Hidup ini untuk apa ? Mengapa aku hidup ? Mengapa aku di sini ? Mengexplorasi kesana-kemari, merenung di sana-sini. Aku melihat dalam dunia humanis, pertanyaan ini datang tanpa bisa terhitung lagi banyaknya. Ada yang bilang bahwa hidup ini untuk BELAJAR dan MEMPERKAYA pengalaman. Dengan terus belajar dan memperkaya pengalaman maka benih-benih kebijaksanaan dalam diri Anda akan bertumbuh dengan subur dan teratur. Daya pertumbuhannya bergantung dari RESPON Anda terhadap setiap fenomena yang Anda alami. Ya, aku cukup sependapat dengan pandangan tersebut
Rasa sakit, rasa senang, semua memberikan coretan maknawi dalam sensasi menjalani hidup setiap insan manusia. Manusia hakekatnya adalah Sang Pembelajar sejati, sejak bayi manusia belajar "TANPA SADAR", manusia belajar secara ALAMIAH, hal ini bisa dilihat dari bagaimana seorang bayi belajar BERJALAN. Bisa dihitung berapa kali mereka gagal ? jika disebut jatuh sebagai kegagalan, mereka belum mengerti dan tahu apa itu kegagalan, mereka hanya TERINSPIRASI dan melakukan hal yang mereka suka. Mereka belajar dari LINGKUNGAN, lingkungan mempengaruhi mereka secara langsung dan tak langsung. Saat Anda dilahirkan di Finlandia, Anda akan berbahasa Finlandia, saat Anda lahir di Swedia, Anda akan berbahasa Swedia, tidak peduli dengan tingkat kesulitan gramatikal bahasa-bahasa tersebut yang berbeda-beda, manusia akan mengambil model dari lingkungannya.
Jika lingkungan itu buruk, akan kah kepribadian seseorang menjadi buruk ? Kemungkinan besar iya, dan kemungkinan kecil tidak. Karena manusia merespon dan memaknai dengan berbeda, dengan cara yang sifatnya SUBYEKTIF. Faktanya banyak pribadi-pribadi luar biasa yang lahir dari bengis dan kerasnya lingkungan mereka.
Tetap melakukan yang BENAR, yang BAIK dalam kondisi dan situasi yang tidak baik. Itulah buah dari kekayaan akan pengalaman dan pembelajaran. Kabar baiknya, kita belajar dari generasi ke generasi, kita "mencontek" hikmat-hikmat generasi terdahulu, mengujinya dan menyempurnakannya. Sebuah rahasia akan percepatan teknologi berasal dari sana.
Pertanyaan terbesarnya adalah: "Mampukah manusia menggapai KEBAIKAN dan KEBENARAN sehingga mampu hidup di dalamnnya secara MANDIRI ?" John Calvin, seorang Bapak Reformasi Gereja menyatakan TIDAK, hanya anugerah Allah yang berperan, hanya providensia Allah melalui terang Roh Kudus yang memampukan seseorang berjalan dalam kebaikan dan kebenaran yang hakiki suatu yang Orthopraxis.
Suatu kebenaran yang diinginkan Sang Pencipta kepada ciptaanya, sebuah blue print akan maksud fungsional individu-individu pilihan ciptaan Allah yang disebut orang Kristen.
Manusia Kristen memiliki tuntutan untuk secara kontinyu dan konstantual progresif BELAJAR serta memperkaya pengalamannya untuk hidup seturut dan selaras terhadap maksud dan kehendak Allah Sang Pencipta dalam Teladan Kristus.
Alkitab sebagai Firman Allah adalah Sekolah dari Roh Kudus, sebagai faktor utama kita mampu memahami kehendak Bapa Sorgawi, hal ini adalah proses pembelajaran seumur hidup.
Saya menyebutnya Belajar Menikmati Belajar untuk Menikmati Allah dalam setiap aspek kehidupan, mengerti panggilan dan berkontribusi untuk menggenapi tugas panggilan tersebut seturut anugerah talenta yang telah dinyatakan Allah kepada setiap orang percaya.
Banyak orang bertanya-tanya apa talentanya ? apa panggilannya ? Talenta seseorang secara umum adalah menjadi murid dan memuridkan sesuai amanat agung Yesus Kristus yang di implementasikan dengan 1001 cara, maka itu belajar untuk mau tebuka untuk belajar di didik adalah modal awal yang utama bagi setiap orang Percaya.
Mari saling asah-saling asuh di Komunitas In-Christ.net ini laiknya ada tertulis "besi menajamkan besi, manusia menajamkan sesamanya."
Soli Deo Gloria
Shalom_ElShadday
Comments
a
Tue, 28/07/2009 - 10:55 — dessreiahaj