Belakangan ini muncul topik kontroversial tentang penyebutan Sang Pencipta alam semesta dan pemakaian kata “Allah” baik di Indonesia bahkan sampai ke Malaysia. GITS sebagai institusi akademik dan merupakan bagian dari GBIA GRAPHE yang adalah tiang penopang dan dasar kebenaran, terpanggil untuk memberi pengarahan yang jelas secara akademis dan alkitabiah.
Nama Diperlukan Untuk Memanggil
Sang Pencipta alam semesta tidak ada nama dan tidak membutuhkan nama sebelum penciptaan. Dalam kesempurnaan Tritunggal tidak dibutuhkan nama karena tidak ada kegunaannya. Sang Tritunggal tidak perlu saling memanggil karena mereka dalam keadaan saling pengertian sempurna.
Ciptaan Sang Tritunggal yang diberi nama adalah para malaikat, tentu maksud kegunaan nama adalah untuk membedakan satu malaikat dengan yang lainnya. Kalau malaikat hanya satu, maka ia hanya perlu disebut malaikat saja.
Ketika Adam diciptakan, ia dipanggil Adam yang artinya adalah tanah (adamah) sesuai dengan bahan baku dirinya. Demikian juga ketika istrinya diberi nama Hawa yang artinya ibu dari semua manusia, sesuai dengan apa yang akan terjadi pada dirinya.
Kemudian Adam diberi tugas untuk memberi nama kepada binatang-binatang yang sangat banyak untuk membedakan satu jenis binatang dengan yang lainnya. Jelas sekali bahwa nama berfungsi untuk membedakan atau identifikasi.
Kejatuhan Manusia
Pada saat masih hanya dua orang yaitu Adam dan Hawa, mereka jatuh ke dalam dosa. Mereka lebih percaya kepada malaikat yang telah jatuh daripada Pencipta mereka. Sikap demikian sama dengan menuduh Pencipta mereka berbohong. Ini adalah sikap menyerang Sang Pencipta. Kesalahan mereka harus dihukumkan, dan hukumannya telah diberitahukan yaitu mati (maut). Pada saat mereka memakan buah terlarang itu mereka akan mati. Tentu bisa berarti dihukum mati, dan kematian sesungguhnya adalah sebuah penghukuman.
Kemudian Allah menjanjikan Juruselamat yang akan datang menanggung hukuman manusia. Juruselamat itulah yang akan dihukum mati bagi manusia. Kalau Adam dan Hawa ingin dosa mereka dihitung tertanggungkan pada Sang Juruselamat, mereka harus mengaku salah dan menyesali kesalahan mereka (bertobat) dan percaya bahwa Sang Juruselamat akan datang dan dihukumkan menggantikan mereka.
Pembentukan Ibadah Simbolik
Demi mengestafetkan ingatan pada janji Allah maka ibadah simbolik didirikan, yaitu menyembelih binatang korban di atas mezbah. Ibadah simbolik sederhana ini hanya bertujuan mengingatkan manusia bahwa Sang Pencipta berjanji untuk kirim Juruselamat yang akan dihukumkan menggantinya. Siapa yang ingin dosanya dihitung terhukumkan pada Sang Juruselamat yang akan dihukumkan nanti, harus percaya.
Sehubungan dengan paket ibadah simbolik inilah sebutan atau nama Sang Pencipta diberikan, yaitu Jehovah (hwhy) beserta dengan perintah-perintah untuk menguduskan Sang Pencipta melalui menguduskan nama tersebut dan memelihara hari Sabat sebagai simbol menjunjung Sang Pencipta. Menjaga kekudusan jasmani dengan tidak memakan makanan tertentu yang tidak bersih sebagai simbol kudus, menjadikan penyakit kusta sebagai simbol kutuk agar penyakit kusta tidak memasyarakat adalah rangkaian ibadah simbolik.
Khusus nama Jehovah (hwhy) menjadi sangat sentral dan utama karena sekaligus untuk melawan konsep politheistic dan berhala yang tak berkuasa yang dibuat oleh penyembahnya. Eyeh Aser Eyeh (Aku yang adalah Aku) adalah sebuah ungkapan yang sangat dahsyat yang mengandung makna bahwa diriNya bukan yang dibuat tangan manusia, bukan yang punya mata namun tidak melihat, bukan yang punya tangan namun tidak sanggup memberi penghukuman.
Manusia harus berhati-hati, jangan sampai memperolokkan nama Sang Pencipta karena itu sama dengan mengolok pribadi di balik nama itu. Nama merupakan sebuah simbol dari pribadi yang memakainya, itulah sebabnya Sang Pencipta memilih kata Jehovah, karena di masa PL makna dari kata itu cocok untuk menekankan kebaradaan dan kekuasaanNya.
Seseorang harus mengerti bahwa masa Perjanjian Lama adalah masa ibadah simbolik, dimana seluruh rangkaian ibadah dilakukan dalam bentuk simbolik. Sang Juruselamat masih dalam bentuk simbol binatang korban, dan seluruh tata-ibadah dalam Kemah Suci maupun Bait Suci dilaksanakan dalam bentuk simbolik. Satu paket dengan itu ialah hari Sabat dan nama Jehovah, yang masuk dalam hukum ketiga dan keempat dari sepuluh hukum. Namun Tuhan Yesus meringkas sepuluh hukum tersebut menjadi dua, yaitu sikap terhadap Allah dan sikap terhadap sesama manusia. Tidak menyebut simbol/nama Jehovah dengan sembarangan serta menghotmati satu hari dalam seminggu dijadikan simbol sikap seseorang terhadap Sang Pencipta.
Masuk Ibadah Hakekat
Sampai kapankah masa ibadah simbolik itu? Tuhan sendiri yang berhak menghentikannya, dan dia mengatakan bahwa masa itu berhenti ketika Yohanes Pembaptis tampil (Luk.16:16, Mat.11:13). Ketika Yohanes menunjuk kepada Sang Hakekat, maka otomatis tugas simbolnya selesai. Masa ibadah lahiriah, ibadah simbolik ritual selesai tugasnya, dan mulailah ibadah hakekat yaitu ibadah rohaniah (Yoh.4:23).
Maksud Tuhan ialah bahwa zaman ibadah simbolik selesai dan sekarang memasuki zaman ibadah hakekat. Masa kesucian jasmani ditinggalkan karena itu hanya simbol kesucian hati sehingga sekarang sudah boleh makan apa saja karena makanan tidak mencemarkan hati hanya mencemarkan badan (Mark.7:17-19). Penyembahan tidak perlu lagi berkiblat ke suatu arah kerena cukup hati dikiblatkan kepada Allah di Sorga.
Itulah sebabnya ibadah hakekat tidak terikat pada tempat karena sudah tidak ada konsep tempat yang kudus atau tanah suci. Demikian juga dengan waktu, sejak ibadah tidak lagi bersifat jasmaniah melainkan rohaniah maka tidak ada lagi batasan waktu (Mark.2:27-28). Ibadah hakekat sejatinya ialah sikap hati kita sepanjang waktu kepada Tuhan, bukan pada hari Sabtu atau Minggu pagi saja. Ibadah hakekat tidak lagi tergantung pada waktu, melainkan sebuah sikap hati yang tunduk kepada Allah sepanjang waktu. Hari Minggu pagi di GBIA GRAPHE diadakan acara BERJEMAAT, bukan acara ibadah atau acara sembah-menyembah.
Nama Jehovah & Yesus
Seturut dengan dihentikannya masa ibadah simbolik dan memasuki masa ibadah hakekat, maka Sang Pencipta kini juga mengubah nama dari Jehovah menjadi Yesus. Pada zaman ibadah simbolik Ia memperkenalkan diri sebagai Aku yang adalah Aku yang gagah perkasa, yang tidak dibuat oleh tangan manusia, yang mengalahkan semua dewa dan sesembahan manusia, kini memasuki zaman ibadah hakekat ia datang sebagai Juruselamat, itulah sebabnya Ia memakai nama Yesus yang artinya Juruselamat.
Ketika Filipus berkata kepada Yesus Kristus, "Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami" (Yoh.14:8), dijawab oleh Tuhan, "Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami. Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku?” (Yoh.14:910). Masuk akal sekali kalau Filipus bertanya, “Tuhan, beritahukanlah nama Bapa kepada kami, itu sudah cukup,” maka Tuhan Yesus pasti akan berkata kepada Filipus, “telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau belum tahu nama-Ku? barang siapa telah menyebut nama-Ku ia telah menyebut nama Bapa.” Kalau melihat Dia sama dengan telah melihat Bapa, lalu tidakkah rasional untuk berkata bahwa telah menyebut namaNya sama dengan telah menyebut nama Bapa?
Untuk memahami hal sepele ini seseorang tentu harus sangat faham tentang Tritunggal. Kalau kelompok Saksi Jehovah memang sudah tersesatkan dalam masalah Tritunggal, namun bagi kelompok Kristen yang masih percaya pada doktrin Tritunggal seharusnya dapat memahami masalah ini jika mau sedikit fokus pada aspek tunggalnya. Kalau kita percaya Anak satu (tunggal) dengan Bapa, maka nama Bapa satu juga dengan nama Anak demikian juga sebaliknya. Ketika Anak menampakkan diri di zaman PL, Ia dikenal dengan Jehovah, karena itulah nama yang diperkenalkan Allah kepada manusia pada masa itu. Dan demikian juga dengan nama Yesus yang sedang dipakai oleh Sang Anak yang sedang menyatakan diri Bapa kepada dunia (Yoh.1:18).
Adalah pandangan yang salah bahwa Jehovah itu nama Bapa sedangkan Yesus itu nama Anak. Yang benar adalah Jehovah itu nama Bapa, Putra dan Roh Kudus (Tritunggal) dalam zaman PL, sedangkan Yesus adalah nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus (Tritunggal) dalam zaman PB. Sebab, kalau Jehovah itu nama Bapa, dan Yesus itu nama Anak, lalu Roh Kudus namanya apa? Dan lagi pula Sang Pencipta itu tiga pribadi yang berbeda, atau Allah yang Esa?
Dari pernyataan Tuhan Yesus kepada Filipus yang menunjukkan bahwa bahkan melihat Tuhan Yesus sudah sama dengan melihat Bapa, apalagi dalam soal nama. Mengapakah Allah Tritunggal memerlukan tiga nama yang berbeda kalau melihat Anak sudah sama dengan melihat Bapa? Sangat patut untuk direnungkan, bukan?!
Dijanjikan Nama Baru
Nama Jehovah adalah untuk masa ibadah simbolik Perjanjian Lama, karena sesuai dengan karakter yang ingin ditonjolkan dari arti nama tersebut. Sedangkan nama Yesus dipakai untuk masa ibadah hakekat, masa penyelamatan kepada manusia berdosa. Sesuai dengan arti nama Yesus yang adalah Juruselamat demikianlah maksud nama ini dipakai dalam masa penyelamatan oleh Sang Pencipta kepada ciptaanNya yang jatuh ke dalam dosa.
Mengapakah pada masa Kerajaan Seribu Tahun Sang Pencipta mengenakan nama baru? Jawabannya, pemakaian nama oleh Sang Pencipta selalu berhubungan dengan peran penekananNya pada zaman nama itu digunakan. Setelah masa penyelamatan selesai maka selanjutnya nama Yesus yang artinya juruselamat menjadi tidak tepat lagi.
Nama Yesus akan berakhir sampai pada awal memasuki Kerajaan Seribu Tahun. Di akhir masa penyelamatan, seluruh umat manusia akan dipaksa untuk mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan, dan setiap lutut akan dipaksa untuk bertekuk.
“Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!” (Fil.2:9-11) .
Pada saat setiap lutut bertekuk, orang-orang Saksi Jehovah akan tertegun dan lutut mereka pasti enggan ditekuk kepada Yesus yang tidak mereka akui sebagai Sang Pencipta karena memang tidak boleh lutut kita ditekuk kepada selain Sang Pencipta. Acara itu semacam pernyataan dari Tritunggal bahwa Yesus adalah nama yang dipilih untuk sebuah misi penyelamatan, sekaligus untuk mempermalu setiap makhluk yang menolak misi Allah dalam nama Yesus. Mereka akan kehilangan argumentasi dan tertegun menyesali kekerasan hati mereka.
Sesudah itu Sang Pencipta yang pernah memakai nama Jehovah dan pernah memakai nama Yesus, akan memakai nama baru, yang belum diungkapkan. Dari pelajaran pemakaian nama di masa lalu, sudah jelas bahwa nama baru Sang Pencipta nanti pasti akan sangat berhubungan dengan peran hakekatnya pada zaman itu.
“Maka bangsa-bangsa akan melihat kebenaranmu, dan semua raja akan melihat kemuliaanmu, dan orang akan menyebut engkau dengan nama baru yang akan ditentukan oleh TUHAN sendiri” (Yes.62:2).
Yesus menubuatkan sequence perubahan nama Sang Juruselamat (Yesus) ke nama baru yang akan dipakainya pada masa Millennium. Selanjutnya Tuhan Yesus dalam nasihatnya kepada tujuh jemaat, khusus kepada jemaat Filadelfia yang sangat terpuji, Ia menggaransi mereka yang menang akan menerima namaNya yang baru. Yang akan masuk Neraka tidak memerlukan nama baruNya.
“Barangsiapa menang, ia akan Kujadikan sokoguru di dalam Bait Suci Allah-Ku, dan ia tidak akan keluar lagi dari situ; dan padanya akan Kutuliskan nama Allah-Ku, nama kota Allah-Ku, yaitu Yerusalem baru, yang turun dari sorga dari Allah-Ku, dan nama-Ku yang baru” (Wah.3:12).
Di akhir masa penyelamatan, Sang Mahakuasa akan datang bukan lagi sebagai penyelamat, melainkan sebagai hakim dan penguasa yang akan memerintah dengan tongkat besi (Wah.2:26-27). Itulah sebabnya Ia akan mengenakan nama yang baru, yaitu nama yang cocok dengan hal-hal yang akan dilakukanNya pada zaman itu.
Kesimpulan
Sang Pencipta alam semesta adalah Tritunggal yang memiliki tiga pribadi oknum) dalam keesaan (ketunggalan). Tentu bukan kita yang menginginkan adanya Pencipta yang demikian, melainkan hasil kesimpulan dari pewahyuanNya, yaitu Alkitab. Sesungguhnya tidak ada seorang pun yang dapat mengenal Penciptanya kecuali Penciptanya memperkenalkan diriNya. Seberapa ajaibkah Sang Pencipta alam semesta itu sesungguhnya, hanyalah Dirinya sendiri yang mengetahuinya. Kita, ciptaanNya hanya bisa mengenalNya dari pernyataanNya. Itulah sebabnya isu tentang Pribadi Sang Pencipta sepenuhnya bergantung pada firmanNya. Kalau Alkitab adalah benar firmanNya maka benarlah semua kesimpulan yang ditarik dari Alkitab. Sebaliknya jika Alkitab bukan firman Sang Pencipta, melainkan kitab lain, maka salahlah seluruh kesimpulan Alkitab dan benarlah kesimpulan yang ditarik dari kitab lain itu. [mengenai Pribadi Tritunggal silakan membaca buku saya yang berjudul Memahami & Menjelaskan Allah Tritunggal Secara Alkitabiah]
Sang Pencipta alam semesta yang Tritunggal di dalam kekekalan, sebelum menciptakan malaikat, tidak ada nama karena tidak membutuhkan nama. Pencipta yang Tritunggal ada tanpa diciptakan dan dalam kesatuan serta keharmonisan yang sempurna.
Nama diperlukan setelah menciptakan makhluk yang berpengertian, berkesadaran diri dan berkehendak bebas, yaitu malaikat dan manusia. Makhluk yang bisa berpikir dan berkomunikasi melalui berbicara, dapat menyapa, memerlukan sapaan atau nama, atau simbol bunyi kepada Pencipta mereka. Atas kebutuhan itulah Sang Pencipta memperkenalkan dirinya sebagai Jehovah. Ia mewahyukan kepada manusia bahwa namaNya adalah Jehovah. Ini bukan hanya nama Sang Bapa, melainkan nama Tritunggal Allah. Mengapakah Tritunggal masing-masing perlu nama? Bukankah Tuhan Yesus berkata kepada Filipus bahwa yang melihatNya sama dengan telah melihat Bapa. Bukankah itu sama artinya yang memanggil namaKu sama dengan memanggil nama Bapa? Kasih tahu orang Saksi Jehovah bahwa di dalamnya mengandung arti siapapun yang menyembah Yesus itupun sama dengan telah menyembah Bapa.
Nama ini penting terutama berhubungan dengan ibadah simbolik sederhana yang diperintahkan. Kita tahu bahwa ibadah simbolik sederhana dibangun sejak kejatuhan Adam & Hawa ke dalam dosa. Ibadah menyembelih binatang korban di atas mezbah dipelihara dengan baik oleh Habel dan dicoba diselewengkan oleh Kain (Yudas 11).
Nama Jehovah diperkokoh ketika ibadah simbolik disempurnakan dan dipelihara oleh bangsa yang dibentuk dari keturunan Abraham. Kepada Musa ditegaskan Eyeh Aser Eyeh (Aku yang adalah Aku) untuk melawan seluruh bentuk sesembahan manusia. Nama ini harus dihormati sebagai simbol menghormati Sang Pencipta. Nama adalah sebuah simbol dari pribadi dibalik nama itu. Untuk menghormati Sang Pencipta, hormatilah namaNya, yaitu Jehovah. Inilah semangat yang termuat dalam seluruh rangkaian ibadah simbolik PL, dan termasuk item ketiga dalam sepuluh hukum pada bagian yang Tuhan Yesus singkat dengan mengasihi Tuhan Allahmu.
Setelah tujuan ibadah simbolik tercapai, yaitu hakekat dari inti ibadah simbolik tiba maka tiba juga saatnya memasuki zaman ibadah hakekat. Juruselamat yang dijanjikan, yaitu Jehovah sendiri, pribadi keduaNya mengosongkan diri (kenosis) menjadi manusia untuk menanggung hukuman dosa manusia di kayu salib.
Ia datang bukan seperti kedatangannya kepada Abraham, melainkan berupa Roh masuk ke dalam rahim seorang wanita dan dilahirkan sebagai bayi. Karena misinya adalah sebagai Juruselamat, maka nama yang paling tepat untuk misi dan tujuan itu ialah Yesus, yang artinya JURUSELAMAT. Ini bukan hanya nama Pribadi-kedua saja melainkan nama Allah Tritunggal ketika dalam misi menyelamatkan manusia yang jatuh ke dalam dosa. Nama Yesus hanya untuk kebutuhan sebagai manusia yang menyelamatkan umat manusia.
“Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka" (Mat.1:21)
Nanti setelah masa penyelamatan selesai, Ia akan datang sebagai Hakim dan Raja. Saat itu Ia akan memakai nama baru, bukan Yesus melainkan yang lebih sesuai dengan posisiNya saat itu, yaitu Hakim dan Raja. Yang harus diingat ialah bahwa bukan tiga pribadi dengan tiga nama, melainkan Tritunggal pernah memakai nama Jehovah di zaman ibadah simbolik Perjanjian Lama, kemudian telah datang memakai nama Yesus, dan nanti akan memakai nama baru. Tuhan Yesus sendiri berkata “baptiskanlah mereka dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus” dan kemudian murid-muridNya membaptis setiap orang dengan nama Yesus, karena nama Bapa, Putra dan Roh Kudus pada zaman penyelamatan ini adalah Yesus.***
PEDANG ROH 61 Edisi LXI Tahun XV, Oktober-November-Desember 2009