Suatu hari, saya pernah bertanya pada Tuhan "Apakah saya layak untuk
berbicara pada-Nya?" Saat itu memang saya merasa sangat tidak pantas
untuk mendatangi-Nya, berlutut dan berdoa. Sebelum memutuskan
untuk bertanya pada-Nya, tepat 1 jam sebelumnya saya melakukan dosa
"yangsama", seperti yang pernah saya lakukan dulu. Ada perasaan
menyesal,tapi sering kali hanya sebagai bentuk kewajaran karena telah
berbuat dosa dan berikutnya terulang lagi. Ada rasa takut tapi juga
hanya sekejap menghampiri dan berikutnya menghilang ditelan rutinitas
yang memadat. Ada rasa ingin berubah tapi hanya sesaat karena emosi
yang meluap. Kini, rasa tidak layak sering menghantui dan sulit
untuk dilepaskan dari hati ini.
Ketika malam hampir larut, ada kerinduan yang tiba-tiba
menyentuhhatiku. Kerinduan untuk bercerita -- bercerita tentang apa
saja. Tapikepada siapa? Saya mulai melihat ke sekitar dan tak
kutemukanseseorang yang bisa diajak berbagi. Saya merasa sendiri dan
hanya kehampaan yang ditawarkan oleh ruang sekitar. Saat itu pula,
Engkau datang dan mulai mengetuk, sekali, dua kali, tiga kali ...
hingga berkali-kali baru saya tersadar bahwa ada seseorang yang sudah
sekianlama mengetuk pintu hati ini tapi tidak saya sadari. Lagi-lagi
ada rasa yang menghalangi saya untuk membuka hati saya untuk-Nya. Tapi
Iasungguh baik ... terlampau baik. Ia menyadarkan saya bahwa ternyata
Ia sudah lama menantikan ceritaku. Satu kalimat, dua kalimat,meski
tertatih-tatih tapi ternyata waktu telah bergulir lama dan saya belum
selesai bercerita dengan-Nya. Tak ada yang bisa menghalangi saat
-saatku dengan-Nya.
Cerita tentang persahabatan banyak tertulis di buku dan entah
berapa ribu jumlahnya. Tapi cerita kali ini berbeda -- bukan hanya
sekadar persahabatan ... saya tak menyangka, sungguh. Ketika saya
bercerita,Ia berada di dekatku dan lebih dari itu ... Iamemberikanku
penghiburan yang tidak pernah saya dapatkan sebelumnya. Ketika cerita
saya melewati masa-masa "kelam", Ia semakin erat menggenggam tanganku
seolah-olah tak rela saya jatuh ke dalamnya --dan itu memang benar. Ia
tidak rela saya jatuh lebih dalam ke masa kelam itu .... begitu pula
Ia akan menggenggam tangan Anda supaya Anda tetap menjadi milik-Nya
dan tidak jatuh dalam kekelaman. Ternyata,Ia -- Tuhan Yesus yang
begitu mengasihi anak-anak-Nya dan tak rela jika anak-anak-Nya
terjatuh dalam kekelaman. Mari datang kepada-Nya saat ini juga dan
izinkan Yesus tinggal dalam hati Anda, supaya Ia dapat berkarya dalam
hidup Anda.