Beberapa hari yang lalu aku baca sebuah buku yang berisi kumpulan kisah-kisah inspiratif yang dipinjam adeku dari perpustakaan SMA nya, yang juga SMA ku dulu. Aku langsung lihat daftar isinya karena aku memang berniat untuk baca salah satu saja kisahnya sebelum menikmati tidur siangku. Maka sampailah aku ke kisah yang akan aku ceritakan ini, mungkin kalian sudah pernah dengar cerita ini, mungkin juga kalian juga sudah pernah baca. Bagiku, kisah ini menarik, sangat ... menarik dan sempat membuatku merenungkan beberapa hal. Demikian kisahnya, mungkin memang tidak sama dengan aslinya, tapi saya yakin intinya sama.
Dikisahkan dalam suatu kebaktian seorang tua bersaksi di depan mimbar. Ia mengkisahkan seorang ayah yang sedang pergi berlayar bersama satu anaknya dan teman anaknya. Kemudian suatu saat terjadi badai, hujan lebat, gelombang tinggi pun mengombang-ambingkan kapal yang mereka tumpangi. Tak kuasa menahan gempuran gelombang, kapal itu hampir terbalik, benar-benar hampir terbalik, saking miringnya sampai-sampai membuat kedua anak yang ada di kapal itu terlempar ke laut; ada di tengah gelombang lautan yang semakin mengamuk. Si ayah tahu dia hanya punya satu kesempatan untuk menolong salah satu dari mereka. Dia tahu bahwa saat dia melemparkan satu talinya ke salah satu anak dan kemudian menyeretnya ke kapal, maka anak yang lainnya akan segera termakan ombak yang begitu besar. Maka dilemparnyalah tali itu ke teman anaknya. Teman anaknya berhasil selamat, sedangkan anak kandungnya sendiri hilang di tengah lautan.
Mengapa sang ayah melakukan itu? Itu karena dia tahu kalau anaknya sudah mengenal Yesus, dan dia tahu kalau anaknya akan berjalan menuju alam baka bersama Yesus. Sedangkan teman anaknya belum mengenal Yesus, jika dia mati saat itu, dia tidak akan berjalan menuju alam baka bersama Yesus. Untuk itulah sang ayah menyelamatkan teman anaknya dan mengorbankan anaknya sendiri. Ketika seseorang menanyakan kebenaran kisah itu dengan sedikit tidak percaya, orang tua yang besaksi itu mengatakan, "Percayalah, itu benar, akulah teman anak itu."
Setelah membaca kisah itu, aku benar-benar bingung, sampai-sampai aku tidak bisa membedakan mana yang benar. Sebagai orang Kristen, aku setuju dengan tindakan si ayah itu, tapi dari sudut pandang dunia, seperti Nagabonar biasa bilang, "Apa kata dunia ...!" Apa kata dunia jika mereka tahu kalau si ayah lebih memilih menyelamatkan orang lain daripada anak kandungnya sendiri.
Tapi aku bisa menyimpulkan, mungkin itulah harga untuk mengikut Yesus. Allah saja rela mengorbankan Anak-Nya yang tunggal untuk menyelamatkan kita semua, jadi kenapa kita ngga? Jelas, pikiran-pikiran ku tadi timbul karena mungkin imanku belum sampai ke taraf tertentu sehingga seandainya aku yang jadi ayah tersebut, pastilah aku menyelamatkan anakku sendiri.
Comments
indah dan shocking
Fri, 08/08/2008 - 09:00 — Hildadianpra, mengapa Anda begitu jujur bahwa Anda bakal menyelamatkan anak Anda sendiri?
kalau dilihat dari kisah ini, pasti sang ayah saat itu bingung sekali padahal keputusan seperti itu harus diambil dengan cepat. Tuhan tidak pernah membuat kita menderita namun Dia terus ada dan campur tangan dalam segala hal yang kita alami dalam dunia. mungkin untuk sesaat anak yang tidak diselamatkan akan kecewa namun Tuhan akan pelihara dia lebih lagi apalagi kalau kita sudah menyerahkannya kepada Tuhan.
aku merasa shock juga dan berharap papaku tidak melakukan hal yang sama kepadaku tetapi kisah orang beda-beda jadi tidak perlu takut. aku pun juga harus begitu, melihat rencana Allah.