Kedaulatan Allah
Ini
adalah konsep Alkitab, karena memang Allah itu berdaulat penuh atas
apapun. Kedaulatan Allah juga harus dilihat dari sudut pandang Alkitab
karena konsep kedaulatan Kalvinis berbeda dengan konsep Alkitab dan
nalar logis manusia. Kalvinis terlalu menekankan kedaulatan tanpa
melihat sifat Allah yang lain (Mahakasih, Mahaadil, Mahabenar dan
Mahakudus). Bahkan di dalam Alkitab Kekudusan Allah dan Kasih Allah
lebih ditekankan daripada Kedaulatan Allah. Kalvinis sering memakai
analogi kedaulatan seorang raja yang berkuasa atas negaranya sendiri
secara otoriter seperti Saddam Husein atau Hitler. Tetapi harus
diingat, bahwa Saddam dan Hitler memakai kedaulatannya untuk hal-hal
yang jahat.
Dari sisi kedaulatan Allah,
bahwa Ia berdaulat melakukan dan memutuskan apa saja, tetapi selalu
disertai Kasih dan KeadilanNya. Kalvinis tidak melihat sifat-sifat
Allah yang lain, yang tidak mungkin saling bertentangan. Karena Allah
tidak akan melakukan sesuatu hal yang bertentangan dengan diriNya
sendiri. Allah tidak akan meminta pertanggunganjawab dari manusia atas
dosa-dosanya jika Allah sendirilah yang menjadi sumber dosa atau yang
membuat manusia itu berdosa. Bila Allah yang memasukkan dosa ke dalam
dunia, maka hal ini akan bertentangan dengan sifat Kekudusan dan
kasihNya. Sifat kasih, kekudusan dan keadilan Allah tidak akan memakai
kedaulatanNya untuk membuat manusia jatuh dalam dosa. Jadi kedaulatan
Allah yang terdapat dalam Alkitab tidak akan bertentangan dengan Kasih,
keadilan dan kekudusan Allah. Allah mengijinkan manusia melakukan segala sesuatu, karena manusia diciptakan dengan kehendak bebas yang sejati.
Kaum
Kalvinis akan berdalih dan mengatakan bahwa itu adalah hak Allah untuk
berbuat ini dan itu menurut kedaulatanNya. Namun yang harus
diperhatikan, pokok permasalahannya
bukanlah pada Allah berhak atau tidak berhak, tetapi apakah Allah akan
seperti itu? Apakah Natur Allah yang Mahakudus, Mahaadil, dan Mahakasih
akan berbuat seperti itu? Dengan demikian Allah bukanlah Pribadi
yang menyebakan dosa masuk ke dalam dunia. Hanya kelompok Kalvinislah
yang berani mengatakan demikian.
Ketetapan Allah (God’s Decree)
Allah
Mahatahu karena Allah sudah menetapkannya. Ini adalah konsep Kalvinis
yang sangat merendahkan Allah. Dimana Allah menjadi Pribadi yang tidak
Mahatahu. Mengapa? Karena Allah harus menetapkan dahulu baru Ia tahu!
Apakah
Alkitab mencatat, bahwa Allah mempengaruhi manusia? Ya! Allah bisa
mempengaruhi, mencegah, dan menuntun manusia untuk melakukan sesuatu,
tetapi Allah tidak memaksa atau menetapkan. Kej 20:6 “Aku tahu
juga, engkau telah melakukan itu dengan hati yang tulus, maka Akupun
mencegah engkau untuk berbuat dosa terhadap Aku; sebab itu Aku tidak
membiarkan engkau menjamah dia (Sara)” ; Mazmur 73:24 “dengan
nasehatMu, Engkau menuntun aku dan kemudian Engkau mengangkat aku ke
dalam kemuliaan” Sekalipun Allah berdaulat mempengaruhi manusia, tetapi
manusia itu berhak menolak atau menerima pengaruh dari Allah.
Ayat-ayat yang dipakai Kalvinis, bahwa Allah telah menetapkan segala sesuatu:
1. Amsal 16:1 “Manusia menimbang-nimbang dalam hati, tetapi jawaban lidah berasal dari Allah”
2. Amsal 16:9 “hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah jalannya”
3. Amsal 19:21 “banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan TUHANlah yang terlaksana.”
4. Amsal 20:24 “Langkah orang ditentukan oleh TUHAN, tetapi bagaimanakah manusia dapat mengerti jalan hidupnya?”
5. Amsal 21:1 “hati raja seperti batang air di dalam tangan TUHAN dialirkanNya ke mana Ia ingin.”
Tetapi timbul satu pertanyaan, apakah ayat-ayat di atas menyatakan bahwa Allah menentukan segala sesuatu?
Amsal
6:1 Apakah Allah menetapkan segala perkataan manusia? Bila demikian
Allahkah yang menetapkan manusia berbohong, menipu, memfitnah,
menyumpah serapah orang lain? Kalau demikian Allah adalah sumber
perkataan yang kotor dan najis. Maka Allah juga yang menetapkan nabi
palsu bernubuat dan penyangkalan Petrus, Allah yang tetapkan? Apakah
Allah yang Alkitab mengajarkan demikian?
Hati manusia
menimbang-nimbang justru membuktikan hatinya bebas untuk memikirkan apa
yang mau ia omongkan atau yang mau ia katakan. Allah yang Mahakudus
tidak akan mengeluarkan yang najis dan kotor dari dalam diriNya. Ia
tidak akan menghasut atau mempengaruhi manusia untuk mengatakan hal
yang tidak benar atau tidak patut.
Amsal 16:9 “hal ini juga
membuktikan, bahwa manusia bebas berfikir apa saja, tetapi Allah dapat
mengintervensi atau mengubah rancangan manusia itu. Misalnya A mau
membunuh X, tetapi Allah dapat membelokkan atau membatasi atau mencegah
pembunuhan itu terjadi. Dengan cara apa? Tuhan punya berbagai cara
untuk menyelamatkan manusia dari rancangan manusia yang tidak
bertanggungjawab ataupun dari Iblis.
Amsal 19:21, Ya. Manusia
bisa merancang apa saja dalam hatinya, tetapi Allah dapat mencegah
rancangan manusia, bila bertentangan dengan kehendakNya. Hal ini juga
membuktikan, bahwa manusia memiliki kehendak bebas yang sejati. Dan ini
bukan TAKDIR.
Amsal 20:21, dalam ajaran ayat ini juga
membuktikan, bahwa raja bukanlah robot, tetapi hati raja bisa Tuhan
pakai untuk melakukan kehendakNya tanpa memaksa atau memperkosa
kebebasan si raja. Hal ini dapat ditemukan dalam Ezra 1:1-2 ”Allah
menggerakkan hati Koresy” Koresy sadar, bahwa ia mendapat kasih karunia
dari Allah, sehingga ia menjadi raja yang berkuasa. Allah menggerakkan
hati Koresy melalui kesaksian Daniel dan kawan-kawan tentang Yehova
Israel. Allah juga dapat menciptakan suatu “sikon” untuk tujuanNya.
Allah membuat Ahasyweros tidak bisa tidur, sehingga ia pergi membaca,
dan di sana ia melihat catatan tentang Mordekhai, dan maksud Allah
terlaksana.
Ayat-ayat yang juga sering dipakai oleh Kalvinis:
Kisah
Para rasul 2:23 “Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan
rencanaNya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan
bangsa-bangsa durhaka.” Kalvinis akan berkata, bukankah semua terjadi
sesuai dengan maksud dan rencana Allah? Dalam bahasa Yunani maksud dan
rencana adalah boule dan prognosei , dimana prognosei berasal dari kata pro=sebelum dan gnowsis=pengetahuan, yang dalam KJV diterjemahkan foreknowledge.
Artinya Allah tahu karena manusia itu berencana seperti itu. Dengan
kata lain, Allah menetapkan karena kemahatahuanNya akan apa yang
dilakukan manusia, bukan Allah mengetahui karena Allah telah menetapkan
manusia untuk berbuat demikian.
Argumen Kalvinis: mana lebih dahulu boule atau prognosei. Memang dalam kalimat ini boule
lebih dahulu. Sepertinya ayat ini mendukung Kalvinis, bahwa Penentuan
dulu baru Allah tahu. Tetapi dalam hal ini tidak selalu seperti itu.
Contoh ayat lain dalam 2 Timotius 1:9 “Dia yang telah menyelamatkan
kita dan yang telah memanggil kita” Mana lebih dahulu, diselamatkan
atau dipanggil? Kalau sudah diselamatkan untuk apa Allah memanggil
dengan panggilan kudus? Kata “dan” dalam ayat ini memisahkan
diselamatkan dan dipanggil, tetapi dalam hal ini diselamatkan dan
dipanggil harus sama-sama benar untuk mendapatkan hal yang tetap atau
sama. Atau dengan kata lain kata “dan” tidak harus selalu menyatakan urutan kejadian ataupun proses.
Kis 4:28 “untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendakMu.”
Menurut Kalvinis ayat ini menyimpulkan, bahwa:
1. Yesus telah ditetapkan untuk dibunuh.
2. Allah telah menetapkan siapa yang akan membunuh Yesus
Dalam
fakta benar bahwa Yesus telah mereka bunuh, tetapi Allah tidak pernah
memaksa atau menentukan mereka untuk membunuh Yesus Kristus. Itu
terjadi karena manusia itu sendiri memang akan melakukan hal demikian
kepada Yesus. Yesus memang harus mati, tetapi tidak harus mereka yang
menggenapi nubuatan itu. Seperti halnya kasus Yudas yang menjual
Kristus. Kristus berkata, “Anak
Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia,
akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan.
Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.” Apakah yang dimaksud oleh ayat ini? Mengapa Yesus berkata bahwa lebih baik dia tidak dilahirkan? Jadi,
hal ini sangat jelas mengindikasikan adanya tanggung jawab manusia.
Logikanya, kalau Allah yang telah menentukan, harusnya mereka dapat
reward karena telah melakukan program Allah?
I Petrus
1:20 “Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan” Ya. Benar bahwa Allah
telah memilih Yesus sebelum dunia dijadikan dan bukan manusia yang
dipilih sebelum dunia dijadikan.
Wahyu 13:8 “Kristus telah
disembelih sebelum dunia dijadikan” Yesus memang telah ditetapkan
menjadi penebus yang akan menanggung dosa manusia. Manusia belum
tercipta, lalu mengapa Allah sudah menyediakan penebusan? Ya, benar
bahwa Allah menyediakan penebusan melalui Kristus sebelum dunia
dijadikan karena Allah tahu bahwa manusia yang diciptakanNya itu akan
jatuh ke dalam dosa. Sama sekali tidak berarti Allah menetapkan manusia
jatuh dalam dosa, tetapi manusia itulah yang memilih untuk menentang
Allah dengan mengikuti Iblis dari pada laranganNya. Allah sudah
mengetahui hal ini sebelum manusia diciptakan dan secara otomatis
sebelum manusia jatuh ke dalam dosa.
Kaum Kalvinis terlalu mengabaikan tanggungjawab manusia atas penyaliban Yesus.
Dalam Kisah Para Rasul 2:36 Rasul Petrus menuduh bangsa Israel
menyalibkan Yesus dan Allah menuntut tanggungjawab dari bangsa Israel.
Dalam Kis 4:10; 7:52 Petrus menyalahkan orang-orang Yahudi yang telah
menyalibkan Yesus.
Yesaya 45:7 “Yang menjadikan terang dan
menciptakan gelap, yang menjadikan nasib mujur dan menciptakan nasib
malang; Akulah TUHAN yang membuat semua ini”
Kalvinis sering
memakai ayat ini untuk membuktikan, bahwa Allah telah menentukan segala
sesuatu termasuk yang baik dan yang jahat terhadap seseorang. “Malang”
“Evil” (KJV), artinya “jahat” bila diperhatikan sekilas tanpa melihat
atau bertanya, maka kita akan mengambil kesimpulan bahwa Allahlah yang
merancangkan hal yang jahat. Yang harus kita pertanyakanlah adalah,
mengapa Allah mendatangkan kemalangan kepada seseorang?
Karena
Allah tidak pernah menciptakan atau menjadikan hati manusia jahat. Maka
ketika manusia kena musibah itu karena dosa yang telah masuk ke dalam
dunia. Ini adalah konsekuensi dari dosa yang telah masuk ke dunia.
Ratapan
3:38 “Bukankah dari mulut Yang Mahatinggi keluar yang buruk dan yang
baik?” Dalam ayat ini seolah-olah Tuhan adalah sumber yang buruk dan
yang baik. Ayat ini sama sekali tidak salah karena Allah akan
mendatangkan hal yang buruk atau hukuman bagi yang melanggar kesucian
Allah. Dan Allah akan mendatangkan hal yang baik atau berkat kepada
mereka yang percaya dan melakukan perintahNya. Ini adalah konsekuensi
dari melakukan dan tidak melakukan kehendak Allah. Hal ini dapat
dibandingkan dengan ayat-ayat dalam Kitab yang yang lain. Karena
Alkitab tidak akan mengajarkan hal-hal yang bertentangan dengan
sifat-sifat Allah. Allah yang Mahakudus tidak akan tercemari dengan
dosa atau kenajisan. Karena itu, tidaklah mungkin Allah menjadi sumber
kejahatan sekaligus sumber kebaikan. Baik itu adalah sifat Allah,
sementara buruk itu adalah sikap Allah kepada mereka yang tidak
melakukan atau mengikuti kehendakNya. Hal ini dapat dilihat dalam
ayat-ayat sebagai berikut:
1. Ayub
34:10 “Oleh sebab itu, kamu orang-orang yang berakal budi dengarkanlah
aku: Jauhlah dari pada Allah untuk melakukan kefasikan dan dari pada
Yang Mahakuasa untuk berbuat curang”
2. Mazmur 5:5 “Sebab Engkau bukanlah Allah yang berkenan kepada kefasikan; orang jahat takkan menumpang padaMu”
3.
Habakuk 1:13 “MataMu terlalu suci untuk melihat kejahatan dan Engkau
tidak dapat memandang kelaliman. Mengapa Engkau memandangi orang-orang
yang berbuat khianat itu dan Engkau berdiam diri, apabila orang fasik
menelan orang yang lebih benar dari dia?”
4.
Yeremia 19:5 “mereka telah mendirikan bukit-bukit pengorbanan bagi Baal
untuk membakar anak-anak mereka sebagai korban bakaran kepada Baal,
suatu hal yang tidak pernah Aku perintahkan atau Kukatakan dan yang
tidak pernah timbul dalam hatiKu.”
Ia adalah TUHAN,
Allah yang Maha Suci dan tidak pernah timbul sesuatu yang buruk dari
dalam diriNya. Kemalangan yang manusia alami itu disebabkan oleh dosa
manusia itu sendiri. Sekali lagi ini adalah konsekuensi dari dosa yang
telah masuk ke dalam dunia.
Kalvinis melihat Efesus 1:11 “kami
dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud
Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan
kehendakNya”
Allah bekerja dalam segala sesuatu adalah benar, tetapi
Allah tidak menetapkan segala sesutau bila bertentangan dengan
sifa-sifatNya. Allah bisa memakai siapa dan apa saja, termasuk memakai
Iblis untuk malaksanakan kehendakNya (kasus Ayub, Allah menguji Ayub).
Ada
keputusan Allah, itu benar. Tetapi Allah tidak menetapkan segala
sesuatu yang bertentangan dengan sifat-sifatNya. Berbeda dengan konsep
Kalvinis yang percaya, bahwa Allah telah menetapkan segala sesuatu
termasuk:
1. Masuknya dosa
2. Malapetaka
3. Kesombongan
4. Dusta dan lain-lain
Dalam
konsep Alkitab mengajarkan bahwa Allah mengijinkan segala sesuatu
terjadi, tetapi setiap hal yang terjadi pasti ada konsekuensinya.
(Postingan berikut akan membahas topik 9 hal yang membuktikan bahwa
Allah tidak menetapkan segala sesuatu.)Untuk update silahkan klik disini