bisa menerjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, dan sedikit
memparsing bahasa Ibrani dan Yunani. Lalu diperdalam dengan eksegeses
PL atau eksegeses PB tergantung kebutuhan.
2. Perangkat Peningkat
massa satu dengan yang lain. Di sini perlu terjadi dialog antara
redaktur artikel di media massa tersebut dan seorang penulis.
sedang ditulisnya. Tentu saja bahan yang dicari dan dibaca berkaitan
dengan temanya.
detail terhadap masalah yang sedang ditulisnya, sehingga bobot
akademisnya tampak jelas.
C. Berlatih Terus-menerus
tidak berarti memberikan separo hasil, atau bahkan tidak memberikan
hasil sama sekali. Bekerja, bekerja terus, dan bekerja keras merupakan
satu-satunya untuk memperoleh hasil pada akhirnya."
-Hamilton Holt
dengan bakat, maka itu merupakan kemungkinan pengganti yang paling
baik."
-James A. Garfield
Dua Pepatah di atas sebenarnya sudah bisa menjawab ulasan bagian ini,
jika kita mau berhasil, maka kita harus bekerja keras. Gagal sekali,
terus ulangi lagi. Gagal dua kali, ulangi lagi. Gagal tiga kali, ulangi
lagi. Kita harus terus-menerus mengulanginya, pasti suatu saat kita
akan berhasil. Karena Allah memang memberi kemampuan kepada kita untuk
berhasil.
Menulis, berarti kita memasuki dunia ketrampilan. Semakin sering
seseorang menulis, maka ia semakin trampil. Semakin trampil seseorang
menulis, maka ia semakin menghasilkan tulisan yang berbobot. Karena ia
harus trampil bertata bahasa dan EYD yang baik, juga trampil menuangkan
gagasan yang ada, trampil membaca kondisi masyarakat, trampil mencari
footnote, dan trampil untuk menperdalam masalah. Begitu juga kalau
seseorang harus belajar bahasa Inggris, Ibrani, dan Yunani, semakin
giat menghafalkan kata-kata baru dan melatih menerjemahkan, maka ia
semakin trampil menghasilkan terjemahan yang tepat. Begitu juga dengan
orang yang membuka Alkitab, semakin giat membuat Alkitab, maka ia paham
di mana letak kitab-kitab beserta pasal dan ayatnya. Untuk semua ini,
maka Holt dan Garfield menyarankan agar kita bekerja keras. Coba lagi,
coba lagi, coba lagi, dan coba terus!
D. Orentasi pada Publikasi
Kalau seseorang hendak membuat artikel, alangkah baiknya diorentasikan
untuk dipublikasikan di sebuah media massa. Dengan demikian, ia akan
melatih berpikir secara nasional demi kepentingan orang banyak. Di
samping itu, ia tidak asal menulis artikel, tetapi otomatis berpikir:
Berapa panjang halaman artikel? Tema-tema mana yang harus ditulis dan
ditajamkan? Ulasan yang bagaimana yang dibutuhkan oleh media massa yang
bersangkutan? Apakah footnote yang akan ditulis seperti menulis
footnote paper atau model, footnote yang ada dalam artikel? Apakah
harus memperlihatkan kutipan ayat, atau sama sekali menghilangkan,
bahkan diuraikan secara tersamar? Kapan artikel yang hendak ditulis ini
harus selesai: apakah harus mengejar aktualitas, atau tidak sama sekali?
Jadi, dengan berorentasi pada publikasi, maka kita secara otomatis
harus memenuhi apa yang dibutuhkan atau kriteria bagaimana yang harus
dimuat di media massa yang bersangkutan.
Hal ini bisa kita latih melalui sebuah proses pengenalan kita pada
artikel-artikel yang ada di media massa. Pengenalan ini tidak saja kita
mengadakan survei apa yang dibutuhkan media massa satu dengan yang
lain, tetapi alangkah baiknya bila kita juga mengenal redakturnya.
Dengan demikian, kita bisa selalu me-recheck apakah artikel yang sudah
kita tulis bisa dimuat di media tersebut, atau tidak. Dengan demikian,
kita jadi tidak ragu-ragu lagi untuk menulis artikel berikutnya untuk
media yang sama. Kalau toh artikel kita ditolak, kita juga tahu apa
sebabnya sehingga kita tidak ragu-ragu lagi untuk membetulkan artikel
yang ditolak tersebut untuk dikirimkan kembali ke media yang menolak
tadi.
E. Menguji Artikel dalam Lomba-lomba
Salah satu hal untuk mengenal karakter artikel yang dimuat di media
massa atau dianggap berkualitas, seseorang jangan ketinggalan untuk
tidak memperhatikan artikel-artikel juara lomba. Banyak perlombaan
penulisan artikel yang diadakan oleh berbagai departemen, yayasan, atau
lembaga lainnya. Hal ini membuat kesempatan bagi kita untuk mencoba
menguji artikel yang kita tulis dengan mengikuti lomba menulis artikel
tersebut.
Untuk mengetahui kapan, di mana, dan bagaimana ada lomba-lomba
penulisan artikel, kita perlu rajin-rajin membaca surat kabar atau
majalah, bahkan perlu juga kita sering melihat-lihat papan-papan
pengumuman di tempat-tempat tertentu seperti kantor pos, departemen-
departemen, pusat-pusat kebudayaan baik lokal maupun asing. Di situlah
kita sering menjumpai diadakan lomba-lomba kepenulisan. Bahkan, tidak
jarang universitas-universitas atau sekolah tinggi mengadakan lomba
penulisan artikel.
Seorang penulis artikel yang kreatif biasanya rajin mengikuti lomba-
lomba kepenulisan artikel. Meski temanya berbeda-beda, bahkan ada tema
yang tidak ia kuasai, tetapi karena ia sudah terlatih menulis artikel,
maka hal itu tidaklah sukar. Cukup ia mencari bahan-bahan yang hendak
ditulis dan dipelajari dalam beberapa hari, lalu ia menulisnya. Jangan
takut kalau kita kalah dalam lomba kepenulisan artikel. Juga jangan
putus asa. Biasanya setiap tahun lomba semacam itu diadakan kembali
oleh panitia yang sama. Untuk itu, kesempatan kita ikut kembali. Dan,
juga jangan sombong kalau menang, karena biasanya, peminat lomba
kepenulisan artikel tidak banyak. Biasanya tidak lebih dari 50 artikel
yang masuk, bahkan umumnya hanya 10 artikel yang masuk. Hal ini
tergantung pada tema yang dilombakan. Kalau temanya sulit, maka sedikit
yang ikut. Kalau saja artikel kita sudah menjadi artikel yang standar,
maka mudah sekali untuk bisa mendapatkan nomor. Biasanya salah satu
persyaratan untuk bisa ikut lomba penulisan artikel adalah "artikel
harus sudah dimuat di media massa" dalam batas tertentu. Artinya, kalau
kita hendak mengikuti lomba tersebut, maka artikel kita harus dimuatkan
dulu di media massa. Untuk ini, berarti kita harus memikirkan dua hal:
(1) persyaratan redaksi untuk dimuat di media massa; dan (2)
persyaratan lainnya yang diadakan oleh panitia lomba. Tapi hal ini
tidaklah memusingkan kepala. Lagi- lagi, kalau kita sudah terbiasa
menulis artikel di media massa, semuanya jadi mudah sekali.