Suku Badui terutama suku badui dalam, secara turun temurun melarang anak-anak mereka untuk sekolah. Menurut suku badui jika anak-anak mereka sekolah dan menjadi pintar, maka merekapun akan tumbuh menjadi orang yang pintar membodohi orang lain. Tentu saja pendapat orang badui ini keliru, karena pendidikan sangat penting untuk bekal masa depan seseorang. Tanpa pendidikan seseorang justru akan sulit untuk mencari masa depan dan menata hidup yang lebih baik.
Namun di masa kini, bahwasanya orang pintar malah pintar membodohi orang memang benar terjadi (meskipun tidak semua orang pintar demikian lho.. J). Parahnya lagi yang dibodohi bukan satu orang tapi rakyat dan yang membodohi adalah orang-orang pintar pilihan yang diberi kepercayaan oleh rakyat. Mereka duduk dikursi-kursi penting pemerintahan atas nama rakyat dengan slogan dari rakyat dan untuk rakyat. Tapi kenyataannya..? bobrok!
Kenyataannya orang-orang yang mengaku sebagai wakil rakyat dan berjuang untuk membela rakyat, sebetulnya mereka adalah tikus-tikus berdasi yang menggerogoti hak rakyat untuk kepentingan pribadi.
Lalu apakah yang demikian pantas disebut-sebut, sebagai orang pintar..?
Yang pertama mungkin benar mereka orang-orang terpilih yang pintar, tetapi mereka tidak berhikmat. Bahwa mereka tidak menempuh pendidikan dengan kocek rakyat, juga benar. Tapi tanpa rakyat mereka pun tidak akan dapat duduk nyaman di kursi pemerintahan dengan jabatan yang mereka sandang.
Yang kedua mereka tidak bersyukur dan tidak berterima kasih atas kepintaran yang dikaruniakan Tuhan. Bagaimana mereka bisa bersyukur..? Toh mereka pikir kepintaran yang mereka miliki saat ini adalah hasil usaha mereka sendiri. Hanya sendiri titik. Tidak ada yang lain. Bukannya mereka tidak menyadari, tapi karena mereka tidak mengakui dan memungkiri adanya campur tangan Tuhan dan sesama dalam setiap jalan yang ditempuhnya. Termasuk pendidikan dan kesuksesan yang diraihnya.
Dan yang ketiga yang paling fatal adalah karena mereka Tidak takut akan Tuhan. Karena itulah saat mereka menduduki jabatan yang dari rakyat, disitu hanya ada Aku. Aku yang meraih semuanya sendiri, Aku yang berjuang sendiri. Jadilah kepentingan diri sendiri yang memimpin. Jadilah perut mereka yang diutamakan.
Mereka lupa pada rakyat. Rakyat yang memberinya kepercayaan dan jabatan. Mereka lupa kepada Tuhan yang mengutus mereka untuk menjadi wakil rakyat yang bijaksana dan mementingkan rakyat. Mereka lupa akan tugas dan tanggung jawab mulia yang seharusnya mereka emban dengan baik. Mereka bukan lagi pribadi yang berintegritas dan berbudi luhur, tapi mereka lebih memilih rakyat menyebut mereka tikus-tikus berdasi.
Comments
Hai Chalest
Wed, 08/10/2008 - 09:14 — dianpraHai Chales, salam kenal ...
Wah kritik para wakil rakyat ya ...
Iya nih, kayaknya motto "dari rakyat, untuk rakyat dan oleh rakyat" udah ngga berlaku lagi, yang ada sekarang malah "dari rakyat, oleh rakyat, UNTUK WAKIL RAKYAT" .... :p