Akibat Dosa

[?] Apakah yang terjadi ketika manusia pertama (Adam) jatuh dalam dosa? Apakah akibat dari kejatuhan ini bagi seluruh manusia keturunannya? Apakah bedanya dosa manusia pertama dengan dosa yang kita perbuat sekarang? Dosa manakah yang ditebus Kristus ketika kita menerima Dia sebagai Juruselamat?

Apakah yang terjadi ketika Adam jatuh dalam dosa?

Ketika manusia pertama, Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, maka “gambar Allah” di dalam diri mereka menjadi rusak. Maksudnya, “mereka kehilangan kemuliaan Allah,” “tidak kudus,” “berdosa,” “terputusnya hubungan persekutuan (Allah yang kudus > ‘bertolak’ < Manusia berdosa),” dan “permusuhan”. Jika awalnya, mereka diciptakan dengan status yang “baik”, maka setelah kejatuhan itu, Adam dan Hawa berstatus berdosa dan “mati”; baik secara rohani jasmani dan jasmani. Keturunannya juga menanggung status yang sama.

Selain itu, dalam kejatuhan ini, Adam dan Hawa diusir dari Taman Edan dan menanggung kutuk dari Allah (baca, Kej. 3:17-19); Adam susah mencari nafkah, Hawa sakit bersalin, tetapi birahi yang tinggi dan “semua mahluk” hidup dalam berbagai-bagai kesusahan dan penderitaan (Rom. 8:20). Dosa Adam berakibat buruk secara universal dan efektif mempengaruhi segala hal. Segala kesusahan dan sakit-penyakit di muka bumi ini adalah akibat dosa Adam. Karena dosa dan pelanggaran Adam, semua orang menjadi berdosa; termasuk bumi ini menjadi tandus dan penuh dengan semak-belukar.

Apakah bedanya dosa Adam dan dosa karena Perbuatan kita?

Dosa pertama disebabkan oleh tipu daya Iblis terhadap Hawa dan kemudian kepada Adam. Iblis menggoda mereka untuk tidak taat dan melawan perintah Allah. Akibatnya, mereka jatuh dan berdosa terhadap Allah. Dosa akibat pelanggaran pasangan manusia pertama ini, disebut “dosa warisan”. Artinya, dosa yang ditanggung oleh “semua ras manusia” yang secara biologis lahir dari keturunan manusia. Karena masing-masing orang adalah bagian dari ras manusia (‘human being’), maka, semua orang, secara ‘korporat’ ada di dalam Adam; anak cucu Adam, adalah pewaris sah yang menurunkan dosa itu. Semua orang, baik dahulu, sekarang, dan yang mendatang, ada di dalam Adam. Semua orang tidak bisa memilih untuk tidak mewarisi dosa dan akibatnya itu.

Dosa warisan, dari Adam ini berdampak luas dan bersifat mengikat sehingga berpotensi menyebabkan semua orang cenderung berdosa lagi secara individual. Dosa-dosa (‘plural’) individual ini adalah dosa-dosa karena tindakan pribadi; manusia, orang per orang (baik ‘man’ atau ‘women’). Dosa-dosa individual ini adalah akibat pelanggaran terhadap Hukum Allah; baik yang tertulis (“Taurat”) dan yang tidak tertulis (“hati nurani”, Rom. 2:15).

Kecenderungan dosa-dosa pribadi ini timbul akibat “buah pengetahuan baik dan buruk” dan efek dosa warisan yang cenderung mengarahkan semua orang kepada tindakan buruk, ketidaktaatan dan dosa. Selain itu, perbuatan berdosa ini juga seringkali dimotivasi oleh keinginan dari pribadi manusia yang sudah rusak itu sendiri.

Semua orang, “seharusnya” dapat memilih untuk “tidak berdosa” secara individual. Tetapi, Alkitab telah mengklaim bahwa semua orang telah berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Rom. 3:23); jadi, semua orang tahluk kepada kondisi berdosa. Namun, bagaimana pun juga, dosa-dasa pribadi ini akan dipertanggungjawabkan secara pribadi pula.

Dosa manakah yang ditebus Kristus ketika kita menerima Dia sebagai Juruselamat?

“Dan kamu tahu, bahwa Ia telah menyatakan diri-Nya, supaya Ia menghapus segala dosa, dan di dalam Dia tidak ada dosa.” (1 Yoh. 3:5)

Dosa yang ditebus oleh Kristus ketika kita menerima Kristus adalah semua dosa; termasuk dosa warisan dan dosa individual. Mat. 9:6, "Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa," secara komplit! Bukankah, karena Adam yang pertama, semua manusia berdosa, maka, karena Adam yang Kedua, yaitu Kristus, semua orang yang mau, yang pindah kewarganegaraan ke Kerajaan Sorga, beroleh pembenaran! Rom. 5:18-19, “Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup. Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar.”

Catatan Tambahan:

Kasus 1: Orang percaya jatuh ke dalam dosa lagi; apakah masih diampuni?


Kalau mereka bertobat, mereka pasti diampuni dan tidak, sebaliknya. Alasannya, adalah “Tuhan itu kasih”, sehingga semua orang yang dengan sungguh memohon ampun kepada-Nya pasti akan diampuni. Pernyataan kasih dan peringatan ada di Ibr. 6:4-7 ini, “Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia sorgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus,dan yang mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang, namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di muka umum.

Namun, jangan lupa, bahwa di Gal. 6:7, tertulis: "Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya." Artinya, walaupun Allah Maha Pengampun, bila kita sengaja mengulangi perbuatan dosa setelah mengenal kebenaran, maka sama artinya mempermainkan Allah dan melecehkan penebusan Kristus.

Kasus 2: Mengapa orang percaya perlu meminta pengampunan setiap hari?

Tindakan selalu memohon pengampunan dosa bermakna: (1) mengakui bahwa kita orang bersalah, baik karena dosa warisan maupun karena dosa sehari-hari. (2) memohon agar Allah mengampuni kegagalan kita yang terjadi tiap-tiap hari. (3) memohon damai sejahtera serta sukacita, sambil menambahkan keyakinan kita akan pengampunan yang telah kita terima. (4) sebagai proses pembaharuan. "...karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya.” (Kol. 3:9-10).

Kasus 3: Apakah kita menanggung dosa ‘perbuatan’ orang lain –- Selain dosa warisan?

Kecuali karena kondisi korporat -– solidaritas mahluk manusia -- yang menyebabkan semua orang menanggung dosa warisan karena Adam, maka, dalam hal dosa-dosa individual, setiap orang akan mempertanggung-jawabkannya secara pribadi. Tidak bisa mewakili atau diwakili oleh pihak lain. Seperti dikatakan dalam Yeh. 18:20, “Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya.”

Tetapi, karena begitu besar kasih Allah akan manusia, dan Ia tahu bahwa manusia tidak berdaya karena dosa-doanya, maka Yesus rela menjadi kutuk karena dosa-dosa dan pelanggaran kita. Ia menggantikan hukuman kita secara penuh. Gal. 3:13, Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!"

Namun, sebagai peringatan! Ada ‘kutuk’ akibat “dosa tertentu” yang harus ditanggung beberapa generasi. Biasannya karena pelanggaran atas suatu “perjanjian” atau “kesepakatan” tertentu oleh dua pihak –- masalah yang besifat kasustik. Baca, misalnya di: Ul. 5:9 dan 23:2.

Demikian.

Kontributor:

Anton Priyadhi - Chatty Mintje - Christian Yanto - David Ho - Dedy Yanuar - Dwi Wong - Ivan Hariman – Iwan – Joshua - Lilik Sulistiawati - Loudy Rauan – Oktavianus - Victor Prahara - Yohanna Prita Amelia – Yuli - Yulien Djong - Yuli Rahayu - Evelyn Natalia - Gerard Binilang

Sola Gratia,
Riwon Alfrey

Kategori: Teologi

Keywords Artikel: Doktrin, Dosa

Topic Artikel: Teologi dan Alkitab