Gereja Top Ten no 9: GEREJA KRISTUS (Bag 1)

SEJARAH GEREJA KRISTUS
Penginjilan terhadap orang-orang Tionghoa yang berdomisili di Indonesia dilakukan oleh beberapa badan Zending antara lain : Nederlandshe Zendings Vereeniging (NZV), Nederlandshe Zendings Genostshap (NZG), Zending dari Gereja Methodist Episcopal Amerika Serikat. Diawali oleh kedatangan Pdt. J. Heurnius di Jakarta pada 17 Juli 1624. Tercatat bahwa NZV menugaskan beberapa orang Pendeta yang tiba di Batavia ( 5 - 1- 1863 ), melaksanakan penginjilan di Jawa Barat. Tercatat pula bahwa Badan-badan NZG (Jawa Timur), Gereja Gereformeerd (Jawa Tengah) serta badan dari Gereja Methodist Episcopal (USA) melakukan pelayanannya di Jawa Barat, Jawa Timur dan Sumatera.
Latar belakang berdirinya Gereja Kristus dimulai dengan pelayanan Badan Misi Methodist tahun 1905 yang dilakukan oleh Pdt. J.R. Denyes dengan jabatan superintendent (Kepala Wilayah, tahun 1905 s.d. tahun 1912). Secara khusus, Misi Methodist menugaskan 2 orang Missionaries (Worthington dan Baughman) di tahun 1910 untuk memimpin kebaktian/ persekutuan di rumah Lee Teng Ho, kampung muka, diantara etnis keturunan Tionghoa (10 orang). Ternyata pelayanan penginjilan tersebut terus berkembang dan kemudian tempat ibadah berlangsung di Gang Baru (Ketapang Utara). Dari sini kemudian pindah lagi kesalah-satu rumah di Molenvliet Oost (sekarang, Jl. Hayam Wuruk) dan selanjutnya ke Prinsenlaan (Mangga Besar) no. 9 Jakarta Kota.
Pada tahun 1926, status jemaat ditingkatkan menjadi Gereja Methodist Mangga Besar dan membentuk Pengurus Gereja dengan Pdt. A. V. Klaus sebagai ketuanya. Pada tanggal 23 - 27 Nopember 1926 di Cipaku Bogor berlangsung rapat tokoh-tokoh gereja dari kalangan Tionghoa yang menghasilkan Bond Kristen Tionghoa (BKT). Tujuan BKT adalah untuk mempersatukan gereja-gereja Tionghoa dengan menyampingkan perbedaan doktrin, denominasi, latar belakang dan senantiasa berusaha untuk berdiri sendiri. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh yang kuat dari The National Christian Council in China (1922), yang pelayanannya banyak diwarnai oleh The Church of Christian China, yang sangat mendorong gerja-gereja Tionghoa untuk melepaskan diri dari pengaruh badan-badan zending. Ketua dan Sekretaris BKT ternyata adalah anggota dari Gereja Methodist Mangga Besar yakni Pouw Peng Hong dan Khoe Lan Seng.
Dengan aktifnya 2 orang tokoh gereja Methodist Mangga Besar di BKT, juga mengingat anggota jemaat merupakan keturunan Tionghoa, maka jemaat memutuskan untuk lebih memiliki ciri kekhasan sendiri sekaligus mandiri. Pada tanggal l Januari 1928 ditetapkan berdirinya Gereja Tiong Hoa Kie Tok Kauw Hwee Mangga Besar (sekarang Gereja Kristus Ketapang), dan rapat pengurus pertama diadakan pada hari Rabu, 11 Januari 1928 dengan saudara-saudara  Chang Cheng Liong dan Oen Tek Tjioe masing-masing sebagai Ketua dan Sekretaris kaum Pengurus.

Sebagai dampak perang Dunia I, Methodist Mission mengalami kesulitan dana dari USA, sehingga memutuskan sejak bulan Mei 1928 untuk mengundurkan diri dari Pulau Jawa dan memusatkan pelayanannya di Pulau Sumatera. Gereja Methodist Mangga Besar rencananya akan diserahkan kepada badan Zending NZV yang juga telah memiliki pelayanan di Patekoan dan Senen, Jakarta. Rencana ini tidak terwujud, sebab selain ada alasan-alasan Teologis antara latar belakang NZV dan Methodist, kaum Gereja Methodist (THKTKH) Mangga Besar sudah mandiri. Karenanya, jemaat memutuskan untuk resmi bergabung dengan Bond Kristen Tionghoa (BKT).

Sejak 1 April 1928, tempat kebaktian pindah dari Prinsenlaan no. 9 dan menyewa tempat di Molenvliet West 175 (Gajah Mada). Berhubung sewa tempat ini dirasakan mahal, sedangkan jemaat masih mengalami kesulitan dana, mulai September 1933 tempat ibadah pindah lagi ke Prinsenlaan 38. Masalah lain yang dihadapi jemaat ialah mundurnya bpk. Pouw Peng Hong sebagai Guru Injil tetap (Maret 1931) dan pindah ke Makassar. Di kota Makassar ini Pouw Peng Hong ditahbiskan sebagai Pendeta. Meski pelayanan Pouw Peng Hong di Tiong Hoa Kie Tok Kauw Hwe Mangga Besar (THKTKH) cukup singkat, namun beliau pulalah yang mengusulkan agar istilah pengurus gereja dari "bestuur" (pengurus) menjadi "Kerkraad" (Majelis gereja).
Menyimak sejarah perkembangan Gereja Kristus, pada hakekatnya sama dengan menelusuri berdirinya dan berkembangnya beberapa jemaat ex Gereja Methodist. Pertama adalah Gereja Methodist Mangga Besar yang berubah menjadi Tiong Hoa Kie Tok Kauw Hwee Mangga Besar (sekarang dikenal dengan nama Gereja Kristus jemaat Ketapang).

"Kerkeraadsvergadering" (Rapat Majelis Gereja) THKTKH Mangga Besar tanggal 3 Agustus 1935 memutuskan, menerima penggabungan ex Jemaat Gereja Methodist Tanah Abang. Dengan demikian disaat itu ada 2 jemaat THKTKH, yaitu Mangga Besar dan Tanah Abang. Uniknya, kedua jemaat itu dilayani hanya oleh 1 majelis jemaat (gabungan), dengan sdr. Khoe Lan Seng sebagai Ketua dan sdr. Oen Tek Tjioe sebagai Sekretaris.
Pada tanggal 12 Desember 1935, Majelis Gereja membentuk Komite THKTKH Bogor yang terdiri dari Lee Teng San (Ketua), Tjan Tjin Siang (Sekretaris) , Tan Bok Seng (Bendahara) serta anggota-anggota lainnya : Lie Kim Tian, Ang Soen Kaw, Tjie Tiang Seng, Ny. Lee Teng San. Komite tersebut diberi wewenang untuk mengurus segala keperluan "cabang Bogor".
Melalui keputusan Gubernur Jenderal pemerintah Hindia Belanda tanggal 12 Juni 1939 (Staatsblad no. 298 ), Gereja Tiong Hoa Kie Tok Kauw Hwee Mangga Besar diakui sebagai "Badan Hukum Kerkgenootschap". Berdasarkan keputusan Sinode THKTKH (13 Nopember 1939) nama THKTKH diganti menjadi Chung Hua Chi Tuh Chiao Hui (CHCTCH) yang anggota-anggotanya terdiri dari CHCTCH Mangga Besar, CHCTCH Tanah Abang dan CHCTCH Bogor. CHCTCH adalah bahasa nasional Kuo Yu sedangkan THKTKH adalah dialek Ho Kian, namun sebenarnya memunyai arti yang sama. Tanggal 27 Mei 1936, Pdt. Tiang Cu Gi (Boksoe dari Tiongkok) diangkat sebagai Pendeta jemaat. Seluruh biaya hidup Pdt. Tiang Cu Gi ditanggung oleh Gereja. Di tahun yang sama disepakati Gereja THKTKH menjadi anggota THKTKH Thay Hwee (Sinode). Pdt. Dzao Sze Kwang diangkat sebagai Pendeta jemaat menggantikan Pdt. Tiang Cu Gi.
Tahun 1940, CHCTCH Mangga Besar membeli sebidang tanah yang terletak di Gang Ketapang 9 dan kemudian dipergunakan untuk ibadah, sejak 16 Nopember 1940. Sejak saat inilah CHCTCH Mangga Besar dikenal sebagai Gereja Ketapang. Gedung itu direnovasi pada tahun 1947-1948 (diresmikan tanggal 21 Agustus 1948). Selama renovasi, ibadah pindah ke gedung Gereja Portugis jalan Pangeran Jayakarta.
Perkembangan selanjutnya, CHCTCH Mangga Besar membuka Pos PI di Bekasi Timur dan bahkan pada bulan Juni 1952 dapat menahbiskan Pendeta Clement Lee Sian Hui untuk ditempatkan di sana.
Pada tanggal 20 Juni 1945, majelis Gereja membentuk suatu bagian khusus berbahasa Kuo Yu dan menempatkan GI Chang Chuan Seng, selanjutnya GI Chuang ditahbiskan menjadi Pendeta. Bagian tersebut ternyata berkembang menjadi suatu jemaat yang dikenal dengan Gereja Kristus Kuo Yu Thang di Jalan Mangga Besar 1/74 Jakarta Kota (sekarang Gereja Kristus Jemaat Mangga Besar).
Pada bulan Maret 1954 terjadilah suatu peristiwa yang bersejarah dan tidak dapat dilupakan yaitu "Peristiwa 1954", yang dilatar-belakangi perdebatan dan perbedaan pandangan Teologis antara Pendeta dan Majelis jemaat, yang pada akhirnya melibatkan seluruh anggota jemaat. Adanya sistim Congregational mengharuskan diadakannya Rapat Umum Anggota untuk menyelesaikan masalah. Akibatnya sangat fatal - perpecahan jemaat tidak dapat dielakkan.
Jemaat di Pos PI Jatinegara memisahkan diri dan bergabung dengan Sinode GKI (GKI Bekasi Timur). Juga jemaat CHCTCH Tanah Abang terpecah, sebagian tetap bernaung di CHCTCH (pindah lokasi ke Petamburan, yang sekarang dikenal dengan jemaat Gereja Kristus Petamburan), sedangkan sisanya pindah ke Sinode GKI (GKI Wahid Hasyim).
-------------------------------------------------
www.webkristiani.co.cc update 3000 situs Kristen

Kategori: Profil