Kadangkala dalam pelayanan, kita terjebak membuat pelayanan tersebut
menjadi sebuah rutinitas. Itu yang aku alami dalam pelayanan anak yang
aku geluti. Kadang sehabis "menjalankan tugas" aku merasa pekerjaanku
sudah selesai untuk hari itu dan aku bisa pulang dengan tenang. Lama
kelamaan aku seperti tersadar dari sebuah mimpi panjang. Aku seperti
hidup sendiri dalam pelayan tersebut, padahal di sekelilingku ada
rekan-rekan yang lain, yang sebenarnya harus menjadi pusat perhatianku
juga. Awalnya waktu aku harus menulis sebuah artikel mengenai kasih di
antara para guru sekolah minggu. Sulit sekali rasanya menulis artikel
tersebut. Aku tidak terlalu yakin menuliskan hal tersebut. Dan
kutemukan jawabannya, itu karena aku sendiri tidak pernah memedulikan
hal tersebut. Hubungan dengan rekan pelayanan terseret menjadi
hubungan kerja saja. Dan itu sangat SALAH!
Tanpa adanya "ikatan rohani" di antara para guru, pelayanan pun tidak
akan ada kuasanya. Memang seluruh program kerja dapat berjalan dengan
baik, tetapi rasa puas, rasa sukacita, kurang dirasakan dengan penuh.
Dan mungkin itu pula yang mengakibatkan pertumbuhan sekolah minggu
kurang baik menurutku. Secara kuantitas bertambah, tetapi harus kuakui
secara kualitas menurun. Bisa jadi itu karena guru-guru pemula kurang
dibimbing oleh para guru "senior". Akhirnya guru-guru pemula itu pun
mengajar apa adanya, hanya dengan dasar ingin melayani. Aku sendiri
cenderung kurang terbuka dalam memberikan atau menerima komentar,
saran, kritik, yang sebenarnya dapat memperbaiki cara mengajarku. Satu
hal lagi, aku jarang sekali memberikan perhatian kepada rekan-rekan
sepelayananku. Jadinya emang garing banget kurasakan hubungan antar
rekan pelayanan. Wuah .... salah banget itu .... Kita harus jadi
teladan bagi anak-anak layan kita, tetapi aku sendiri gak bisa
diteladani.
Bersyukur banget bisa mendapatkan kesempatan menulis mengenai kasih di
antara guru sekolah minggu, jadiya bisa evaluasi diri dan pasti
diterapkan dalam pelayananku. Kiranya Tuhan memampukanku untuk dapat
menjadi teladan bagi anak-anak yang amat Dia kasihi tersebut, bukan
hanya dari perkataanku, tetapi juga dari setiap tindakan hidupku.