Manusia Jatuh Kedalam Dosa Pada zaman PL, Allah membangun sebuah bangsa untuk menjadi tiang penopang dan dasar kebenaran. Fungsi bangsa ini adalah untuk menjaga ibadah yang Allah perintahkan untuk dilakukan manusia supaya tetap ingat pada janji Allah untuk mengirim Juruselamat. Janji untuk mengirim Juruselamat pertama kali Allah ucapkan kepada Adam dan Hawa sesaat setelah mereka jatuh ke dalam dosa. Supaya jika mereka mati mereka tidak dihukumkan di Neraka bersama dengan iblis, Allah berencana menanggung dosa mereka, bahkan dosa semua manusia (Yoh.1:29). Ia akan berinkarnasi (kenosis) dalam Filipi pasal dua kata ini diterjemahkan dengan “menghampakan” diri, menjadi manusia dan akan dihukumkan di kayu salib. Pilatus menyangka bahwa dialah yang memutuskan melepaskan atau menyalibkan Yesus. Padahal Tuhan Yesus berkata kepadanya bahwa ia tidak berkuasa sedikit pun (Yoh.19:11) atas diriNya. Peristiwa penyaliban Kristus adalah keputusan Allah untuk menjatuhkan hukuman atas dosa seisi dunia. Sebelum Sang Juruselamat tiba, Allah perintahkan Adam dan Hawa melakukan ibadah simbolik, yaitu menyembelih seekor domba di atas mezbah, tentu sambil beriman kepada Sang Juruselamat yang disimbolkannya, sebagai tanda bahwa dosa mereka akan ditanggung oleh Sang Juruselamat yang disimbolkan oleh domba itu. Jadi, Adam dan Hawa dan setiap orang yang hidup sebelum penyaliban Kristus akan diselamatkan apabila mereka beriman kepada Sang Juruselamat sambil menyembelih seekor domba untuk menggambarkannya. Sampai pada zaman Nuh hampir tidak ada orang yang melakukannya lagi kecuali Nuh. Itulah sebabnya Allah berkenan kepada Nuh dan menghapus semua manusia kontemporernya. Hal pertama yang dilakukan Nuh setelah keluar dari bahtera adalah mempersembahkan domba bakaran dan Tuhan bersukacita ketika mencium baunya. Pada saat itu ayah berfungsi sebagai imam bagi keluarganya dan tentu sebagai tiang penopang dan dasar kebenaran juga. Jika seorang ayah tidak becus, maka anak-cucunya bisa dalam bahaya besar, mereka bisa masuk Neraka. Setelah peristiwa menara Babel, manusia tersebar sesuai dengan kelompok bahasanya. Dan makin hari makin banyak ayah yang tidak bertanggung jawab sehingga tidak mengajarkan kebenaran kepada anak-cucu mereka. Bangsa Yahudi Tiang Penopang Pada saat kondisi seperti inilah, Allah membangun sebuah bangsa untuk menjadi tiang penopang dan dasar kebenaran menggantikan posisi ayah, dan mengangkat Harun beserta keturunannya sebagai imam. Pada awalnya Allah sendiri adalah raja mereka, tetapi kemudian mereka meminta raja dan Allah mengabulkan kehendak hati mereka dan otomatis tugas dan tanggung jawab sang raja yang paling utama ialah memastikan ibadah simbolik yang Allah sempurnakan di Sinai (kemah Tuhan) terlaksana dengan baik. Daud sangat disayang Tuhan karena ia sangat memperhatikan tugas utamanya yaitu bukan hanya menjaga ibadah itu melainkan menggantinya dari bentuk tenda yang gampang rusak menjadi rumah (bait) yang lebih permanen. Tuhan sungguh-sungguh mengasihi Daud karena ia memperhatikan hal yang paling diperhatikan Tuhan. Sementara itu Saul sangat dibenci Tuhan karena ia “menciderai” ketetapan Tuhan. Yang boleh mempersembahkan korban hanyalah imam, tetapi karena didesak-desak oleh rakyat akhirnya Saul memberanikan diri melakukannya sebelum Samuel datang. Saul dianggap gagal oleh Tuhan karena tidak bisa berdiri teguh menghadapi desakan rakyat. Pada masa dari Hukum Taurat diturunkan di gunung Sinai hingga Yohanes Pembaptis tampil (Luk.16:16, Mat.11:13-14), adalah masa periode bangsa Yahudi sebagai tiang penopang dan dasar kebenaran. Tuhan menetapkan hukum yang sangat keras atas bangsa ini; seperti mata ganti mata dan jika ada yang berzinah maka harus dirajam dan berbagai ketentuan yang sangat keras. Semua ini dilakukan Allah hanya agar tiang penopang dan dasar kebenaran (bangsa Yahudi) menjadi bangsa yang betul-betul tidak terkontaminasi iman lain. Segala bentuk penyembahan berhala, bahkan petenung harus dimatikan. Segala macam ketetapan makanan untuk mensimbolkan bahwa mereka adalah bangsa yang kudus, dibuat Tuhan. Dengan kata lain, semua bangsa lain di muka bumi yang ingin mendapatkan kebenaran ilahi harus mengarah ke bangsa Yahudi (I Raj.10:1-13, Kis.8:2638). Apakah Saul lebih berdosa daripada Daud? Sama sekali tidak! Lalu mengapakah Tuhan lebih sayang Daud daripada Saul? Jawabnya adalah Daud melakukan dosa moralitas, yaitu berzinah dan membunuh orang yang tidak bersalah. Tetapi Saul melakukan dosa doktrinal, yaitu mempersembahkan korban bakaran padahal itu adalah tugas seorang imam. Jemaat PB adalah Tiang Penopang Sejak Yohanes Pembaptis tampil (Mat.11:13-14), maka tugas bangsa Yahudi sebagai tiang penopang dan dasar kebenaran berakhir, karena Sang Juruselamat yang disimbolkan oleh semua rangkaian tata-ibadah simbolik telah tiba. Dengan kata lain, fungsi ibadah simbolik telah tergenapi. Sang Juruselamat mengumpulkan murid yangdisebut JEMAAT (ekklesia) yang tadinya dikumpulkan oleh Yohanes Pembaptis tetapi kemudian dipimpin oleh Sang Juruselamat sendiri. Fungsi jemaat ini sangat penting terlebih setelah penolakan bangsa Yahudi atas Sang Juruselamat dunia yang sekaligus akan menjadi raja mereka. Karena mereka menolakNya menjadi raja mereka, maka untuk suatu waktu Ia tidak menjadi raja mereka, tetapi Ia tetap adalah Juruselamat dunia. Setiap manusia berdosa yang bertobat dan percaya kepadaNya, semua dosanya akan dihitungkan telah tertanggungkan kepadaNya ketika Ia terhukum di kayu salib dan turun ke Neraka. Selanjutnya Tuhan menjadikan murid-muridNya, yang kumpulan mereka disebut JEMAAT, dan disebutNya juga sebagai tubuhNya, sebagai tiang penopang dan dasar kebenaran menggantikan posisi bangsa Yahudi (ITim.3:15). Ibadah simbolik dihapuskan dan digantikan dengan ibadah hakekat (Ibr.10:1dst.) Atau beribadah secara lahiriah jasmaniah digantikan dengan ibadah di dalam roh (rohani/hati) dan kebenaran. Tiap-tiap orang percaya adalah imam dengan Tuhan Yesus sebagai imam besar (I Pet.2:9,Ibr.4:14-5:9). Tuhan menetapkan aturan-aturan bagi Jemaat-Nya yang juga disebut dengan tubuh-Nya yang berbeda dari bangsa Yahudi. Kitab PL adalah latar belakang yang memberitahukan kita tentang perjalanan ibadah dari simbolik ke hakekat. Kitab PB adalah pengajaran yang harus difahami dan dijalankan oleh jemaat Perjanjian Baru yang berfungsi sebagai tiang penopang dan dasar kebenaran. Setiap orang yang bertobat dan percaya kepada Injil harus bergabung ke dalam sebuah jemaat lokal untuk membuat jemaat lokal selalu eksis hingga Tuhan datang. Tiang penopang dan dasar kebenaran ini harus kokoh kuat hingga Tuhan mengangkatnya. Jemaat atau tiang penopang kebenaran harus sungguh-sungguh berdiri di atas firman Tuhan, tidak boleh bergoyang dan harus berjalan lurus, tidak boleh menyimpang ke kiri atau ke kanan. Hal yang terpenting pada zaman ini adalah bahwa Jemaat Perjanjian Baru ini adalah kelompok orang yang berdisiplin tinggi. Anggota jemaat tiang penopang adalah terdiri dari orang-orang yang bertobat dan percaya, bukan karena keturunan, apalagi karena paksaan atau hasil intimidasi. Bahkan jika ada yang bersalah setelah ditegur tidak mau bertobat harus diusir atau dikeluarkan (Mat.18:15-20, I Kor.5:13). Dosa Yang Paling Besar Kalau dosa Saul dianggap sangat besar, bahkan lebih besar dari dosa Daud yang membunuh dan berzinah, maka di zaman Perjanjian Baru ini tidak ada dosa yang lebih besar daripada dosa membawa jemaat menyimpang dari kebenaran atau menganiaya jemaat. Wahai Pemberita Injil, Pengajar Alkitab, atau apa saja sebutan anda (pendetakah, penginjilkah, atau guru), camkanlah, jika anda berkompromi dan menyesatkan orang atau menyebabkan penghargaan orang terhadap Alkitab menurun, ITU ADALAH KESALAHAN YANG TERBESAR. Dan pada zaman PB, dimana menetapkan Jemaat LokalNya sebagai tiang penopang dan dasar kebenaran, adalah terdiri dari orang-orang yang bertobat dan percaya kepada Injil (lahir baru), bukan karena keturunan apalagi hasil intimidasi. Penulis mendapat laporan dari alumni yang pergi membangun jemaat, bahwa mereka mendapat intimidasi dari orang-orang Kristen bahkan “pendeta”, supaya tidak membangun jemaat di wilayah mereka. Aneh tapi nyata! Siapakah yang mematok yang ini wilayahnya denominasi ini? Mengapa mereka menjaga jemaat mereka dengan pengajaran, melainkan dengan cara intimidasi? Anggota jemaat yang tetap di sebuah gereja bukan karena yakin bahwa gereja itu melainkan tidak berani pindah karena diancam akan dianiaya, tindakan mereka sekaligus membuktikan bahwa ia sedang di dalam gereja yang tidak benar! Dan tindakan para pemimpin gereja demikian membuktikan mereka bukan murid Kristus yang cinta damai, melainkan murid orang-orang Farisi, atau murid para imam yang menyalibkan Yesus Kristus. Bukankah orang-orang yang kita gembalakan adalah milik Tuhan, bukan milik kita? Bukankah mereka adalah domba Tuhan, bukan domba kita? Mengapa ada “pendeta” yang menuduh “pendeta” lain mencuri dombanya? Tidakkah “pendeta” yang kehilangan domba perlu merenung, siapa tahu kepergian dombanya adalah suatu teguran Tuhan agar ia melakukan introspeksi. Intinya, TIDAK ADA MURID TUHAN YANG MELAKUKAN KEKERASAN UNTUK MEMPERTAHANKAN JEMAAT/UMAT. Apalagi yang namanya menyerang orang yang sedang belajar Alkitab, atau sedang bernyanyi memuji Tuhan, itu adalah dosa yang sangat besar yang bukan terhadap manusia tetapi terhadap Tuhan. Karena ketika sekumpulan orang bernyanyi dan belajar firman Tuhan, itu adalah tubuh Tuhan. Siapapun yang menyerang mereka adalah menyerang tubuh Tuhan, atau menyerang TUHAN. Yang lebih buruk lagi adalah orang Kristen yang memakai tangan pemerintah untuk menindas orang lain. Orang Kristen demikian perlu membaca ulang-ulang I Korintus 6:1. Pemerintah tidak berhak menentukan pengajaran yang ini salah dan yang itu benar. Tugas pemerintah ialah menjaga, melindungi rakyat dari tindakan kejahatan. Jika saya percaya bahwa komputer saya adalah Tuhan, itu hak saya, dan tidak ada urusannya dengan orang lain. Dan jika saya memberitahukan orang lain dan orang itu juga mau ikut percaya bahwa komputer saya adalah Tuhan, itupun tidak ada urusan dengan pemerintah. Tetapi jika saya memukul orang, menipu uang orang, berbuat mesum, atau apapun yang bersifat pidana, barulah pemerintah berhak turun tangan. Kebebasan mempercayai sesuatu, bahkan pindah gereja adalah HAK ASASI MANUSIA. *** Sumber: PEDANG ROH Edisi 44 Tahun XI Juli-Agustus-September 2005