Bagi penyanyi dalam sebuah kelompok, musik memberikan suatu komunikasi yang intim dan emosional antara pemimpin dan anggota kelompok secara individu dan antara anggota itu sendiri yang terjadi bahkan ketika hubungan antarpribadi terbatas atau/dan pecah. Musik dapat mempersatukan suatu kelompok yang beraneka ragam menjadi suatu unit yang fungsional. Fungsi musik sebagai ungkapan perhatian dapat dilihat dalam hal musik dialami sebagai suatu pemberian dari orang-orang yang kelihatannya tidak memilki apa-apa.
1. Musik sebagai Terapi dan Ungkapan Perhatian
Penggunaan musik sebagai ungkapan perhatian dan suatu terapi tambahan bagi konseling pastoral melibatkan integrasi dari beberapa disiplin sejarah: pendidikan musik, pelayanan musik, dan terapi musik. Terapi musik merupakan yang paling muda dari ketiga bidang ini dan yang langsung berhubungan dengan aplikasi klinis musik.
Kata terapi dalam konteks ini berarti lebih daripada sekadar 'penyembuhan suatu penyakit'. Tetapi, dalam zaman stres, penuh keraguan, penuh perpecahan, putus asa, dan kekalahan ini, musik dapat disebut sebagai terapi yang menstimulasi, memulihkan, menghidupkan, mempersatukan, membuat seseorang peka, menjadi saluran dan memerdekakan. Terapi musik memiliki suatu kapasitas yang unik dan mapan sehingga memungkinkan terjadinya perubahan hidup.
Musik merupakan bagian dari musik temporal, yaitu bahwa musik hadir dalam tari dan drama. Musik mengandung kumpulan yang sistematis dan teratur dari berbagai komponen suara -- irama, melodi, dan keselarasan -- untuk dapat dilihat den dinikmati. Musik, seperti bentuk seni lainnya, merupakan ekspresi yang penuh gaya. Musik melibatkan pengelolaan serta keterampilan dari materi artistik sehingga dapat menyajikan atau mengkomunikasikan suatu hal tertentu, gagasan, atau keadaan perasaan.
Musik dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang: sejarah, teori, filsafat, estetika, atau fungsional. Musik, yang fungsi utamanya lebih bersifat sociologi atau psikologis daripada estetika murni, adalah musik fungsional. Dengan perkataan lain, kapan pun musik digunakan dengan tujuan utama lebih menitikberatkan pada musik nya, maka musik telah digunakan secara fungsional. Penggunaan musik secara estetika, di pihak lain, merupakan "musik demi musik belaka" atau "musik demi kepuasan artistik". Sebenarnya kebanyakan musik berfungsi sebagai kedua hal tersebut pada batas tertentu sehingga suatu klasifikasi yang eksak kadang-kadang sulit diperoleh.
Suatu pembedaan seharusnya dibuat antara penggunaan musik secara terapis dalam suatu cara yang informal dan tanpa bentuk dan penggunaan terapi musik sebagai suatu dimensi khusus dari suatu cara terapi yang terintegrasi. Mula-mula pengalaman musikal dapat dipilih sendiri oleh pasien atau diusuikan oleh terapis, dan mungkin dapat memasukkan aktivitas-aktivitas seperti peran serta dalam paduan suara gereja atau koor umum, menghadiri pagelaran konser, ikut pelajaran musik, dan lain-lain, mengingat terapi musik formal sering menggunakan irama sederhana den instrumen perkusi yang dapat dimainkan oleh hampir setiap orang.
Dalam sebuah klinik, seseorang dapat juga memperoleh pengalaman musikal dengan "nilai terapetis" yang tidak akan merupakan terapi musik formal. Misalnya, mereka dapat berpartisipasi dalam nyanyi bersama dalam acara rekreasi, mendengarkan rekaman musik yang inspirational, atau menyanyikan lagu pujian di sisi tempat tidur pasien.
Di pihak lain, terapi musik, sebagai disiplin saintifik, menyangkut pemanfaatan secara hati-hati dan intensional dari semua dinamika yang dalam dan potensial yang berhubungan dengan pengalaman musikal, termasuk memilih, memasang, dan memainkan musik itu sendiri, selain hubungan dengan interaksi antara terapis dan pasien.
Dalam arti yang lebih formal, terapi musik dapat dijabarkan sebagai suatu aktivitas kelompok secara umum dari lingkungan pergaulan terapetik dalam bentuk kelompok nyanyi, koor atau ensambel musik, dan kelas apresiasi musik atau secara perorangan dapat ditujukan kepada pasien tertentu berdasarkan kebutuhan terapi mereka yang unik dan kecakapan dalam bentuk vokal atau latihan instrumen dan teori musik dan pelajaran komposisi.
Pilihan materi musik, medium musik, tingkat kompeksitas, dan sasaran terapetik merupakan suatu keputusan dan kerja sama terapis, terapis musik, dan pasien. Seperti dalam semua cara terapi, terapi musik menyangkut penilaian terhadap pasien, aktivitas yang akan dilakukan (termasuk sasaran), pengalaman terapetik, dan evaluasi.
Kadang-kadang terapi musik dapat digabungkan secara efektif dengan aktivitas seni lain yang kreatif, misalnya, menari, psikodrama, puisi dan tulisan kreatif, melukis dan membuat patung dan bermacam bentuk terapi pertukangan (kerajinan tangan, perkayuan, dan hortikultura). Selanjutnya, setiap terapi tambahan dapat menjadi kapasitas yang unik untuk menstimulasi. dan mengaktualisasikan potensi kreatif yang dimiliki individu. Secara psikologis, semua bentuk eskpresi artistik memiliki kapasitas untuk memberi kepuasan kebutuhan akan ego dasar dari individu terutama, untuk merasa memiliki, mencapai, mengungguli, memuja, memimpikan, mengasihi dan dikasihi, dan mengembangkan suatu citra diri yang positif.
Tetapi musik menempati posisinya yang kuat di antara terapi-terapi seni kreatif karena beberapa alasan. Pertama, musik secara tradisional dan secara benar disebut sebagai "bahasa universal". Setiap kultur memiliki tradisi musikal yang mencakup seluruh bidang kehidupan agama, sosial, estetika, dan komersial. Kedua, musik merupakan seni yang serba guna dan dapat diperoleh. Hampir setiap orang dapat terlibat dalam aktivitas musik dengan kadar kemampuan yang sama. Akhirnya yang ketiga, musik terutama musik vokal dengan gabungan musik dan puisi, mampu mengekspresikan dan membangkitkan seluruh tangga nada emosi, nilai-nilai, aspirasi, serta pengalaman manusia.
2. Musik sebagai Terapi Tingkah Laku
Terapi musik lebih daripada sekadar penghiburan, lebih daripada sekadar pengalaman yang mendidik atau suatu aktivitas sosial, walaupun pada batas tertentu, berfungsi sebagai penghiburan, bersifat mendidik, dan maksud-maksud sosial. Secara tehnis, terapi musik telah didefinisikan sebagai "suatu sistem yang telah dikembangkan secara maksimal untuk menstimulasi dan mengarahkan tingkah laku untuk mencapai sasaran terapi yang benar-benar jelas. Salah satu penyajian yang terbaik dan paling singkat dari kerangka konseptual ini adalah yang diberikan oleh William Sears dalam makalahnya yang berjudul Proces in Music Therapy:
a. Musik memberikan pengalaman di dalam struktur.
Sasarannya ialah untuk memperpanjang komitmen kepada aktivitas, untuk membuat aneka ragam komitmen, dan mestimulasi kesadaran akan manfaat yang diperoleh. Dengan cara yang tidak memaksa, musik menuntut tingkah laku yang sesuai dengan urutan waktu, realitas yang teratur, kecakapan yang teratur, dan pengaruh yang teratur. Musik menimbulkan gagasan dan asosiasi ekstra musikal.
b. Musik memberikan pengalaman dalam mengorganisasi diri.
Pengalaman mempengaruhi sikap, perhatian, nilai-nilai, dan pengertian seseorang. Sasaran harus memberikan kepuasan sehingga seseorang akan berusaha untuk memperoleh lebih banyak pengalaman serupa yang aman, baik, dan nikmat. Musik menyediakan kesempatan untuk ekspresi diri dan untuk memperoleh kecakapan baru yang memperkaya citra diri (terutama bagi yang memiliki handikap).
c. Musik memberikan pengalaman dalam, hubungan antarpribadi.
Musik merupakan kesempatan untuk pertemuan kelompok di mana individu telah mengesampingkan kepentingannya demi kepentingan kelompok. Sasarannya ialah untuk memperbanyak jumlah anggota dalam kelompok, menambah jangkauan, dan variasi interaksi, dan menyediakan pengalaman yang akan memudahkan melakukan adaptasi terhadap kehidupan di luar lembaga. Pengalaman kelompok memungkinkan seseorang berbagi rasa secara intens dalam cara-cara yang secara sosial dapat diterima, musik memberkan penghiburan dan rekreasi, yang diperlukan bagi lingkungan terapi secara umum. Bantuan pengalaman. dalam pengembangan kecakapan sosial secara realitisk dan pola tingkah laku pribadi yang dapat diterima secara lembaga dan kelompok sebaya dalam masyarakat.
Yang jelas, terapi musik profesional kebanyakan dipraktekkan secara efektif oleh seseorang yang telah dilatih secara khusus dalam disiplin ini. Seorang terapis musik yang sudah memiliki izin praktek, memiliki orientasi yang, seimbang dalam berbagai bidang dan pendidikan musik, kemanusiaan, dan ilmu yang berkaitan dengan tingkah laku manusia, selain keahlian terapi musik secara kedokteran dalam sebuah pusat,latihan klinis yang baik. Pemanfaatan seni kreatif dalam. cara yang inovatif memberikan suatu tantangan baru dan iringan kepada para pendeta, pemusik, dan bermacam-macam terapis kepada tiga kelompok di atas tantangannya sama, yaitu untuk lebih memperhatikan kehidupan pribadi seorang pasien dan secara psikologis lebih menyadari akan peran profesional yang lebih kaya, kebutuhan kompleks dari orang-orang yang dilayani mereka, dan kedalaman dimensi dari semua media artistik (terutama musik, tari dan drama).
Perkembangan-perkembangan mutakhir ini juga menyiratkan bahwa struktur dari pelayanan melalui lembaga perlu diperluas dan diperkaya. Ada suatu kebutuhan untuk melaksanakannya dalam suatu lembaga serupa dengan "konsep pelayanan berganda" yang ada dalam gereja setempat. Observasi religius dan proses penciptaan musik selalu berhubungan erat. Kualitas dari karya yang objektif, rasional, dan konseptual selalu dipersulit dan diintensifkan oleh kualitas musik dan tari yang subjektif, yang secara relatif tidak rasional, dan emosional.
Dalam latar belakang lembaga, baik kaum profesional religius (pendeta, konselor) dan kaum profesional musik (pelayanan musik, terapis musik) belajar untuk memandang dan melakukan tugas terhormat. mereka sebagai bagian yang unik tetapi pokok dari suatu perawatan seutuhnya. Pendekatan multi disiplin dan seutuhnya akan menjadi tanda dari perawatan institusional yang terbaik. Terlebih dari itu, konsep-konsep inovatif ini sudah diterapkan dalam rrang lingkup jemaat setempat dengan basil yang positif. (RAS)
Sumber: J.N. Sims, "Music as a Mode of Care", dalam Dictionary of Pastoral Care and Counseling, ed. Rodney J. Hunter, (Nashville, Abington Rress. 1990).
Comments
Musik yang Sangat Berguna
Wed, 07/11/2007 - 14:58 — ari_thokSadar gak sadar, musik memang sangat berguna kok, buat saya musik berguna
- menghilangkan kantuk
- mengurangi ketegangan dan stress
- mengisi kejenuhan dan kesepian
- menjadi inspirasi (biasanya yang pakai lirik yang sentimentil)
- memicu semangat saat loyo