Alkitab mengatakan bahwa setelah Yesus bangkit dari antara orang mati, Ia menampakkan diri berulang-ulang selama empat puluh hari kepada murid-murid-Nya dan beberapa orang dekat-Nya. Dalam penampakan tersebut, Ia tentu memunyai maksud-maksud, seperti membuktikan bahwa Ia sungguh-sungguh telah bangkit dan sudah menang terhadap maut, mengajar murid-murid tentang Kerajaan Allah (Kisah Para Rasul 1:3), dan mendelegasikan pemuridan kepada murid-murid-Nya (Matius 28:19-20).
Artikel ini akan secara khusus memaparkan tentang Yesus, yang sudah bangkit dari antara orang mati dan menampakkan diri-Nya untuk memberikan tugas pemuridan kepada murid-murid-Nya. Pemaparan ini didasarkan pada narasi penampakan Yesus kepada murid-murid-Nya di danau Tiberias, yang dilaporkan di dalam Injil Yohanes 21:1-14. Apa yang telah dicatat oleh Yohanes ini bukan hanya sekadar laporan peristiwa masa lalu, tetapi Yohanes melalui narasi tersebut menyampaikan pengajaran teologis kepada gereja masa kini tentang tugas pemuridan, yang didelegasikan-Nya kepada gereja.
Banyak orang berpikir bahwa murid-murid, yakni Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael, dua anak-anak Zebedeus (Yakobus dan Yohanes), dan dua murid-Nya yang lain, berada di danau Tiberias dan menangkap ikan karena mereka mengalami kekecewaan dan kembali ke pekerjaan semula. Sepintas, tampaknya pendapat di atas menyatakan kebenaran, tetapi apakah pendapat itu sama dengan apa yang hendak disampaikan Rasul Yohanes melalui narasinya. Jika disimak dengan teliti, pendapat di atas melupakan beberapa data kecil tetapi penting dalam narasi yang diceritakan. Dengan melihat data-data tersebut, pembaca akan menangkap berita Yohanes 21:1-14 lebih jelas dan lebih baik.
Pada ayat 1, Rasul Yohanes menceritakan tentang penampakan Yesus di pantai danau Tiberias kepada murid-murid dengan menggunakan satu kata keterangan "lagi" (Yunani: "palin"). Setiap pembaca kata keterangan ini yang menaruh perhatian akan mendapatkan kesan yang kuat bahwa Rasul Yohanes hendak mengatakan bahwa penampakan di danau Tiberias bukanlah penampakan yang pertama, tetapi yang kesekian kali. Lebih tepatnya, penampakan di danau Tiberias adalah yang ketiga kalinya (ayat 14). Tentu saja yang dimaksud dengan penampakan ketiga itu bukan ketiga dari keseluruhan penampakan yang dicatat oleh penulis Perjanjian Baru. Akan tetapi, yang dimaksudkan penampakan ketiga ini adalah hitungan penampakan kepada murid-murid (tidak termasuk penampakan kepada Maria Magdalena) menurut laporan Yohanes saja.
Jika demikian, Yesus tentu sudah menampakkan diri-Nya dua kali sebelumnya. Menurut laporan Yohanes, penampakan-Nya yang pertama adalah ketika murid-murid tanpa Tomas berkumpul di tempat yang tertutup dan terkunci (Yohanes 20:19-23). Sebagai respons atas penampakan itu, mereka berkata kepada Tomas: "kami telah melihat Tuhan" (Yohanes 20:25). Sebelum penampakan ini, murid-murid dalam kondisi rohani yang sama dengan Tomas yang tidak percaya. Yohanes 20:8 menceritakan bahwa Maria Magdalena sudah mengatakan bahwa dirinya telah melihat Tuhan. Akan tetapi, mereka seakan-akan tidak memberi tanggapan atas kesaksian Maria Magdalena, dan bahkan mereka masih takut serta berkumpul di tempat terkunci. Pernyataan mereka kepada Tomas menyiratkan dengan jelas kondisi rohani mereka yang sudah berubah atau berbeda dari sebelumnya. Dengan tegas dan penuh keberanian, mereka berkata: "kami telah melihat Tuhan." Apakah di sini, kesan kekecewaan karena kematian Yesus masih ada pada murid-murid yang telah melihat Tuhan itu?
Sebagaimana mereka dingin dan tidak percaya atas kesaksian Maria Magdalena, demikian pula Tomas tidak percaya atas kesaksian mereka. Ketidakpercayaan Tomas sangat tersurat dengan mengatakan bahwa sebelum ia melihat bekas paku dan mencucukkan jarinya pada bekas paku tersebut, serta mencucukkan tangannya ke lambung Yesus, ia tidak akan percaya (Yohanes 20:25). Ketidakpercayaan Tomas ini dinyatakan secara tegas dengan pernyataan berbahasa Yunani "ou me pisteuso." Ungkapan ini hendak menyatakan gagasan bahwa Tomas sama sekali tidak akan pernah percaya. Kondisi rohani seperti ini menimbulkan pertanyaan mengapa ia tidak akakn pernah percaya meskipun murid-murid yang lain telah memberikan kesaksian mereka.
Yohanes 11:24 melaporkan tentang kepercayaan Marta tentang kebangkitan orang-orang mati pada akhir zaman. Tentu saja, kepercayaan ini kondisi umum di antara orang-orang Yahudi, kecuali kelompok Saduki. Tomas juga seorang Yahudi dan boleh dikatakan ia memunyai kepercayaan yang sama dengan Marta dan orang Yahudi pada umumnya. Dengan kepercayaan seperti itu, adalah mustahil baginya untuk percaya kalau ada orang yang memberitakan tentang kebangkitan orang pada masa sekarang ini. Jadi, ketidakpercayaannya akan kebangkitan Yesus boleh dikatakan menyatakan iman Yahudinya mengenai kebangkitan orang mati pada akhir zaman dan bukan pada masa sekarang ini. Tomas adalah seorang yang berdiri teguh pada keyakinan Yahudi namun akan mengubah keyakinannya dengan satu syarat. Apakah syaratnya? Jika ia melihat bekas paku dan mencucukkan jari pada bekas paku tersebut, serta mencucukkan tangannya ke lambung Yesus.
Demi mengubah keyakinan Tomas, Yesus menampakkan diri yang kedua kali, serta berkata kepadanya: "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah." (Yohanes 20:27b) Dari perkataan Yesus ini, setiap pembaca dapat menangkap maksud penampakan yang kedua ini. Sangat jelas, Yesus menghendaki Tomas percaya bahwa Ia benar-benar sudah bangkit dari antara orang mati sekarang, bukan nanti pada waktu kebangkitan orang-orang mati pada akhir zaman. Fakta kebangkitan ini bukan isapan jempol dan bukan halusinasi semata. Tetapi, ada satu fakta yang mampu mengubah keyakinan Yudaisme Tomas yang kokoh. Perubahan itu tertera dalam pengakuannya kepada Yesus: "Ya Tuhanku dan Allahku!" (Yohanes 20:28). Apakah seseorang yang telah mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Allahnya masih memunyai kekecewaan atas kematian Yesus? Bukankah pengakuan itu memberi kesan sebaliknya?
Jika para pembaca dapat mengikuti jalan cerita yang disampaikan oleh Rasul Yohanes, kesan bahwa murid-murid berada di danau Tiberias karena mereka kecewa atas kematian Yesus, pasti tidak akan ada lagi. Mereka yang berada di danau Tiberias adalah komunitas orang-orang yang percaya bahwa Yesus sudah bangkit dan mereka adalah saksi mata atas kebangkitan itu. Lalu, mengapa mereka ada di sana? Apakah mereka kembali melakukan pekerjaan mereka yang kurang lebih tiga tahun telah mereka tinggalkan? Biarlah pertanyaan-pertanyaan ini dijawab berdasarkan apa Alkitab sendiri katakan.
Alkitab mencatat perkataan Yesus kepada murid-murid sebelum kematian-Nya. Ia berkata, "Akan tetapi sesudah Aku bangkit, Aku akan mendahului kamu ke Galilea." (Markus 14:28; Matius 26:32) Setelah Ia bangkit, melalui perempuan-perempuan yang melihat kubur Yesus yang kosong disampaikan pesan supaya murid-murid ke Galilea untuk melihat Tuhan (Markus 16:7; Matius 28:10). Mencermati data-data Alkitab di atas, keberadaan murid-murid di danau Tiberias (di daerah Galilea) jauh dari fakta bahwa mereka kecewa karena kematian Yesus dan kembali ke pekerjaan sebagai nelayan, yang mereka telah tinggalkan selama kurang lebih tiga tahun. Mereka adalah komunitas orang-orang yang memercayai kebangkitan Yesus. Mereka berada di danau Tiberias sebagai bentuk ketaatan terhadap perintah Tuhan, yang mendahului mereka dan juga suatu bentuk kerinduan mereka berjumpa dengan-Nya. Pada sisi lain, ketika Tuhan memerintahkan mereka untuk ke Galilea, pastilah Ia memunyai satu maksud atas perintah-Nya tersebut. Apakah maksud-Nya itu?
Rasul Yohanes memberi kesan bahwa murid-murid sudah sekian lama berada di danau itu. Kata yang diterjemahkan "berkumpul" adalah frase Yunani "esan homou", yang berarti "ada bersama". Kata "esan" adalah dalam bentuk "Indikatif Imperfek", yang menyatakan keberadaan mereka di danau itu sudah berlangsung sekian lama, tetapi mereka belum juga melihat Tuhan. Apakah Tuhan yang dapat menampakkan diri meskipun di tempat tertutup dan terkunci itu tidak sanggup menampakkan diri-Nya di tempat terbuka seperti di danau Tiberias ini?
Ketika menanti untuk melihat Tuhan dan mungkin disertai rasa lapar, Petrus berkata hendak menangkap ikan. Inisiatif Petrus ini didukung oleh teman-temannya. Oleh sebab itu, mereka pergi ke danau untuk menangkap ikan. Inti narasi dari drama penampakan itu baru saja dimulai. Semalam-malaman mereka berusaha menangkap ikan, tetapi mereka tidak mendapatkan apa-apa. Menjelang siang ketika mereka akan mendarat, Yesus menampakkan diri-Nya dan berkata kepada mereka, "`Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?` Jawab mereka: `Tidak ada.`" (Yohanes 21:5b) Kemudian Yesus memerintahkan mereka untuk menebarkan jala dan mereka menangkap banyak ikan sehingga tidak dapat menariknya. Peristiwa penangkapan ikan itu membuat murid yang dikasihi Yesus berkata kepada Petrus, "Itu Tuhan." (Yohanes 21:7) Peristiwa penangkapan ikan seakan-akan mengingatkan murid-murid akan sesuatu.
Lukas 5:1-11 menceritakan peristiwa penangkapan ikan yang hampir sama dengan yang dilaporkan Yohanes 21. Jika cerita Lukas dibaca dengan teliti, maksud utamanya tampak di dalam perintah Yesus kepada Simon Petrus dan kawan-kawan. Mereka harus menebarkan jala untuk menangkap ikan. Ia menginginkan mereka menjadi penjala manusia. Ia berkata, "Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia." (Lukas 5:10) Peristiwa penangkapan ikan tersebut dipakai oleh Yesus untuk memanggil mereka menjadi penjala manusia. Penjala manusia bertugas untuk menjadikan orang lain murid Yesus. Ketika peristiwa yang hampir sama terjadi lagi tiga tahun kemudian, murid yang dikasihi Yesus itu teringat pada peristiwa yang terjadi tiga tahun sebelumnya, seperti yang dilaporkan oleh Lukas. Oleh sebab itu, Yohanes kemudian dapat berkata "Itu Tuhan" kepada Simon Petrus.
Rasul Yohanes melalui narasinya seakan-akan hendak mengatakan bahwa jika tiga tahun yang lalu Yesus telah memanggil murid-murid menjadi penjala manusia pada peristiwa penangkapan ikan yang menakjubkan, sekarang pada penampakan di danau Galilea, Ia mengadakan penangkapan yang lebih menakjubkan lagi. Panggilan itu mungkin lebih tepat diingat sebagai pembaruan panggilan; sebagaimana sukses penangkapan ikan itu karena perintah-Nya, demikian pula dengan sukses menjadikan orang lain murid-Nya.
Narasi Yohanes (dan Lukas) di atas tentu saja bukan sekadar melaporkan keajaiban masa lalu yang sudah tidak bermakna lagi bagi gereja masa kini. Sebagaimana gereja memperingati kebangkitan Yesus dengan bukti momentum penampakan yang bernilai tinggi baginya, makna penampakan itu sendiri harus bernilai sama pula bagi gereja. Melalui penampakan-Nya, Yesus menginginkan murid-murid menjalankan tugas pemuridan yang sudah didelegasikan kepada mereka, sebagaimana sudah didelegasikan kepada gereja. Peristiwa Paskah ini harus menjadi momentum penyadaran gereja, yang diingatkan kembali pada amanat pemuridan.
Diambil dari: Judul majalah: Penyuluh, No. 40, Tahun XVI/2007 Judul artikel: Penampakan Yesus dan Tugas Pemuridan Gereja Penulis: Pdt. Stephano Ambesa Penerbit: Badan Pekerja Harian Gereja Bethel Indonesia, Jakarta Halaman: 68 -- 70