenting! Setelah kita hidup, kita mulai keluar ke atas, pertama-tama mulai tumbuh batang, setelah itu tumbuh daun dan selanjutnya mulai berkembang. Dengan demikian kekristenan tidak berhenti pada diri sendiri.

Kekristenan harus maju dalam pelayanan. Hidup menghasilkan buah bagi orang lain, bagi kemuliaan Tuhan. Kekristenan tidak hanya berhenti pada diri sendiri, tidak ada perkembangan yang bisa kita kerjakan tetapi kekristenan harus menghasilkan buah pelayanan. Tapi buah pelayanan ini baru bisa berjalan dengan baik dan benar jika di dahului kita berakar di dalam Kristus. Ketika kita melayani Tuhan, maka hidup kita semakin hari semakin mendapatkan kekuatan untuk hidup di dalam Kristus. Waktu kita melayani Tuhan, relasi kita dalam Kristus menjadi semakin kuat.

Shallom Aleichem Be-Shem Ha Masiach

-CENTRO+

bahasa centro

terima kasih artikelnya centro saya ingin bertanya bagaimana anda menerapkan visi dan semua hal di atas di tengah gas yg lagi naik sampai 100 rb/tabung, beras makin mahal, maraknya pelacuran anak, sekolah mahal dll

apakah semua visi di atas masih laku dijual? dan apakah anda sudah juga mempraktekkannya dan bagaimana hasilnya?

thx

alpindo

Skycentro's picture

TUHAN,...Kita BINASA !!!

Ytk. Saudara Alpindo,

Saudara Alpindo, tidak ada yang berubah. Yang ada hanya bagaimana cara anda menginterpretasikan suatu peristiwa yang biasa saya sebut sebagai tantangan hidup. Jika kita mau sekilas kembali kepada sejarah maka akan terlihat sebuah sketsa yang gamblang dan jelas. Perang dunia, Imperialisme dan Kolonialisme, Rasisme, Komunis. Era kediktatoran Hitler,Stalin,Musolini dll.

Saudara Alpindo,hidup adalah perjuangan, jalan hidup Kekristenan menyebutnya pikul salib. Dari waktu-kewaktu tantangan-tantangan hidup tersebut tidak pernah absen. Pertanyaan terbesarnya adalah, bagaimana respon anda, bagaimana anda bersikap terhadap hal-hal yang menjadi "teror-teror" kehidupan tersebut ? Tentunya dengan terus merespon secara benar terhadap tujuan Allah dalam hidup kita. Hal ini adalah forever life time journey.

Ingat kisah ketakutan murid2 saat berlayar dan terjadi badai ?

[24]Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu, sehingga perahu itu ditimbus gelombang, tetapi Yesus tidur. [25]Maka datanglah murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya: "Tuhan, tolonglah, kita binasa."[26]Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?" Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali. (Mat 8:24-26)

Jika ketakutan para murid adalah hal yang wajar, mengapa Tuhan Yesus masih menegur juga? Ada pelajaran penting yang dapat dipetik dari ketakutan yang dianggap wajar tersebut. Rupanya, sekalipun hal itu kita anggap wajar, namun Yesus tidak menghendaki hal itu terjadi. Mengapa? Karena Tuhan Yesus ada bersama mereka.

Itu berarti, seruan “kita binasa” pada kalimat tersebut di atas tidak mungkin terjadi. Apakah kehadiran badai dan topan telah membuat mereka melupakan kehadiran Tuhan Yesus? Atau apakah kuasa badai dan topan lebih realistis dan lebih besar bagi murid-murid dibandingkan dengan kuasa Tuhan Yesus?

Dari teguran Tuhan Yesus, kita dapat mempelajari bahwa memang itulah masalahnya.
“Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?” Atau dalam bahasa Yunani kalimat itu berarti, “Mengapa kamu takut, kamu yang kecil iman?” . Jadi jelas, Tuhan Yesus menyoroti ketakutan akibat masalah iman. Dengan kata lain, hal itu berhubungan dengan pengenalan para murid kepada Yesus serta sikap dan penyerahan mereka.

Tuhan Yesus menegaskan bahwa para murid tidak perlu takut sekalipun badai taufan mengamuk. Demikian juga, Tuhan Yesus menegaskan bahwa para murid tidak perlu takut sekali pun kapal sudah tembus dan kapal mulai penuh dengan air. Alasannya jelas, sebab Dia ada bersama mereka berlayar melewati badai tersebut.

Bukan saja demikian, Tuhan Yesus menegaskan bahwa Dia sanggup menyelamatkan mereka berlayar melewati badai tersebut. Dan jika Dia berkenan, Dia sanggup menghentikan badai dan taufan itu seketika. Di tengah-tengah kehidupan bangsa kita yang terus menerus diterpa ‘badai’ dan ‘taufan’ kehidupan yang mengancam sendi-sendi kehidupan rakyat Indonesia, Tuhan Yesus juga menyerukan agar tidak takut, tapi tetap beriman dan berserah penuh kepadaNya.

Bagaimana pun kondisi bangsa ini, Dia menyerukan agar umat tidak putus asa. Dengan beriman berharap kepada Yesus, tentu saja umat tidak boleh passif, tetapi tetap aktif dan melakukan segala usaha yang dapat dilakukan. Seorang pernah berkata: “Do your best and God will the rest”.

Saudara Alpindo, jadi menurut hemat saya, jikalau seseorang tidak mau menjadi korban keganasan “badai” hidup yang sedang mengamuk, mau tidak mau, suka tidak suka, kerohanian harus ditingkatkan. Orang Kristen adalah orang yang dapat mengucapkan syukur dan senantiasa bersukacita dalam segala perkara. Itulah opsi MUTLAK jalan hidup Kristiani yang benar.

Shallom Aleichem Be-Shem Ha Masiach

-CENTRO+

@ centro jgn muter2

terima kasih centro saya liat anda adalah org yg teredukasi dg baik dpt dilihat dr bahasa tulisan anda. segala istilah konkret dan sustainable yg mungkin tidak laku di kalangan tukang becak dan truk sampah.

jika anda menjawab Jika kita mau sekilas kembali kepada sejarah maka akan terlihat sebuah sketsa yang gamblang dan jelas. Perang dunia, Imperialisme dan Kolonialisme, Rasisme, Komunis.lalu dikaitkan dgn peristiwa murid diterjang badai apa kaitannya? apakah komunis badai itu? saya rasa terlalu jauh. saya menduga anda terlalu banyak berfilsafat.

segala tulisan anda saya rasa hanya sebuah slogan dan jargon kosong tidak menyentuh realita sedikitpun. seorang guru yg ditanya murid lalu muter2 dan marah biasanya krn ia tak tau jawabannya dan ia tak tau krn ia belum mengalaminya hingga hanya pengetahuan yg disampaikannya tapi ketika diuji ia lari.

thx alpindo

Skycentro's picture

Thanks Alpindo

Saudara Alpindo menulis [segala tulisan anda saya rasa hanya sebuah slogan dan jargon kosong
tidak menyentuh realita sedikitpun. seorang guru yg ditanya murid lalu
muter2 dan marah biasanya krn ia tak tau jawabannya dan ia tak tau krn
ia belum mengalaminya hingga hanya pengetahuan yg disampaikannya tapi
ketika diuji ia lari].

Saudara Alpindo,terima kasih masukannya; bagi saya komentar tersebut sudah cukup jelas, maaf jika belum memuaskan anda.

Shalom


-CENTRO+

[terima kasih artikelnya

[terima kasih artikelnya centro saya ingin bertanya bagaimana anda
menerapkan visi dan semua hal di atas di tengah gas yg lagi naik sampai
100 rb/tabung, beras makin mahal, maraknya pelacuran anak, sekolah
mahal dll

apakah semua visi di atas masih laku dijual? dan apakah anda sudah juga mempraktekkannya dan bagaimana hasilnya?]

 

kalo tdk percaya praktekkan aja sendiri....

hidup ne emang gak mudah....justru lbh gak mudah kalo anda lbh fokus ke dunia....andalkan Tuhan, fokus padaNya, maka Ia akan campur tangan untuk setiap masalah anda...janji Tuhan itu abadi, berlaku utk selamanya

 

:bee: