Mengapa Meninggalkan Aku

Dari In-Christ Wiki, Wiki Kristen Indonesia
Langsung ke: navigasi, cari
Eli, Eli, lama sabakhtani?
Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?
Nats: Mat 27:45-50

"Eli, Eli, lama sabakhtani? Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?"

Firman Allah yang menjadi daging, berfirman pada waktu Ia menderita di atas kayu salib. Jam sembilan pagi, Kristus dipaku di atas kayu salib, dan pada tiga jam berikutnya Ia terpanggang oleh teriknya sinar matahari. Keringat mengalir masuk ke dalam lubang-lubang paku dan luka-luka Yesus Kristus. Keringat-Nya bercampur dengan darah. Kesakitan yang diderita-Nya tidak bisa ditahan oleh orang biasa, tetapi Kristus tetap tenang. Setelah tiga jam berada di bawah teriknya matahari maka terjadilah satu hal yang ajaib, satu tanda yang besar yang dinyatakan dari langit. Satu kegelapan yang besar menudungi daerah itu.

Orang-orang yang mencaci-maki di bawah salib mulai menjadi capai, orang-orang yang melontarkan penghinaan kepada Yesus Kristus mulai menjadi reda, suara-suara sungut dan kutukan dari perampok dan orang-orang yang mencaci-maki mereka sudah menjadi lelah. Keadaan mulai menjadi sunyi, siapakah yang tahan terus menerus memaki orang selama berjam-jam? Mereka yang hanya sekedar menonton apa yang terjadi tidak menjadi heran akan kejadian tersebut. Mereka tidak tahu bahwa apa yang terjadi di Golgota saat itu merupakan satu peristiwa yang mempunyai makna sepanjang zaman. Orang-orang itu pulang setelah melihat bahwa tidak ada lagi hal-hal yang merangsang rasa ingin tahu mereka. Beratus-ratus bahkan beribu-ribu orang sudah turun dari Golgota. Mereka mulai pulang, lebih-lebih lagi karena kegelapan yang menudungi seluruh daerah itu. Kini terjadilah kesepian dan sunyi yang luar biasa di Golgota.

Di atas kayu salib itulah, tanda ajaib yang diminta oleh orang Yahudi diberikan kepada mereka. Tanda ajaib itu bukanlah tanda yang menggirangkan, menggairahkan, memuaskan, memberikan pengharapan baru kepada mereka melainkan satu tanda ajaib yang mengagetkan mereka. Kegelapan yang begitu besar telah menudungi seluruh daerah sehingga orang tidak bisa menerobos ataupun mengusir kegelapan itu dari atas kepala mereka. Jikalau Yesus adalah orang biasa, maka waktu Dia dipaku sebagai seorang berdosa bahkan dipersamakan dengan perampok, bukan saja manusia akan senang karena keadilan Allah dinyatakan bahkan langit akan senang bukan? Tetapi kali ini terbalik. Matahari menjadi malu dan tidak berani melihat ini, seluruh angkasa menyatakan keajaiban. Alam semesta yang dicipta oleh Allah, mendadak memberikan satu penyataan bahwa mereka tidak setuju akan hal yang amat tidak berperikemanusiaan yang terjadi di tanah yang menjadi pusat agama pada waktu itu.

Kegelapan yang terjadi pada waktu penyaliban bukanlah kegelapan biasa, bukan pula awan tebal, juga bukan gerhana matahari karena gerhana matahari tidak mengakibatkan kegelapan sampai tiga jam lamanya, lagipula hari Paskah orang Yahudi adalah persis pada waktu bulan purnama, dan gerhana matahari tidak terjadi pada waktu bulan purnama. Jadi kegelapan tersebut adalah kegelapan yang luar biasa. Itu terjadi mulai jam dua belas siang, waktu matahari bersinar paling terik dan paling besar sinarnya. Waktu matahari bersinar paling terang, waktu itu juga terjadi kegelapan paling gelap. Kuasa Allah luar biasa. Anak dari Allah yang mengadakan terang dari sejak dunia diciptakan, mengalami kegelapan yang terbesar. Beberapa hal yang perlu kita perhatikan tentang Kristus: - Pada waktu Kristus dilahirkan, ada gembala-gembala yang melihat cahaya yang besar di tengah malam yang gelap. - Yesus Kristus pernah menyatakan terang yang jauh lebih besar dari cahaya matahari pada waktu Paulus ada di tengah perjalanan menuju Damsyik untuk menganiaya orang Kristen.

Bukankah Kristus dapat kita ibaratkan sebagai matahari kebenaran, kekekalan, keadilan dan mempunyai terang yang lebih besar dari matahari yang kita kenal dalam alam semesta? Tetapi janganlah kita lupakan bahwa ketika Kristus menanggung dosa Anda dan saya, Ia mengalami kegelapan yang paling gelap dan kegelapan itu terjadi pada jam dua belas, waktu seharusnya matahari bersinar paling terik. Inilah satu paradoks yang tidak habis-habisnya kita pikirkan seumur hidup. Kristus adalah Tuhan Pemberi hidup, tetapi Dia menerima kematian dipaku di atas kayu salib. Kristus adalah Pelepas bagi seluruh umat manusia, tetapi Dia diikat dan terbelenggu di atas kayu salib. Dia adalah Pemberi berkat bagi seluruh zaman dan semua bangsa tetapi Dii sendiri menerima kutukan dan ejekan di atas kayu salib. Dia adalah terang, tetapi Dia menerima kegelapan yang paling besar di kayu salib. Sesudah tiga jam kegelapan itu terjadi, barulah orang-orang menyadari bahwa matahari tidak bersinar (Luk 23:44-45). Orang-orang yang memaku dan menjatuhkan hukuman dengan semena-mena menjadi takut dan gentar. Pilatus tidak bisa menjelaskan mengapa matahari tidak bersinar. Pemimpin-pemimpin agama dan orang-orang Yahudi menjadi terkejut dan terdiam. Tidak ada suara di Golgota. Di tengah-tengah kegelapan mereka menjadi sunyi.

Setelah tiga jam lewat, Kristus mengucapkan kalimat keempat di atas salib. Apakah setelah disalibkan selama enam jam, manusia masih mempunyai kekuatan yang besar? Apakah setelah mengalirkan darah begitu banyak manusia masih bisa meneriakkan suara yang keras? Tidak mungkin. Ini satu hal yang tidak logis. Sesudah enam jam mengalirkan darah terus menerus, menurut ilmu kedokteran orang tersebut pasti menjadi lemah sekali dan tidak memiliki kekuatan apapun untuk mengucapkan sesuatu. Jika kita terluka dan luka itu terus mengalirkan darah tanpa henti, bukankah satu dua menit kemudian hati kita sudah menjadi gelisah? Bagaimanakah jika itu terjadi selama enam jam?

Tetapi dalam keadaan demikian, Yesus Kristus berteriak dengan suara yang keras. Suara yang timbul dari satu kekuatan yang bukan ditimbulkan oleh manusia biasa yang hendak mati, tetapi kekuatan yang membuktikan bahwa Kristus tidak lemah. Kristus berteriak: "Eli, Eli, lama sabakhtani!" artinya "Allah-Ku, Allah-Ku, apakah sebabnya Engkau meninggalkan Aku?"

Suara itu bukan saja menggentarkan hati manusia yang ada di bukit Golgota tapi suara yang begitu keras menggema di awan-awan dan seluruh alam semesta. Perkataan Kristus ini adalah yang paling sulit dimengerti. Martin Luther pernah memikirkan ayat ini selama berjam-jam dan akhirnya dia berdiri sambil memukul dadanya dan berkata: "Siapakah dapat mengerti bahwa Allah meninggalkan Allah?" Allah-Nya Allah, hanya ditulis dalam Ibrani 1:8-9. Kristus adalah Allah Anak, Oknum Kedua Tritunggal yang diutus oleh Allah Bapa, Oknum Pertama Tritunggal. Allah Oknum Kedua adalah Allah yang mencintai kebenaran, mencintai keadilan dan membenci segala dosa dan kefasikan. Allah Oknum Pertama mengurapi Dia dengan minyak sorgawi, minyak sukacita. Tapi kini di atas salib, Allah-Nya Allah mengurapi Allah dengan tudungan kegelapan yang agung. Kini Allah berteriak: "Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?"

Apakah di antara Oknum Tritunggal ada kehendak yang saling berlawanan? Apakah kehendak Allah Bapa berbeda dengan kehendak Allah Anak? Tidak. Di dalam waktu, masa Kristus menjadi manusia yang bersalut dengan daging dan darah, Dia mempunyai kebebasan untuk tidak taat kepada Allah, tetapi di dalam kemungkinan ini, Kristus tetap rela dan taat menyerahkan kehendak-Nya kepada kehendak Bapa. Apakah anti dari doa Yesus di Getsemani? Apakah Yesus takut mati? Tidak. Jika Yesus takut mati, Ia tidak akan berinkarnasi datang ke dalam dunia. Dia sengaja datang ke dalam dunia justru khusus untuk mati. Di dalam menyelamatkan manusia, perlu tiba satu saat yang paling sulit bagi Yesus Kristus, saat itu ialah di waktu Dia berteriak: "Allah-Ku, Allah-Ku, apakah sebabnya Engkau meninggalkan Aku?"

Di Golgota, malaikat-malaikat tidak kelihatan, suara Allah tidak terdengar, kegelapan merajalela. Di dalam kehidupan kita mengikut Kristus, kadang-kadang Allah mengizinkan satu kegelapan yang besar di mana saat itu seolah-olah kita tidak bisa tahan. Kita mungkin berteriak: "Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?" dan kita dapat sedikit mengerti akan perkataan Yesus. Tetapi tidak mungkin ada satu orang pun yang akan menyelami bahkan sampai kekekalan pun tidak mungkin pernah ada orang yang boleh mengerti tuntas akan perkataan Kristus yang keempat ini. Apakah sebabnya? Karena yang mengatakan kalimat ini bukanlah manusia yang berdosa. Jika Allah meninggalkan kita, maka hal itu memang disebabkan karena kita orang berdosa. Tetapi mengapa Kristus ditinggalkan Allah padahal Dia tidak pernah berdosa?

Apakah sebabnya Yesus Kristus tidak berteriak: "Yudas, Yudas, mengapa engkau menjual Aku?" Mengapakah Yesus tidak berteriak: "Petrus, Petrus, mengapa engkau tiga kali menyangkal Aku?" Mengapa Tuhan tidak berteriak: "Murid-murid-Ku, mengapa engkau meninggalkan Aku?" Mengapa Dia tidak berteriak: "Aku ini bukan orang berdosa, mengapa engkau memaku Aku?" Mengapa Tuhan tidak berkata: "Pilatus, Pilatus, apakah sebabnya engkau menjatuhkan hukuman kepada-Ku?" Tuhan tidak memanggil nama Yudas, Petrus, Pilatus ataupun murid-murid-Nya yang lain, tetapi Tuhan tetap mengingat bahwa satu relasi yang penting bukanlah relasi yang bersifat horizontal. Relasi yang penting bagi Tuhan Yesus bukanlah soal manusia yang bisa menjual Dia. Kristus dipaku di atas kayu salib bukanlah karena kesuksesan Yudas yang bisa menjual Dia. Yesus disalib bukan karena Pilatus yang berkuasa menjatuhkan hukuman kepada-Nya, tetapi Yesus Kristus disalib karena satu sebab yaitu karena Allah sudah menetapkan untuk meremukkan Dia sebagai korban penebus dosa kita (Yesaya 53:10).

Kira-kira seribu tahun sebelum Yesus disalibkan, Daud menuliskan mazmur nomor 22 dan di dalamnya sudah ada perkataan: "Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?" Apakah teriakan Tuhan ini dihafal-Nya dari Mzm 22:2? Jikalau Kristus harus menghafal ayat untuk mengisi kekosongan waktu dan berteriak-teriak, maka hal itu tidak mempunyai arti apa-apa. Memang perkataan Daud sama kalimatnya, sama artinya, sama hurufnya dan pernah diucapkan Daud. Apakah Kristus mengutip Daud atau sebaliknya, Daud digerakkan oleh Roh Kristus untuk menuliskan perkataan ini? Bukan Kristus yang mengutip Daud, tetapi Daud digerakkan oleh Kristus untuk menuliskan penderitaan dan sengsara yang belum pernah diketahui sebelumnya dan akan dialami oleh Kristus.

Roh Kristus adalah Roh yang kekal yang sudah bekerja sebelum Dia inkarnasi, untuk menggerakkan nabi-nabi sebelum Dia melihat dengan jelas melalui kuasa Roh Kudus. Nabi-nabi sebelum Kristus melihat dan menubuatkan tentang Kristus. Itulah sebabnya dalam Perjanjian Lama kita melihat nubuat bahwa Kristus akan dijual dengan tiga puluh keping perak (Za 11:12), dilahirkan di Betlehem (Mi 5:1), mati di tengah-tengah orang berdosa, dikuburkan di dalam kuburan orang kaya (terjemahan BIS, TL, dan FAYH dari Yes 53:9). Semua yang dituliskan dalam Perjanjian Lama harus digenapkan hanya oleh Kristus satu orang, khususnya nubuat-nubuat mengenai Mesias. Ini tidak lain karena Roh Kudus sudah bekerja sebelumnya menginspirasikan firman Tuhan kepada manusia.

Kini kita akan kembali merenungkan kejadian di Golgota. Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Ini merupakan satu keadaan jiwa yang kelu. Kalimat ini membuktikan bahwa Kristus sudah turun ke dalam tempat yang paling dalam, menerima hukuman yang paling kejam. Hukuman neraka harus timpa kepada Anak Allah yang tidak berdosa. Kristus pernah menerima siksaan dan pernah menerima hukuman neraka menanggung dosa kita sampai mengatakan perkataan keempat di kayu salib. Itu seruan dari neraka, itu seruan yang keluar dari hukuman keadilan yang diterima karena kejahatan.

Kita mengetahui bahwa Kristus mencintai kita sampai akhir. Di dalam kalimat keempat di kayu salib kita mengetahui cinta Kristus pada kita itu tuntas, sebab Dia sudah mengalami satu pengadilan Ilahi dan satu kekejaman hukuman neraka yang seharusnya Anda dan saya terima. Di sini buktinya cinta Tuhan Yesus pada kita. Keadilan dan kemarahan Allah berlaku tanpa kompromi. Siapakah saya? Siapakah Anda? Jangan kira para majelis, pendeta, penginjil atau setiap kita yang beroleh jabatan dalam pelayanan dapat memperoleh dispensasi dari pada Allah. Saya melihat banyak pendeta-pendeta tidak berani menegur kesalahan orang lain, karena orang itu memberikan banyak uang. Tetapi di hadapan Allah, tidak ada kecuali. Keadilan dan kemarahan Allah yang tidak berkompromi dinyatakan pada waktu Anak-Nya yang Tunggal mengucapkan perkataan yang keempat di kayu salib. Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?

Allah meninggalkan Kristus. Kalimat yang paling tuntas, sulit dan kejam ini, justru menjadi titik akhir dari perjuangan yang keras. Dan mulai dari situlah titik akhir berhentinya segala peperangan. Jikalau Kristus tidak pernah ke situ, maka itu menjadi tempat bagi Anda dan saya. Jikalau Kristus belum pernah ke tempat itu maka kutukan harus diterima Anda dan saya. Jika Kristus tidak pernah ke situ, maka hukuman yang tuntas harus diterima Anda dan saya. Puji Tuhan!

Barangsiapa yang pernah mengerti perkataan Kristus ini dan mematuhi Kristus, tidak akan dibuang oleh Bapa sampai selamanya. Puji Tuhan! Semua ini mungkin terjadi karena Kristus pernah menderita bagi Anda dan saya. Roh-roh, jiwa jiwa yang ditebus oleh Tuhan kiranya bersyukur kepada Dia dan berkata kepadaNya: "Ya Tuhan, aku mengerti kalimat ini. Aku mengerti Golgota. Di dalam keadaan yang paling sulit, Kristus sudah menjalani dengan taat. Dan melalui Dia aku bisa memperbaharui hubungan dengan Tuhan Allah. Aku bersyukur."

Diringkas dari:

   Nama buku: Tujuh Perkataan Salib
   Penulis: Pdt. Dr. Stephen Tong
   Penerbit: Lembaga Reformed Injili Indonesia, Jakata 1995
   Halaman: 69-85

Baca pula:

Peralatan pribadi