Tidak Ada Tiket
Setelah dapat visa, saya tidak langsung membeli tiket karena adik saya menikah pada bulan Agustus, sedangkan saya mendapat visa pada 7 Juni 2006. Saya pikir masih lama dan lagipula bulan Agustus bukan bulan penuh (peak season) karena orang2 berpergian pada bulan Juni –Juli (liburan sekolah).
Ternyata perkiraan saya salah. Bulan Agustus justeru bulan penuh untuk ke Amerika. Saya sempat ‘down’ ketika maskapai penerbangan yang saya pilih penuh dan begitu pun dengan pilihan lain juga penuh. Wah, bagaimana nih? Padahal itu saat itu sudah awal Agustus dan saya harus berangkat tgl 10 Agustus mengingat adik saya menikah tgl 12 Agustus 2006.
Cuman mengingat Tuhan Yesus sudah memberikan saya kemudahan mendapatkan visa Amerika 5 tahun, iman saya naik kembali. Saya berkata dalam hati,”Jika Tuhan Yesus bisa memberikan visa, tidak mungkin Dia tidak menyediakan tiketnya.”
Dan iman itu terjawab karena agen penerbangan yang saya kontak menelpon saya dan mengatakan bahwa saya beruntung dapat tiket dan itu dari Singapore Airlines Wow, luar biasa Tuhan Yesus ini. Karena ternyata harga tiketnya pun miring dan benar2 lebih murah daripada maskapai penerbangan yang saya pilih sebelumnya. Dan ini Singapore Airlines lagi, maskapai penerbangan yang paling bagus pelayanannya di dunia.
Maka … langkah untuk ke Amerika semakin mudah.
Teror Bom Cair
Janganlah menyangka hidup di dalam Kristus selalu penuh kemudahan. Yang benar di dalam kesukaran, Yesus selalu berada di sisi kita, membimbing, menguatkan, dan terakhir menolong kita.
Karena ini merupakan penerbangan perdana untuk anak2 saya, maka saya telah menyiapkan segala sesuatu untuk mereka. Dari makanan, vitamin, hingga obat2an. Susu cair untuk anak saya yang kecil (Jeevan, saat itu baru 4 tahun). Saya menyiapkan untuk perjalanan 2 minggu. Karena walaupun saya tahu di Amerika ada susu juga, cuman saya tetap tidak berani spekulasi karena ada kemungkinan Jeevan tidak suka dengan susu yang dijual di sana.
Sikap anak2 cukup ceria kami naik pesawat dan selama dalam penerbangan. Mereka tetap bisa bermain karena pesawat dilengkapi dengan game dan juga mendapat mainan dari Singapore Airlines.
Jadi mereka gembira sekali ketika mendarat di Singapore (transit) dan sambung kembali ke San Francisco. Tetapi … pada malam hari, pada saat kami sedang tidur lelap, kami harus mendarat di Hong Kong.
Saya heran mengapa kami semua harus diturunkan di Hong Kong. Setahu saya dari Singapore langsung ke San Francisco. Semua penumpang diharuskan membawa kopor bawaannya dan turun. Kami semua turun dan antri.
Saya masih bertanya2 dalam hati, apa yang terjadi? Semua turun dan harus antri untuk diperiksa. “Apa tidak salah?” saya bertanya dalam hati.
Polisi Hong Kong pun mengawasi kami dan bahkan ketika ada anak kecil ingin buang air besar, petugas di sana tidak ada yang mengizinkan anak itu ke toilet. Kebetulan anak tsb ada dekat saya dan saya tahu bagaimana rasanya kebelet ke toilet.
Beberapa orang telah berbicara pada petugas Hong Kong untuk mengizinkan anak itu ke toilet, tapi tidak berhasil. Akhirnya saya angkat anak kecil itu melewati pagar dan memberikan pada petugas.
Saya yang tidak tahu apa yang terjadi, berkata “Sir, do you think this child bring a bomb?! He wants to go to toilet. Accompany him if you don’t believe him.”
Dan akhirnya petugas memberikan izin padanya dan penumpang yang lain yang sedang berbaris menantikan giliran untuk diperiksa bertepuk tangan atas diizinkannya anak tersebut ke toilet.
Ketika mendekati scanner, saya melihat banyak kemasan cairan yang dikeluarkan petugas dari kopor. Saya masih belum menyadari apa yang terjadi, terheran2. Ada apa ya?
Dan akhirnya giliran saya tiba. Susu yang untuk 14 hari perjalanan diminta tinggal di tempat. Tentu saja saya tidak bisa menerima begitu saja. Saya berkata pada petugas itu bahwa saya tidak bisa meninggalkan susu ini. “What’s wrong with my milk? This milk is intended for my child for this long journey and it is the first time for him to be overseas. I am afraid I could not find the milk that he likes in US. Do you want to take the responsibility later on?”
Akhirnya petugas tersebut memanggil pramugari dari Singapore Airlines dan mengatakan padanya bahwa susu kami akan dikemas ulang dan dibawa oleh pramugari. Jadi kami tidak boleh membawanya sendiri.
Ketika tiba di San Francisco, setelah kami mengambil kopor2 dan bawaan lagi (6 box besar berisikan souvernir pernikahan yang akan dibagikan adik saya kepada tamunya), saya mencari susu anak saya dan ternyata ADA. Tidak kurang satu pun dan bentuknya pun masih bagus. Jadi benar2 dibawa oleh pramugari dan ditaruh ditempat yang mudah dilihat di airport.
Saya baru mengetahui mengapa kami diturunkan di Hong Kong setelah menonton berita televisi Amerika bahwa ada usaha teroris untuk menghancurkan pesawat2 tujuan Amerika dari asal Eropa dan Asia dengan menggunakan bom cair.