Alkitab/Artikel 1

Dari In-Christ Wiki, Wiki Kristen Indonesia
Langsung ke: navigasi, cari

Oleh: Andar Ismail

Alkitab yang kita baca sekarang adalah TB 1974 LAI, artinya Terjemahan Baru terbitan Lembaga Alkitab Indonesia tahun 1974, Di samping itu kita pun mempunyai Alkitab BIMK 1985 LAI, yaitu singkatan dari Bahasa Indonesia masa Kini.

Supaya jangan timbul salah paham. LAI cepat-cepat membubuhkan peringatan,"..Alkitab BIMK diterbitkan bukan untuk menggantikan Alkitab yang sudah ada yakni Alkitab Terjemahan Baru (TB) LAI 1974"

Jangan pulah kita terkecoh dengan istilah "Masa Kini", seolah-olah TB berbahasa Indonesia masa lampau. Istilah masa kini dipilih untuk menekankan ciri kontemporer dari bahasa yang dipakai BIMK. Sebenarnya semula BIMK bernama BIS, yakni Bahasa Indonesai Sehari-hari. Namun sebutan "Sehari-hari" diganti karena sebutan itu berkonotasi bahasa pasaran atau bahasa gaul, padahal BIMK sama sekali bukan begitu. BIMK memakai bahasa yang lebih luas dipakai dan dimergerti dalam kebersamaan.

Lalu apa gunanya Alkitab BIMK ini? Isi Alkitab sulit dimengerti sehingga kita sering salah mengerti. Oleh sebab itu kita butuh terjemahan lain sebagai perbandingan. Jadi, ketika kita membaca TB kita juga membuka BIMK lalu membandingkannya agar pemahaman kita terhadap ayat dan perikop itu bisa lebih baik.

Dalam persiapan kotbah, seorang pendeta biasanya membutuhkan beberapa terjemahan untuk dibandingkan, minimal bahasa Indonesia, bahsa asli dan bahasa Inggris versi Revised Standard Version (RSV) sebab diantara belasan macam terjemahan Alkitab Inggris baik dari abad 29 maupun abad 21, yang paling dekat dengan bahasa asli adalah RSV 1952 (bukan New RSV 1989)

Namun berapa pun terjemahan yang kita pakai belum menjamin bahwa ayat itu menjadi betul-betul jelas. Soalnya kadang-kadang terjemahan manapun kurang memuaskan karena struktur kalimat bahasa aslinya memang tidak lengkap atau tidak jelas sehingga sulit diterjemahkan.

Ambillah contoh sebuah ayat yang sering digunakan dalam rangka Natal yaitu Lukas 2:14. TB menulis "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya." BIMK menulis: "Terpujilah Allah di langit yang tertinggi! Dan diatas bumi, sejahteralah manusia yang menyenangkan hati Tuhan!" Teks aslinya berbunyi, "Doxa en uphistois theo kai epi ges eirenei en anthoropois eudokias." Arti harfiahnya: Kemuliaan di tertinggi untuk allah dan di bumi damai di antara manusia perkenanan. Disini tampak bahwa para penerjemah TB dan BIMK bergumul habis-habisan untuk menghasilkan terjemahan yang optimal, sehingga terpaksa memasukkan kata-kata yang dalam teks aslinya sama sekali tidak ada.

Sebaliknya, bisa juga teks aslinya sangat jelas namun istilah yang dipakai agak kasar. Misalnya, verba yang digunakan dalam cerita penciptaan di Kejadian 1:28 yang terasa bertentangan dengan kesadaran lingkungan hidup. TB menulis,"… penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas …." BIMK menulis, "mendiami seluruh bumi serta menguasainya. Kamu Kutugaskan mengurus…" Verba teks aslinya adalah kabash yang berarti menginjak-injak, menjatuhkan atau menaklukkan dan radah yang berarti menghancurkan dengan gesekan telapak kaki. TB dan BIMK tampak mengurangi terjadinya salah paham seolah-lah kita boleh menguras dan merusak lingkungan hidup. Cerita penciptaan lain yang ditulis sekitar lima ratus tahun sebelumnya yaitu Kejadian 2:15 justru memakai verba yang lebih halus yakni abad yang berarti mengabdi dan shamar yang berarti merawat atau melestarikan. TB menerjemahkannya dengan "mengusahakan dan memelihara", sedangkan BIMK dengan "mengerjakan dan memelihara".

Selanujutnya dalam upaya menolong pembaca memperoleh gambaran umum tentang sebuah kitab, BIMK memuat pengantar satu halaman pada awal tiap kitab.

Menarik bahwa pada akhir tiap surat di Perjanjian Baru, BIMK mencantumkan nama penulis walaupun pada surat tertentu sulit dipastikan siapa penulisnya. Begitulah pada akhir sejumlah surat tercantum, "Hormat kami, Paulus" atau "Hormat kami, Paulus dan Timotius" atau "Hormat Kami, Petrus" atau "Hormat kami, Yakobus".

Tidak diragukan lagi BIMK bisa menolong umat. Yang ideal adalah bahwa tiap warga membaca TB sambil langsung membandingkannya dengan BIMK. Tetapi bukan maksudnya bahwa BIMK dipakai secara tersendiri dan terpisah dari TB. Akan membingungkan umat bila BIMK dipakai sebagai teks kotbah atau teks buku. Sebaliknya akan sangat berguna bila dalam kelompok pemahaman Alkitab dipakai BIMK sebagai perbandingan TB. Juga akan membingungkan bila BIMK dipakai oleh dan untuk anak kecil sebab pada usia dewasa mereka akan bingung menghadapi versi TB. Kurang atau tidak pedagogis bila kita sudah berkebiasaan dengan versi ayat tertentu lalu kemudian hari harus mengubah ayat yang sudah terukir dalam benak.

Soalnya, jiwa benak kita sudah terbiasa dengan versi tertentu, benak kita cnederung menolak versi ayng lain. Antara TB dan BIMK tentu ada perbedaan. Misalnya, Mazmur 23:1 di BIMK adalah: TUHAN bagikan seorang gembala bagiku, aku tidak kekurangan", sedangkan di TB tertulis: "TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku" Awal Doa Bapa Kami di Matius 6:9 menurut BIMK adalah, "Bapa kami di surga, Engkalulah Allah yang Esa, Semoga Engkau disembah dan dihormati", sedangkan menurut TB "Bapa kami yang ada di sorga, dikuduskanlah nama-Mu"

TB dan BIMK mempunyai kelemahan dan keunggulannya masing-masing, namun keduanya diterima dan diakui oleh gereja Kristen di indonesia, baki Kristen Katolik maupun Kristen Protestan sebagai pelita yang menerangi arah dan langkah gereja, bangsa dan negara kita "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bai jalanku" (Mzm.119:105, TB) atau "Sabda-Mu adalah pelita bagi langkahku, cahya untuk menerangi jalanku" (BIMK).

Penulis adalah pengarang buku-buku renungan Seri "Selamat" BPK Gunung Mulia

http://www.gki-samanhudi.or.id/content/daftar_renungan.asp?mode=edit&id=6030 http://www.suarapembaruan.com/News/2009/11/21/Editor/edit02.htm

Peralatan pribadi