Essy Eisen's blog

Hati yang lembut untuk berbagi

Amos 6:1a, 4-7; Mazmur 146; I Timotius 6:6-19; Lukas 16:19-31

Teguran Amos sungguh menghentakan "ruang nyaman" hidup. Dalam setiap kesenangan dan kebahagiaan yang dirasakan, pada saat yang sama juga selalu akan ada pihak yang merasakan sebaliknya: pihak yang tersisih, kesusahan dan bergumul dengan kepedihan hidup. Dorongan untuk berbagi kehidupan yang berangkat dari hati yang lembut menjadi sapaan berita kenabiannya secara komunal khususnya untuk para pemimpin Israel pada zamannya.  ... selengkapnya »

Menaruh Pengharapan Kepada Kristus Yang Bangkit

(Kisah Para Rasul 3:12-19, Mazmur 4, 1 Yohanes 3:1-7, Lukas 24:36-49)

Penampakan Yesus yang bangkit lengkap dengan memperlihatkan tangan dan kaki-Nya, dengan keberadaan tubuh-Nya, memakan sepotong ikan goreng, memberikan perenungan bagi kita betapa Allah di dalam Yesus Kristus memilih untuk menghargai keberadaan diri kita, tubuh manusia (Luk 24:36-49). Allah memilih untuk hadir dalam ruang dan waktu manusia, terlibat untuk membarui kehidupan manusia senyata-nyatanya! Keliru kalau kita menganggap urusan Allah hanya di dalam gedung gereja saja. Urusan Allah adalah juga di dalam dunia dan di dalam kehidupan kita seutuhnya. Hal ini memberikan kepada kita pengharapan baru, bahwa sebagai tempat kediaman Roh Kudus, Allah sudi berkarya untuk membarui kehidupan dan tubuh kita dan juga kehidupan orang lain di sekitar kita, juga seantero hidup manusia karena kebangkitan Kristus. Petrus mengalami hal ini.

Tetap Percaya Walau Tidak Melihat

(Kisah Para Rasul 4:32-35, Mazmur 133, 1 Yohanes 1:1-2:2, Yohanes 20:19-31)

Tomas tidak langsung percaya saat kenyataan kebangkitan Tuhan diberitakan kepadanya. Kalau dinilai lebih seimbang, sebenarnya ada yang baik dalam diri Tomas ini. Meski ragu Tomas tetap berada dalam persekutuan bersama dengan murid-murid Yesus. Ternyata Tomas adalah seorang pribadi yang “mencari” (Yoh 20:25-26). Pribadi yang “mau mencari kebenaran ini” sungguh berharga. Tomas tidak mutung, tidak lari bersembunyi, tidak patah arang! Jika keraguan berlanjut kepada pertanyaan-pertanyaan, kemudian pertanyaan kepada jawaban-jawaban, dan jawaban-jawaban itu diterima, maka keraguan menjadi sikap yang layak dan perlu. Tetapi bila keraguan berakhir kepada keras kepala dan keras hati, lalu menjadi gaya hidup, itulah yang menjadi tidak patut. Itulah yang membahayakan iman.

Tiada Ketaatan Tanpa Pengorbanan

(Yesaya 50:4-9, Mazmur 31:9-16, Filipi 2:5-11, Markus 14:1-15:47) 

Bagi Rasul Paulus, Yesus Kristus adalah pondasi, pusat, fokus yang memberi arti dan makna bagi hidupnya. Motivasi hidup rohani Paulus tidak lagi dijalani karena ketakutan akan tuntutan hukum-hukum agama belaka. Ketaatan model ini adalah ketaatan karena ketakutan. Ketaatan ini adalah ketaatan semu.  ... selengkapnya »

Menjadi Seperti Biji Gandum Yang Jatuh dan Mati

(Yeremia 31:31-34, Mazmur 119:9-16, Ibrani 5:5-10, Yohanes 12:20-33)

"Tuan, kami ingin bertemu dengan Yesus.", kata beberapa orang Yunani kepada murid Yesus. Beberapa orang Yunani ini rupanya memiliki jiwa yang haus akan kebenaran dan mereka ingin bertemu Yesus! Betapa keinginan ini acapkali terabaikan oleh orang yang bergereja akhir-akhir ini. Kadang orang melihat siapa pengkotbah dan siapa “pengisi acara” dalam sebuah kebaktian, ketimbang bertemu dengan Yesus. Begitu juga pelayan-Nya. Kadang lupa bahwa jemaat memilki kerinduan seperti orang Yunani ini, yang harus ditanggapi dengan seksama.  ... selengkapnya »

Iman yang memberi hidup

(Bilangan 21:4-9, Mazmur 107:1-3, 17-22, Efesus 2:1-10, Yohanes 3:14-21)

Sisi barat wilayah Edom bukanlah jalan raya, tetapi padang gurun, lengkap dengan segala hal yang menakutkan dan berbahaya. Manna adalah lauk harian rutin (Kel 16:31) yang lambat laun menimbulkan kebosanan. Air minum terkadang susah didapat. Rupanya ketidaknyamanan dan kesusahan yang terjadi dalam kekinian hidup dapat dengan segera mengenyahkan ingatan yang sehat akan kenyataan kasih sayang Allah yang telah menebus dan setia memelihara umat-Nya. Akibatnya? kematian (Bil 21:6). Melupakan Allah sama saja melarikan diri dari kehidupan. Melupakan tindakan Allah yang telah memberikan kebaikan sama saja mematikan iman yang memberi hidup.  ... selengkapnya »

Salib adalah kekuatan Allah

(Keluaran 20:1-17, Mazmur 19, 1 Korintus 1:18-25, Yohanes 2:13-22)
 
Divisi/pembedaan sempit pernah terjadi di Gereja-Gereja Korintus. Jemaat begitu menokohkan pemimpin gereja masing-masing. Petrus, Paulus, Apolos, bahkan Kristus menjadi begitu “asing” satu sama lain. Paulus menanggapi hal ini. Baginya Allah tidak bekerja dalam kuasa, kompetisi dan kebanggaan diri manusia. Dunia manusia mencari hikmat, wisdom (sophia), sementara sebaliknya efektifitas Allah nampak dalam “kebodohan” (mōria).
 
Dengan jujur Paulus mengatakan sophia, atau “persuasi verbal” bukanlah pilihannya dalam mengabarkan Injil Kristus (1 Kor 1:17). Paulus tidak ingin agar pendengarnya terkesima semata-mata karena kemampuan berbicaranya (1 Kor 2:4-5). Menerima dan percaya kepada Injil Kristus bukanlah perkara intelektualitas belaka, tetapi menjadi sebuah aktualisasi yang nyata dalam kehidupan seseorang yang telah diperbarui karena karya penebusan dosa yang telah diterima saat Yesus mati di kayu salib (Lihat juga Yes 29:13-14).

Yang Menyelamatkan Nyawa akan Kehilangan Nyawa

Yang menyelamatkan nyawa akan kehilangan nyawa

(Kejadian 17:1-7, 15-16, Mazmur 22:23-32, Roma 4:13-25, Markus 8:31-38)

Sebuah tindakan iman telah dilakukan Abraham. Ia menyadari bahwa sumber pertolongan, kesejahteraan, kedamaian dalam kehidupannya bukanlah semata-mata berangkat dari apa yang dimilikinya saja. Allah-lah “Yang Maha Kuasa”! Bukan dirinya sendiri. Di dalam segala kerinduan terdalamnya, Abraham didatangi Allah yang menyelamatkannya (Kejadian 17:1-7, 15-16). Allah tidak pernah memandang hina ataupun merasa jijik melihat kesengsaraan orang yang tertindas, Allah tidak akan menyembunyikan wajah-Nya, Allah mendengar ketika orang itu berteriak minta tolong kepada-Nya (Mazmur 22:25).  ... selengkapnya »

Mesias, Motif dan Pemberian - Markus 12:35-44

Mesias bukan sekadar pemimpin politik
Yesus mengajarkan bahwa peran Mesias yang dinanti-nantikan oleh bangsa Israel dan para pemimpin agama mereka pada waktu itu, semestinya lebih dari pada sekedar seorang mesias yang menjalankan peran politik belaka. Dengan mengutip Mazmur 101:1, Yesus mempelihatkan nilai lebih dari sosok Mesias, bahkan dalam pandangan seorang Daud sekalipun. Mesias yang dijanjikan itu, (dalam hal ini Yesus berbicara tentang diri-Nya sendiri) peran hakikinya ialah membebaskan secara spiritual belenggu kemiskinan rohani umat. Yesus sebagai Mesias adalah Allah yang menjadi manusia. Ia lebih daripada sekedar menjadi keturunan Daud.

Berjalan di dalam Kebenaran Tuhan

Kejadian
9:8-17, Mazmur 25:1-10, 1 Petrus 3:18-22, Markus 1:9-15

Bergumul
antara hendak melakukan yang benar atau yang tidak benar. Mana yang menjadi kawan
dan mana yang menjadi lawan, kelihatannya itu yang (antara lain) menjadi jiwa
para pemazmur. Sekitar 72 pasal dalam Mazmur (hampir setengah dari keseluruhan)
 ... selengkapnya »

Syndicate content