Gulungan Laut Mati

Apakah itu Gulungan laut mati? Mungkin untuk beberapa orang mereka masih belum tau tentang Gulungan laut mati.

Naskah laut mati atau yang lebih dikenal dengan Gulungan laut mati adalah dokumen-dokumen yang berjumlah (kurang lebih) 600 dalam tulisan ibrani dan aramaic dati kulit dan papirus, yang ditemukan antara tahun 1947 sampai 1956 dalam 11 gua di Wadi Qumran dan sekitarnya (di sebelah barat daya pantai Laut Mati).

Gulungan Laut mati ini adalah penemuan arkeologi yang mempengaruhi Alkitab sepanjang masa. Gulungan tersebut memberikan manuskrip Perjanjian Lama yang berusia 1000 tahun lebih tua dari manuskrip tertua yang kita miliki sebelumnya. Gulungan-gulungan Laut Mati memperlihatkan bahwa Perjanjian Lama disalin dengan akurat selama selang waktu tersebut. Sebagai tambahan, gulungan tersebut juga memberikan banyak informasi mengenai era menjelang dan selama kedatangan Kristus.

Bagaimana Gulungan laut mati ini ditemukan?

Saya akan mengutip Ralph Earle yang memberikan jawaban sangat jelas dan padat terhadap pertanyaan tentang bagaimana Gulungan Kitab itu ditemukan:

“Kisah tentang penemuan ini adalah salah satu di antara kisah-kisah yang paling menarik tentang zaman moderen. Pada bulan Februari atau Maret 1947 seorang anak Badui yang pekerjaannya sebagai gembala bernama Muhammad sedang mencari seekor kambingnya yang hilang. Kakinya menyentuh batu yang kemudian terjatuh ke dalam lobang pada bukit karang yang ada di pantai barat Laut Mati, yang terletak sekitar delapan mil di selatan Yerikho. Ia terkejut karena sebagai akibatnya ia mendengar suara guci pecah. Sesudah memeriksanya, ia menemukan pemandangan yang menakjubkan. Pada lantai sebuah gua ada beberapa guci besar berisi gulungan kitab dari kulit, yang dibungkus kain lenan. Karena guci-guci itu ditutup dengan sangat hati-hati, maka gulungan-gulungan kitab itu terpelihara dalam keadaan yang sangat baik selama hampir 1,900 tahun. (Terbukti bahwa gulungan-gulungan kitab itu diletakkan di sana pada tahun 68 M.).

“Lima buah Gulungan Kitab yang ditemukan di dalam Gua Laut Mati I, sesuai dengan nama yang diberikan saat ini, dibeli oleh bisop agung Biara Ortodoks Syria di Yerusalem. Sementara itu, tiga gulungan kitab lainnya dibeli oleh Profesor Sukenik dari Universitas Ibrani di kota yang sama.

“Ketika gulungan kitab itu ditemukan pertama kali, tidak ada berita yang disiarkan tentang benda-benda itu. Pada bulan November 1947, dua hari sesudah Profesor Sukenik membeli tiga gulungan kitab itu serta dua guci dari gua itu, ia menulis dalam buku hariannya: ‘Mungkin saja ini adalah salah satu dari penemuan terbesar yang telah terjadi di Palestina, suatu penemuan yang tidak pernah terlalu kita harapkan.’ Namun, kata-kata yang berarti ini belum disebarluaskan kala itu.

“Untungnya, pada bulan Februari 1948, bisop agung yang tidak mampu membaca tulisan Ibrani itu, menelfon Sekolah Amerika untuk Penelitian Oriental di Yerusalem dan memberitahukan tentang gulungan kitab itu. Dalam rencana Allah yang baik, pimpinan sementara sekolah yang bertugas saat itu adalah cendekiawan muda yang bernama John Trever, yang juga adalah seorang fotografer amatir yang handal. Dengan usaha yang tidak mengenal lelah dan penuh penyerahan, ia memotret setiap kolom dalam gulungan besar kitab Yesaya, yang berukuran panjang 24 kaki dan tinggi 10 inci itu. Ia memproses sendiri lempengan negatifnya dan mengirimkan beberapa lembar di antara foto-foto yang dihasilkannya itu kepada Dr. W. F. Albright dari Universitas John Hopkins, yang dikenal luas sebagai pimpinan para arkeolog dalam bidang penelitian tentang peninggalan sejarah berdasarkan Alkitab. Ia menulis surat balasan yang juga dikirimnya dengan pos udara sebagai berikut: ‘Saya sampaikan ucapan selamat dari dalam lubuk hati saya atas penemuan naskah sebagai penemuan terbesar zaman moderen ini! . . . Suatu penemuan yang sungguh-sungguh menakjubkan! Dan dengan rasa gembira kita nyatakan bahwa tidak akan ada lagi sedikitpun keragu-raguan di dunia ini tentang keaslian naskah itu.’ Ia memberikan pandangannya bahwa naskah itu berasal dari sekitar tahun 100 S.M.”

Trever mengutip lebih lanjut pandangan-pandangan Albright: “Tidak ada lagi keragu-raguan di dalam pikiranku bahwa tulisan naskah-naskah itu lebih kuno dibandingkan papirus Nash . . . saya harus lebih menyukai tahun sekitar 100 S.M. . . .”

 

Kategori: Teologi

Topic Blog: Teologi dan Alkitab

Keywords Blog: sejarah

Comments

dianpra's picture

Memang belum tahu

ternyata ada ya penemuan seperti itu, wah thanx ya udah kasi tahu. Hal-hal seperti ini selalu menarik buatku

yohanna's picture

jadi penasaran

wah blog yang menarik, sebelumnya emang pernah denger sih soal si gembala domba yang menemukan gulungan tersebut, tapi masih lom ketarik baca lebih jauh.

Namun setelah baca blog ini ak jadi penasaran dan pengen nyari buku yang mbahas soal ini. Kayaknya pernah liat di gramedia deh..

dianpra's picture

Siipppp

Bagus tuh yo, cepetan deh cari bukunya ....

Nah, nti setelh baca lebih jelas, kamu tulis trus posting di sini, oke Yo, ta tunggu ya .....