REKONSTRUKSI KONSEP KESELAMATAN DALAM KEKRISTENAN, PERLUKAH?

ferian's picture

Dosa, anda tahu definisinya? Dosa dalam bahasa Yunani (dan sering kali dipakai dalam PB) adalah hamartia yang arti dasarnya berarti "meleset dari sasaran." Ini berbicara tentang kondisi manusia yang tidak sesuai dengan standart dan keinginan Allah yang dimulai dari kejatuhan Adam dan Hawa. Dalam pengertian praktis, dosa adalah "segala sesuatu yg tidak sesuai dengan keinginan/rencana/tujuan Allah."

Keselamatan di dalam kekristenan adalah diangkatnya seseorang menjadi anak Allah dan dijadikan anggota Kerajaan Allah ketika dia menerima karya penebusan Yesus di dalam kehidupannya. Orang tersebut disucikan, dibenarkan, diadopsi, dimateraikan oleh Roh Kudus dan diganjar hidup yang kekal. Setiap orang Kristen menerima jaminan demikian.

Pengajaran diatas tentu tidak asing bagi kita. Setiap gereja (yang Alkitabiah) pasti mengajarkan demikian. Tapi tahukah saudara, konsep yang demikian itu ternyata tidak setia dengan apa yang Alkitab ajarkan? Kenapa tidak setia? Kita akan melihat jawabannya dari uraian dibawah ini. Ketika kita bicara keselamatan, selain bahwa itu adalah anugerah, apa yang kita pikirkan? Yang selalu diajarkan kepada kita selama ini adalah apa yang disebut "the advantages of salvation" atau "berkat-berkat keselamatan." Doktrin keselamatan kita selalu berputar disekitar indahnya berkat keselamatan. Bahkan sedihnya, hal tersebut bukan cuma diajarkan saat seseorang baru bertobat, tapi juga seumur hidupnya. Orang Kristen selama hidupnya diajarkan indahnya keselamatan dalam Yesus dengan segala berkatnya. Wow.!

Apa yang salah dengan konsep demikian? Kesalahannya adalah, konsep demikian tidak menyajikan pengajaran Alkitab secara komprehensif.

Ada bagian Alkitab yang diabaikan bahkan ditolak. Dan ini merupakan ketidaksetiaan pada Alkitab yang membahayakan kekristenan itu sendiri. Akibatnya, Alkitab terdistorsi menjadi sebuah alat yang hanya menyenangkan hati manusia belaka, bukan menyenangkan Tuhan. Keselamatan hanya dipandang membawa hak, dan tidak pernah diajarkan sebagai datangnya kewajiban kepada si penerima keselamatan itu. Doktrin keselamatan dipisahkan dengan tanggung jawab orang percaya. Akibatnya? Jangan heran, orang Kristen jadi orang yang paling manja di dunia ini (coba bandingkan dengan ketaatan orang Islam atau keramahan orang Buddha atau kesetiaan orang Hindu). Kita menjadi orang-orang yang menjadikan anugerah keselamatan dari Yesus-demikian Dietrich Bonhoeffer, menjadi anugerah murahan karena tidak mengerti harga yang harus dibayar seorang Kristen, seorang murid. Kata kesukaannya adalah berkat. Hidup senang dianggap berkat Tuhan, dan hidup dengan masalah dianggap dosa, hidup kaya dianggap berkat, hidup miskin dituduh dosa, pendeta kaya dianggap hebat dan dipuji-puji, pendeta miskin dinggap hina dan dituduh kurang benar hidupnya (Apakah ini terdengar akrab di telinga kita saat-saat ini?). Sesungguhnya, kitalah yang bertanggung jawab atas berkembangnya teologia sukses dengan segala kesesatannya. Dan kita sebenarnya tidak perlu heran kalo makin lama jualan teologia sukses tersebut makin laku! Itu merupakan konsekuensi logis dari kesalahan pengajaran kita. Keselamatan yang hanya menekankan berkat, tidak mungkin tidak akan membuat orang mengagung-agungkan berkat dan memusatkan pikirannya hanya pada berkat dan mendapat berkat.

Thesis saya adalah, Alkitab dalam mengajarkan keselamatan juga berbicara tentang tanggung jawab penerima keselamatan itu (bukan hanya berkatnya saja!). Ef. 2:8-10 berkata kita diselamatkan karena anugerah, oleh iman, untuk melakukan pekerjaan baik. Yoh. 15:16 berkata kita dipilih dan ditetapkan untuk menghasilkan buah. Fil. 1:21-22 berkata hidup untuk Kristus yang berarti memberi buah. 1 Pet. 2:9 berkata kita punya hak istimewa sebagai umat Allah untuk memberitakan perbuatanNya. Kis. 1: 8 berkata kita akan menerima kuasa Roh Kudus untuk menjadi saksi (martures-kata yang dekat dengan martir bukan?) dan bukan untuk sekedar menjadi orang yang baik-baik saja yang diam dengan nyaman dengan segala berkat yang dia miliki di bumi. Intinya doktrin keselamatan Alkitabiah itu mencakup responsibility dan bukan hanya advantage. Ketika kita diselamatkan, kita diangkat menjadi anak Allah, bahkan dijadikan duta-duta Kerajaan Allah. Untuk apa semua itu? Untuk mengumpulkan kekayaan pribadi? Untuk memenuhi semua keinginan kita? Untuk kita hidup dalam berkat-berkat melimpah sehingga kita gak akan pernah sakit, gak pernah menderita, gak pernah operasi, gak pernah miskin (pernah dengar ajaran seperti ini?) Adakah Yesus mengajarkan yang demikian ketika Dia mendidik para murid-Nya tiga setengah tahun saat Dia melayani di bumi? Adakah para rasul menggembar-gemborkan ajaran bahwa mereka gak pernah miskin, gak pernah sakit, gak pernah menderita di bumi ini?

Sedihnya lagi, akibat pengajaran yang hanya menekankan berkat dari keselamatan, orang Kristen jatuh kedalam 2 ekstrim penerima berkat tersebut:

1. Penerima berkat masa kini. Bagi mereka, ikut Yesus berarti sukses, diberkati dan tidak ada masalah. Sekarang dan disini menjadi kata kunci. Ikut Yesus harus menyenangkan dan membuat kaya. Semua berkat itu harus ada sekarang! Oleh karena itu klaim-klaiman janji Tuhan diajarkan. Iman yang "memaksa" Tuhan menjadi standar iman. Daripada mengajarkan "kita harus melakukan apa saja untuk Tuhan," yang diajarkan justru "Tuhan akan melakukan apa saja untuk kita." Slogan yang disukai adalah "Tuhan menghendaki kita kaya, bahagia dan sukses di dunia ini." Filosofi hidupnya adalah "Karena saya beriman, Tuhan wajib memberkati saya." Kalo tidak diberkati, mereka akan protes kepada Tuhan dan tidak heran jika akibatnya banyak yang mundur. Kelompok ini, melihat Yesus sebagai Santa Clauss-atau bahkan Jin Aladin.

2. Penerima berkat masa yang akan datang. Bagi mereka, dunia ini harus dijauhi sejauh-jauhnya. Nanti dan disana menjadi kata kesukaan. Mereka selalu mengarahkan "matanya" kesana; ke dunia "disana." Mereka hidup disini, tapi hati mereka disana (benarkah?). Hal seperti ini memang baik dan kelihatan Alkitabiah. Namun sayangnya, terlalu menekankan hidup "disana" membuat kehidupan Kristen menjadi tidak lengkap. Kebanyakan orang-orang dari kelompok ini tidak sadar kalo mereka masih hidup disini. Keterlibatan terhadapa dunia dianggap sebagai dosa. Mengasingkan diri dan mengabaikan permasalah di lingkungannya menjadi standar kerohanian. Kekudusan dianggap sebagai mengasingkan diri dari dunia dan pergi sejauh-jauhnya dari dunia. Menghabiskan waktu digereja atau berdoa dirumah dianggap satu-satunya standar kerohanian. Oleh karena itu, mereka tidak pernah `bergaul dengan dunia.' Dalam kondisi paling ekstrim, kelompok ini akan membentuk "kelompok orang suci" yang tidak akan pernah bergaul dengan orang di luar kelompoknya. Padahal Yesus sendiri, panutan dan Tuhan kita justru melibatkan diri terhadap dunia. Ketika Dia berinkarnasi, Dia datang ke dunia. Jadi seharusnya, karena masih hidup "disini," mereka harus berfungsi "disini," menjadi garam "disini" sebelum mereka akhirnya menerima berkat "disana." Karena memang itu sebenarnya tujuan Tuhan menempatkan mereka "disini" sebelum menjemput mereka untuk pergi "kesana."

Nah, kembali ke hal dosa, segala yang meleset dari kehendak Allah adalah dosa. Dengan demikian, doktrin keselamatan yang mengajarkan keselamatan hanya berbicara berkat adalah dosa. Allah tidak merencanakan orang Kristen diselamatkan untuk hidupnya bergelimang berkat-berkat semata. Pengajaran Kristen tentang keselamatan harus berbicara tentang berkat dan tanggung jawab. Kita diselamatkan, selain untuk menerima berkat keselamatan, juga diwajibkan membagi keselamatan itu dengan segala harga yang harus dibayar. Pemisahan hal tersebut hanya akan menimbulkan kesalahan konsep yang pada gilirannya menyesatkan umat. Kekuatan gereja adalah ketika kita setia kepada Firman Tuhan. Keselamatan adalah berkat dan tanggung jawab! Dan Gereja harus kembali kepada Alkitab! Pengajaran-pengajaran sesat dan mengurangi pesan Alkitab yang sesungguhnya harus dibongkar dan ditinggalkan jika Gereja ingin berkenan dihadapan Tuhan.

 

Kategori: Misi