Dari In-Christ Wiki, Wiki Kristen Indonesia
Alkitab mengatakan bahwa setelah Yesus bangkit dari antara orang
mati, Ia menampakkan diri berulang-ulang selama empat puluh hari
kepada murid-murid-Nya dan beberapa orang dekat-Nya. Dalam
penampakan tersebut, Ia tentu memunyai maksud-maksud, seperti
membuktikan bahwa Ia sungguh-sungguh telah bangkit dan sudah menang
terhadap maut, mengajar murid-murid tentang Kerajaan Allah (Kisah
Para Rasul 1:3), dan mendelegasikan pemuridan kepada
murid-murid-Nya (Matius 28:19-20).
Artikel ini akan secara khusus memaparkan tentang Yesus, yang sudah
bangkit dari antara orang mati dan menampakkan diri-Nya untuk
memberikan tugas pemuridan kepada murid-murid-Nya. Pemaparan ini
didasarkan pada narasi penampakan Yesus kepada murid-murid-Nya di
danau Tiberias, yang dilaporkan di dalam Injil Yohanes 21:1-14. Apa
yang telah dicatat oleh Yohanes ini bukan hanya sekadar laporan
peristiwa masa lalu, tetapi Yohanes melalui narasi tersebut
menyampaikan pengajaran teologis kepada gereja masa kini tentang
tugas pemuridan, yang didelegasikan-Nya kepada gereja.
Banyak orang berpikir bahwa murid-murid, yakni Simon Petrus, Tomas
yang disebut Didimus, Natanael, dua anak-anak Zebedeus (Yakobus dan
Yohanes), dan dua murid-Nya yang lain, berada di danau Tiberias dan
menangkap ikan karena mereka mengalami kekecewaan dan kembali ke
pekerjaan semula. Sepintas, tampaknya pendapat di atas menyatakan
kebenaran, tetapi apakah pendapat itu sama dengan apa yang hendak
disampaikan Rasul Yohanes melalui narasinya. Jika disimak dengan
teliti, pendapat di atas melupakan beberapa data kecil tetapi
penting dalam narasi yang diceritakan. Dengan melihat data-data
tersebut, pembaca akan menangkap berita Yohanes 21:1-14 lebih jelas
dan lebih baik.
Pada ayat 1, Rasul Yohanes menceritakan tentang penampakan Yesus di
pantai danau Tiberias kepada murid-murid dengan menggunakan satu
kata keterangan "lagi" (Yunani: "palin"). Setiap pembaca kata
keterangan ini yang menaruh perhatian akan mendapatkan kesan yang
kuat bahwa Rasul Yohanes hendak mengatakan bahwa penampakan di danau
Tiberias bukanlah penampakan yang pertama, tetapi yang kesekian
kali. Lebih tepatnya, penampakan di danau Tiberias adalah yang
ketiga kalinya (ayat 14). Tentu saja yang dimaksud dengan penampakan
ketiga itu bukan ketiga dari keseluruhan penampakan yang dicatat
oleh penulis Perjanjian Baru. Akan tetapi, yang dimaksudkan
penampakan ketiga ini adalah hitungan penampakan kepada murid-murid
(tidak termasuk penampakan kepada Maria Magdalena) menurut laporan
Yohanes saja.
Jika demikian, Yesus tentu sudah menampakkan diri-Nya dua kali
sebelumnya. Menurut laporan Yohanes, penampakan-Nya yang pertama
adalah ketika murid-murid tanpa Tomas berkumpul di tempat yang
tertutup dan terkunci (Yohanes 20:19-23). Sebagai respons atas
penampakan itu, mereka berkata kepada Tomas: "kami telah melihat
Tuhan" (Yohanes 20:25). Sebelum penampakan ini, murid-murid dalam
kondisi rohani yang sama dengan Tomas yang tidak percaya. Yohanes
20:8 menceritakan bahwa Maria Magdalena sudah mengatakan bahwa
dirinya telah melihat Tuhan. Akan tetapi, mereka seakan-akan tidak
memberi tanggapan atas kesaksian Maria Magdalena, dan bahkan mereka
masih takut serta berkumpul di tempat terkunci. Pernyataan mereka
kepada Tomas menyiratkan dengan jelas kondisi rohani mereka yang
sudah berubah atau berbeda dari sebelumnya. Dengan tegas dan penuh
keberanian, mereka berkata: "kami telah melihat Tuhan." Apakah di
sini, kesan kekecewaan karena kematian Yesus masih ada pada
murid-murid yang telah melihat Tuhan itu?
Sebagaimana mereka dingin dan tidak percaya atas kesaksian Maria
Magdalena, demikian pula Tomas tidak percaya atas kesaksian mereka.
Ketidakpercayaan Tomas sangat tersurat dengan mengatakan bahwa
sebelum ia melihat bekas paku dan mencucukkan jarinya pada bekas
paku tersebut, serta mencucukkan tangannya ke lambung Yesus, ia
tidak akan percaya (Yohanes 20:25). Ketidakpercayaan Tomas ini
dinyatakan secara tegas dengan pernyataan berbahasa Yunani "ou me
pisteuso." Ungkapan ini hendak menyatakan gagasan bahwa Tomas sama
sekali tidak akan pernah percaya. Kondisi rohani seperti ini
menimbulkan pertanyaan mengapa ia tidak akakn pernah percaya
meskipun murid-murid yang lain telah memberikan kesaksian mereka.
Yohanes 11:24 melaporkan tentang kepercayaan Marta tentang
kebangkitan orang-orang mati pada akhir zaman. Tentu saja,
kepercayaan ini kondisi umum di antara orang-orang Yahudi, kecuali
kelompok Saduki. Tomas juga seorang Yahudi dan boleh dikatakan ia
memunyai kepercayaan yang sama dengan Marta dan orang Yahudi pada
umumnya. Dengan kepercayaan seperti itu, adalah mustahil baginya
untuk percaya kalau ada orang yang memberitakan tentang kebangkitan
orang pada masa sekarang ini. Jadi, ketidakpercayaannya akan
kebangkitan Yesus boleh dikatakan menyatakan iman Yahudinya mengenai
kebangkitan orang mati pada akhir zaman dan bukan pada masa sekarang
ini. Tomas adalah seorang yang berdiri teguh pada keyakinan Yahudi
namun akan mengubah keyakinannya dengan satu syarat. Apakah
syaratnya? Jika ia melihat bekas paku dan mencucukkan jari pada
bekas paku tersebut, serta mencucukkan tangannya ke lambung Yesus.
Demi mengubah keyakinan Tomas, Yesus menampakkan diri yang kedua
kali, serta berkata kepadanya: "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah
tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan
jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah." (Yohanes
20:27b) Dari perkataan Yesus ini, setiap pembaca dapat menangkap
maksud penampakan yang kedua ini. Sangat jelas, Yesus menghendaki
Tomas percaya bahwa Ia benar-benar sudah bangkit dari antara orang
mati sekarang, bukan nanti pada waktu kebangkitan orang-orang mati
pada akhir zaman. Fakta kebangkitan ini bukan isapan jempol dan
bukan halusinasi semata. Tetapi, ada satu fakta yang mampu mengubah
keyakinan Yudaisme Tomas yang kokoh. Perubahan itu tertera dalam
pengakuannya kepada Yesus: "Ya Tuhanku dan Allahku!" (Yohanes
20:28). Apakah seseorang yang telah mengakui Yesus sebagai Tuhan dan
Allahnya masih memunyai kekecewaan atas kematian Yesus? Bukankah
pengakuan itu memberi kesan sebaliknya?
Jika para pembaca dapat mengikuti jalan cerita yang disampaikan oleh
Rasul Yohanes, kesan bahwa murid-murid berada di danau Tiberias
karena mereka kecewa atas kematian Yesus, pasti tidak akan ada lagi.
Mereka yang berada di danau Tiberias adalah komunitas orang-orang
yang percaya bahwa Yesus sudah bangkit dan mereka adalah saksi mata
atas kebangkitan itu. Lalu, mengapa mereka ada di sana? Apakah
mereka kembali melakukan pekerjaan mereka yang kurang lebih tiga
tahun telah mereka tinggalkan? Biarlah pertanyaan-pertanyaan ini
dijawab berdasarkan apa Alkitab sendiri katakan.
Alkitab mencatat perkataan Yesus kepada murid-murid sebelum
kematian-Nya. Ia berkata, "Akan tetapi sesudah Aku bangkit, Aku akan
mendahului kamu ke Galilea." (Markus 14:28; Matius 26:32) Setelah Ia
bangkit, melalui perempuan-perempuan yang melihat kubur Yesus yang
kosong disampaikan pesan supaya murid-murid ke Galilea untuk melihat
Tuhan (Markus 16:7; Matius 28:10). Mencermati data-data Alkitab di
atas, keberadaan murid-murid di danau Tiberias (di daerah Galilea)
jauh dari fakta bahwa mereka kecewa karena kematian Yesus dan
kembali ke pekerjaan sebagai nelayan, yang mereka telah tinggalkan
selama kurang lebih tiga tahun. Mereka adalah komunitas orang-orang
yang memercayai kebangkitan Yesus. Mereka berada di danau Tiberias
sebagai bentuk ketaatan terhadap perintah Tuhan, yang mendahului
mereka dan juga suatu bentuk kerinduan mereka berjumpa dengan-Nya.
Pada sisi lain, ketika Tuhan memerintahkan mereka untuk ke Galilea,
pastilah Ia memunyai satu maksud atas perintah-Nya tersebut. Apakah
maksud-Nya itu?
Rasul Yohanes memberi kesan bahwa murid-murid sudah sekian lama
berada di danau itu. Kata yang diterjemahkan "berkumpul" adalah
frase Yunani "esan homou", yang berarti "ada bersama". Kata "esan"
adalah dalam bentuk "Indikatif Imperfek", yang menyatakan keberadaan
mereka di danau itu sudah berlangsung sekian lama, tetapi mereka
belum juga melihat Tuhan. Apakah Tuhan yang dapat menampakkan diri
meskipun di tempat tertutup dan terkunci itu tidak sanggup
menampakkan diri-Nya di tempat terbuka seperti di danau Tiberias
ini?
Ketika menanti untuk melihat Tuhan dan mungkin disertai rasa lapar,
Petrus berkata hendak menangkap ikan. Inisiatif Petrus ini didukung
oleh teman-temannya. Oleh sebab itu, mereka pergi ke danau untuk
menangkap ikan. Inti narasi dari drama penampakan itu baru saja
dimulai. Semalam-malaman mereka berusaha menangkap ikan, tetapi
mereka tidak mendapatkan apa-apa. Menjelang siang ketika mereka akan
mendarat, Yesus menampakkan diri-Nya dan berkata kepada mereka,
"`Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?` Jawab mereka:
`Tidak ada.`" (Yohanes 21:5b) Kemudian Yesus memerintahkan mereka
untuk menebarkan jala dan mereka menangkap banyak ikan sehingga
tidak dapat menariknya. Peristiwa penangkapan ikan itu membuat murid
yang dikasihi Yesus berkata kepada Petrus, "Itu Tuhan." (Yohanes
21:7) Peristiwa penangkapan ikan seakan-akan mengingatkan
murid-murid akan sesuatu.
Lukas 5:1-11 menceritakan peristiwa penangkapan ikan yang hampir
sama dengan yang dilaporkan Yohanes 21. Jika cerita Lukas dibaca
dengan teliti, maksud utamanya tampak di dalam perintah Yesus kepada
Simon Petrus dan kawan-kawan. Mereka harus menebarkan jala untuk
menangkap ikan. Ia menginginkan mereka menjadi penjala manusia. Ia
berkata, "Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala
manusia." (Lukas 5:10) Peristiwa penangkapan ikan tersebut dipakai
oleh Yesus untuk memanggil mereka menjadi penjala manusia. Penjala
manusia bertugas untuk menjadikan orang lain murid Yesus. Ketika
peristiwa yang hampir sama terjadi lagi tiga tahun kemudian, murid
yang dikasihi Yesus itu teringat pada peristiwa yang terjadi tiga
tahun sebelumnya, seperti yang dilaporkan oleh Lukas. Oleh sebab
itu, Yohanes kemudian dapat berkata "Itu Tuhan" kepada Simon Petrus.
Rasul Yohanes melalui narasinya seakan-akan hendak mengatakan bahwa
jika tiga tahun yang lalu Yesus telah memanggil murid-murid menjadi
penjala manusia pada peristiwa penangkapan ikan yang menakjubkan,
sekarang pada penampakan di danau Galilea, Ia mengadakan penangkapan
yang lebih menakjubkan lagi. Panggilan itu mungkin lebih tepat
diingat sebagai pembaruan panggilan; sebagaimana sukses penangkapan
ikan itu karena perintah-Nya, demikian pula dengan sukses menjadikan
orang lain murid-Nya.
Narasi Yohanes (dan Lukas) di atas tentu saja bukan sekadar
melaporkan keajaiban masa lalu yang sudah tidak bermakna lagi bagi
gereja masa kini. Sebagaimana gereja memperingati kebangkitan Yesus
dengan bukti momentum penampakan yang bernilai tinggi baginya, makna
penampakan itu sendiri harus bernilai sama pula bagi gereja. Melalui
penampakan-Nya, Yesus menginginkan murid-murid menjalankan tugas
pemuridan yang sudah didelegasikan kepada mereka, sebagaimana sudah
didelegasikan kepada gereja. Peristiwa Paskah ini harus menjadi
momentum penyadaran gereja, yang diingatkan kembali pada amanat
pemuridan.
Diambil dari:
Judul majalah: Penyuluh, No. 40, Tahun XVI/2007
Judul artikel: Penampakan Yesus dan Tugas Pemuridan Gereja
Penulis: Pdt. Stephano Ambesa
Penerbit: Badan Pekerja Harian Gereja Bethel Indonesia, Jakarta
Halaman: 68 -- 70
Templat:Misi:Footer