Memasuki hari ke-2 dan ke-3, acara diisi dengan kesaksian-kesaksian para penginjil yang diutus untuk membangun jemaat/gereja mulai dari nol, para peserta mendengarkan banyak kesaksian suka dan duka para penginjil baik dari Kal-Bar, Kal-Tim, Sumatra dan Jawa, Jabodetabek, serta Papua. Pada malam harinya diadakan Kebaktian Misi yang diharapkan agar seluruh anggota jemaat GBIA Graphe, GBIA lainnya serta Tunas Jemaat dan setiap peserta Kongres bergembira atas perkembangan Pemberitaan Injil yang Benar dan Berdirinya Semakin Banyak Gereja-gereja yang Alkitabiah.
Pada sesi IV hari Rabu, 19 Agustus, Dr. Suhento Liauw tampil sebagai pembicara dengan tema: Menyelamatkan Jiwa Mendirikan Helipad Penjemputan. Dr. Liauw mengisahkan secara singkat Peta Garis Zaman (Masa-masa Dispensasi), dimana zaman dulu, Ayah, Bangsa Israel, pernah menjadi Tiang Penopang dan Dasar Kebenaran (TPDK), namun dalam masa Perjanjian Baru, Gereja Lokal adalah TPDK. Sampai masa Rapture/Pengangkatan (Premilenium-Pretribulation). Beliau mengkritik lembaga-lembaga yang menyebut dirinya parachurch (seperti: Perkantas, LPMI/Campus Crusade for Christ/CCC, Navigator,dll) yang hanya memberitakan Injil tapi tidak mendirikan Gereja/Jemaat Lokal. Amanat Agung Tuhan Yesus jelas yaitu Memberitakan Injil dan Mendirikan Gereja Lokal (Mat 28:19-20, Jadikan Murid, Baptis, dan Ajar). Betapa pentingnya mendirikan Gereja Lokal. Iblis sangat berkepentingan terhadap Doktrin Alkitab dan Gereja. Iblis menabur benih melalui Kaum Liberal bahwa Alkitab banyak salah dengan Critical Text-nya (Hampir semua Alkitab berbahasa Inggris modern saat ini mengacu pada naskah CT). Selain itu Ignatius Loyola pendiri Ordo Jesuit bertekad akan menyatukan kembali “Saudara yang memisahkan diri” sejak zaman Martin Luther, Protestan dan Katolik Bersatu (All Roads Lead to Rome).
Hidup bagaikan sebuah kapal, Mengarungi laut Kehidupan
Perlu Penuntun yang benderang Untuk mencapai ke tujuan
Lautan luas angin kencang, Badainya dahsyat mendebarkan
Mercu memancar b’ri harapan, Jemaat Tiang Kebenaran
Bait 2:
Hidup bagaikan perjalanan, Banyak rintangan dan hambatan,
Kristus di depan hati tentram, Kupasti sampai ke Sorga T’rang
Lautan luas angin kencang, Badainya dahsyat mendebarkan
Mercu memancar b’ri harapan, Jemaat Tiang Kebenaran
Salah satu ciri kebaktian GBIA adalah selalu memakai lagu-lagu Hymne dan bukan lagu rohani kontemporer masa kini. Ibu Daisy Anwar, B. Mus, adalah pianis dan pengajar musik di GITS, beliau juga adalah istri dari Dr. Steven E. Liauw.
Acara Kongres yang tergolong sukses ini tentunya juga kerja keras panitia Kongres yang diketuai oleh Sdr. Dji Liong yang dengan semangat dan penuh kesabaran melayani para peserta dan para hamba Tuhan yang hadir. Beliau berpesan kepada semua peserta Kongres: “Terimakasih untuk kehadirannya, saya bangga dan senang bisa melayani anda. Semua acara Kongres dapat berjalan dengan baik berkat kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus dan kerjasama Tim, karena saya yakin semua jerih lelah kita tidak sia-sia. Selamat Jalan! Maju Terus! Mari buat diri kita semakin militan dalam Kebenaran.”