Menarik sekali bahwa sebelum masa Pemerintahan Raja Salomo, orang-orang Israel ketika berperang tidak menggunakan kuda, bahkan kendaraan perang waktu itu yang digunakan orang-orang Israel ialah keledai. Dalam Alkitab PL yang mengisahkan kejadian-kejadian dalam periode sebelum masa pemerintahan Raja Salomo, bangsa Israel telah melatih pasukan tentara yang efektif dan memenangkan banyak pertempuran dalam perjuangan mereka untuk merebut Kanaan, Negeri Perjanjian, mereka tidak pernah menggunakan kuda-kuda untuk kavaleri maupun untuk kereta-kereta perang mereka. Soal kuda hanya disinggung ketika menerangakan tentang kuda-kuda milik musuh-musuh Israel seperti ke-900 kereta kuda dari pasukan kavaleri raja Kanaan, Yabin. Mengapa Israel tidak pernah menggunakan kuda untuk mempertahankan diri mereka terhadap serangan kavaleri dan serangan kuda-kuda perang dari musuh mereka?
Dalam Alkitab KJV ada 188 referensi tentang kuda. Hal ini menunjukkan kuda bukanlah binatang yang asing bagi orang Yahudi. Bahkan Kitab Ayub melukiskan kemuliaan dan keberanian kuda dalam Ayub 39:22-37 "Engkaukah yang memberi tenaga kepada kuda? Engkaukah yang mengenakan surai pada tengkuknya? Engkaukah yang membuat dia melompat seperti belalang? Ringkiknya yang dahsyat mengerikan.
Ia menggaruk tanah lembah dengan gembira, dengan kekuatan ia maju menghadapi senjata.
Kedahsyatan ditertawakannya, ia tidak pernah kecut hati, dan ia pantang mundur menghadapi pedang.
Di atas dia tabung panah gemerencing, tombak dan lembing gemerlapan; dengan garang dan galak dilulurnya tanah, dan ia meronta-ronta kalau kedengaran bunyi sangkakala"
Arkeologi telah menunjukkan bahwa kuda adalah binatang yang umum digunakan dalam ketentaraan dan masyarakat semua bangsa purba di Timur Tengah, kecuali Israel, sampai pada zaman pemerintahan Raja Salomo kurang lebih pada tahun 970 SM. Kita tahu dalam Dasa Titah dalam Perintah ke-10 Allah melarang bangsa Yahudi atau Israel mengingini lembu atau keledai orang lain, namun tidak menyebut apa-apa tentang kuda (Kel 20:17).
Dalam Kitab Hakim-hakim kita mendapatkan bukti bahwa keledai adalah alat transportasi umum yang dipakai bangsa Israel - bukan kuda. Contoh, dalam Yosua 15:18, ketika anak perempuan Kaleb, seorang pemimpin Israel, mengunjungi Otniel, ia menunggang seekor keledai - bukan kuda. Kitab Hakim-hakim menyatakan bahwa para hakim yang memerintah Israel menunggang keledai putih. Banyak kisah dalam Alkitab seperti Saul yang mencari keledai-keledai ayahnya yang hilang. Dalam keterangan Alkitab mengenai peperangan dengan bangsa Filistin, ketika mereka merampas Tabut Allah, Israel kehilangan 30 ribu pasukan orang berjalan kaki, tetapi tidak disinggung soal pasukan berkuda. Artinya, Israel tidak mempunyai pasukan kavaleri/pasukan berkuda.
Kita mengetahui bahwa Absalom, -anak Raja Daud pada waktu berperang dalam pemberontakan terhadap Daud, ayahnya- dibunuh oleh Yoab waktu rambutnya tersangkut di dahan pohon Tarbantin, ketika itu dia menaiki Bagal/Keledai (2 Samuel 18:9). Kisah ini membuktikan bahwa pangeran-pangeran kerajaan pun tidak mengendarai kuda pada waktu itu.
Jadi, mengapa bangsa Israel tidak mau menggunakan kuda sementara bangsa-bangsa asing yang menjadi musuh mereka menikmati keuntungan dari penggunaan kuda dalam pasukan kavaleri dan kereta-kereta perang mereka?
Jawabannya ada dalam Perintah Allah yang melarang penggunaan kuda dalam Ulangan 17:16 "Hanya, janganlah ia memelihara banyak kuda dan janganlah ia mengembalikan bangsa ini ke Mesir untuk mendapat banyak kuda, sebab TUHAN telah berfirman kepadamu: Janganlah sekali-kali kamu kembali melalui jalan ini lagi." (But he shall not multiply horses to himself, nor cause the people to return to Egypt, to the end that he should multiply horses: for as much as the LORD hath said unto you, Ye shall henceforth return no more that way- KJV).
Ini adalah Larangan Allah yang diberikan jauh sebelum bangsa Israel memasuki Negeri Perjanjian, Kanaan dan jauh sebelum bangsa Israel punya seorang Raja, yang menyatakan larangan bagi seorang Raja untuk memelihara kuda/beternak kuda bagi dirinya. Jadi perintah ini jelas untuk tidak menggunakan kuda dalam peperangan.
Kita tahu bahwa Mesir merupakan pusat peternakan kuda perang dunia pada zaman itu, Allah tahu bangsa Israel akan tergoda untuk bersekutu dengan Mesir guna memperoleh kuda bagi pasukan Israel. Oleh sebab itu, Allah memberikan suatu larangan penggunaan kuda untuk memastikan bahwa bangsa Israel tidak akan bergantung pada persekutuan dengan Mesir. Mesir memanfaatkan kekuatan monopolinya dalam beternak dan menjual kuda-kuda perang untuk menuntut bangsa-bangsa lain bersekutu dengannya.
Bangsa-bangsa hanya dapat membeli kuda-kuda perang Mesir jika mereka bersedia membuat suatu perjanjian pertahanan dengan Mesir. Jadi, jika Israel membeli kuda dari Mesir, ia akan terjerat dalam persekutuan-persekutuan asing dan tidak mengandalkan kuasa Allah yang mampu menyelamatkannya.
Alasan lain yaitu agar mereka sadar bahwa kemenangan atas musuh yang lebih kuat diperoleh melalui kuasa supranatural Allah mereka. Israel adalah suatu bangsa yang memiliki para tentara yang gagah berani dan telah memenangkan pertempuran-pertempuran dahsyat melawan bangsa-bangsa lain penyembah berhala yang berjumlah amat banyak dengan pertolongan kuasa Allah yang supranatural. Bila mereka mengakui kemenangan berbagai peperangan itu terjadi karena campur tangan Allah yang ajaib, maka Tuhanlah yang dimuliakan.
Dengan melarang Israel membeli dan menggunakan kuda, Allah memastikan bahwa Israel hanya melakukan pertempuran-pertempuran defensif untuk melindungi teritorial Tanaha Suci yang Tuhan karuniakan bagi mereka. Andaikata tentara-tentara Israel yang agresif memiliki kuda-kuda yang memungkinkan mereka bepergian dengan mudah, mereka bisa tergoda menggunakannya untuk peningkatan mobilitas mereka dan kereta-kereta perang untuk menaklukkan daerah-daerah dan bangsa-bangsa asing yang terletak jauh dari perbatasan Tanah Perjanjian.
Kesesuaian bahwa bangsa Israel tidak pernah menggunakan kuda dalam sekian banyak peperangannya sampai murtadnya mereka bersamaan dengan pemerintahan Raja Salomo, tanpa penulis-penulisnya pernah menerangkan motif mereka, memberikan suatu indikasi yang kuat bahwa kisah ini benar dan akurat.
Dede Wijaya, Penulis buku Pesona Alkitab