Daftar isi |
Orang Druze menganggap diri mereka sebagai "Mowahhidoon" (jamak) atau "Mowahhid" (tunggal) yang berarti monotheis atau percaya pada satu Tuhan. Pada umumnya mereka disebut "orang Druze", diambil dari nama el-Drzi, salah seorang pemimpin agama terkemuka suku Druze di masa lalu. Beberapa sumber menyatakan bahwa orang Druze bukan keturunan suku apa pun sebelum menganut kepercayaan al-Hakim, seorang khalifah muslim. Beberapa teori yang belum terbukti kebenarannya menyebutkan bahwa orang Druze merupakan keturunan orang Persia, sementara teori lain menganggap mereka sebagai keturunan orang Kristen, sejak zaman Perang Salib. Tapi teori yang terakhir ini sepertinya tidak benar karena Perang Salib pertama terjadi pada sekitar delapan puluh tahun setelah lenyapnya al-Hakim. Orang Druze setia kepada negara yang menguasai tanah mereka dan tidak mencoba mendirikan negara mereka sendiri. Mereka bisa ditemukan di Israel, Libanon, dan Siria. Bisa dikatakan mereka adalah para pejuang terbaik karena mereka tidak takut mati.
Saat orang Druze tinggal bersama orang-orang yang berbeda agama, mereka mencoba melebur dengan orang-orang itu untuk melindungi agama mereka dan agar mereka aman. Mereka bisa berdoa sebagai orang Islam atau pun sebagai orang Kristen, tergantung di mana mereka tinggal. Tetapi situasi tersebut sekarang mulai berubah karena tidak terjaminnya keamanan. Orang Druze sekarang lebih terbuka dalam hal-hal yang menyangkut kepercayaan mereka. Mereka sudah sejak lama diberitakan melakukan praktik poligami, tetapi sampai sekarang berita ini tidak terbukti. Mereka pantang minum anggur dan merokok karena adanya larangan yang jelas untuk tidak melakukan sesuatu yang bisa mencemarkan agama mereka. Orang Druze memunyai kepekaan sosial yang tinggi, mereka merasa terikat satu sama lain walaupun mereka tersebar di beberapa negara.
Agama yang dianut orang Druze dimulai pada abad 9 M, yaitu dari sebuah sekte Islam. Agama itu dipopulerkan oleh seorang da`i bernama Darazi dan Hamza bin Ali bin Ahmad, seorang penganut ilmu kebatinan dari Persia. Mereka mengatakan bahwa Tuhan telah menjelma menjadi manusia bernama al-Hakim Bi-amr Allah (985 atau 996 -- 1021 M), seorang khalifah muslim dari Kairo, Mesir. Sekarang mereka percaya bahwa apa yang diajarkan Darazi mulai menyimpang; tulisannya sekarang dianggap menghina Tuhan.
Orang Druze menganggap Al-Qur`an sebagai sesuatu yang suci, namun mereka hanya menganggapnya sebagai kulit luar yang membungkus "makna ajaran yang lebih dalam yang hanya dipahami oleh orang-orang tertentu saja". Kitab agama mereka pada umumnya dikenal dengan nama "Kitab Al Hikma", Buku Kebijaksanaan. Kitab ini adalah kumpulan buku, di mana enam buku pertama adalah buku-buku yang paling sering digunakan. Pada dasarnya mereka menganut paham monoteis, percaya pada satu Tuhan. Mereka mengenal tujuh nabi besar, termasuk di dalamnya, Adam, Abraham, dan Yesus (yang hanya mereka percaya sebagai putra Yusuf). Setiap nabi besar membawahi tujuh nabi yang masing-masing memunyai dua belas murid.
Orang Druze percaya pada perpindahan jiwa/roh. Artinya, saat seseorang mati, jiwanya secara spontan tereinkarnasi (dalam waktu dan ruang) dan kemudian terlahir kembali dalam kehidupan yang lain. Konsep pemikiran mereka mengenai surga dan neraka bersifat spiritual. Mereka percaya bahwa surga adalah kebahagiaan terbesar saat jiwa mereka bertemu dan bersatu dengan Pencipta mereka. Neraka adalah rasa sakit yang disebabkan hilangnya kesempatan bertemu sang Mahabesar yang mulia untuk selama-lamanya.
Orang Druze sudah tinggal di daerah utara Israel sejak abad ke-16 dan mereka bergabung dengan orang Israel sejak terbentuknya negara itu tahun 1948. Selama bertahun-tahun, lebih dari tiga ratus pria dari suku Druze mati untuk membela negara. Namun, orang Druze merasa belum menuai keuntungan dari bangsa yang sudah mereka bela. Israel sudah berupaya memenuhi kebutuhan mereka dengan menghubungkan desa-desa Druze ke jaringan fasilitas, meningkatkan layanan kesehatan, dan mengambil inisiatif untuk meningkatkan pendidikan, terutama bagi para pelajar.
Secara rohani, orang Druze harus bertemu dengan Mker mereka secara pribadi, menentang latihan mental yang hanya dipahami orang-orang tertentu yang diajarkan dalam agama mereka.
Diterjemahkan dari:
Diambil dari