Keselamatan Jiwa

[?] Mengapa manusia perlu diselamatkan? Mengapa hanya di dalam Kristus saja kita dapat diselamatkan? Dan, adakah jalan lain, selain percaya kepada Kristus?

Pada awalnya Allah bergaul bersama manusia. Suatu ketika, manusia jatuh ke dalam dosa. Akibat dosa ini, manusia harus berpisah dengan Allah. Dosa telah menjadi penghalang antara manusia dengan Allah.

Karena dosa, semua manusia, dalam keturunan Adam, telah jauh dari Allah. Keberdosaan Adam telah menyebabkan bencana kemanusiaan secara total -- mati rohani dan jasmani. Adam dan keturunannya telah ditahlukkan ke dalam maut dan ketidakberdayaan (Rom. 3:23; 5:12). Manusia sudah tidak berdaya, bahkan untuk menyelamatkan diri sendiri. Manusia sudah “mati” di dalam dosa-dosanya. Kondisi “mati” inilah yang membuat manusia sangat membutuhkan keselamatan. Manusia perlu untuk diselamatkan. Diselamatkan, artinya, “tidak dibiarkan mati” atau “dibebaskan dari penghukuman” yang berakibat kematian.

Bersyukur kepada Allah, karena tidak selamanya manusia yang telah berdosa dibiarkan dalam ketidakberdayaannya. Alkitab mengatakan, “Allah begitu mengasihi manusia...”(Yoh. 3:16). Atinya, Allah tidak membiarkan ketidakberdayaan manusia karena pelanggarannya itu. Allah masih mengasihi dan simpati kepada manusia. Karena kasih-Nya ini, Allah merencanakan tindakkan penyelamatan. Allah mengetahui bahwa manusia memerlukan keselamatan; itu artinya, hanya Allah yang dapat memberikan pertolongan itu. Tindakan Allah menurut Alkitab adalah, “Ia mengutus Yesus sebagai Pengantara antara Bapa dengan manusia.”

Yesus Kristus adalah pengantara untuk jalan penyelamatan manusia (1 Tim. 2:5). 1 Yoh. 2:1, “…jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil.” Pengertiannya, bahwa Allah sendiri yang menjadi manusia dalam Kristus Yesus. Allah menjadi manusia agar tindakkan penyelamatan itu dipahami oleh manusia. Kristus datang untuk menyediakan dua perkara yaitu pengampunan dosa dan Kemerdekaan atas dosa. Kemerdekaan itu kita peroleh dengan menerima Kebenaran yang memerdekakan kita dari dosa (Ams. 12:28, Yoh. 8:31-32).

Yesus Kristus sebagai Pengantara dan Penebus yang adalah manusia sejati dan benar, tetapi yang kekuatan-Nya melebihi segala makhluk, artinya yang juga Allah yang sejati. Yesus adalah Pengantara kita, dan wujud nyata tindakan kasih karunia Allah untuk penyelamatan manusia. Tidak ada cara lain lagi! Kitab suci merangkum tindakan penyelamatan ini, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yoh. 3:16). Yesus Kristus, yang telah dikaruniakan oleh Allah kepada kita untuk menjadi hikmat, kebenaran, pengudusan, dan penebusan yang sempurna bagi kita. Demikian, keselamatan adalah tindakan anugerah Allah melalui perantaraan Yesus Kristus; bukan yang lain.

Keselamatan hanya bisa diperoleh dengan percaya dan dilahirkan kembali di dalam Kristus oleh Roh Kudus. Keselamatan ini harus diresponi dengan iman yang sejati. Iman yang sejati adalah keyakinan atau pengetahuan yang pasti yang membuat kita mengakui sebagai kebenaran segala sesuatu yang dinyatakan Allah kepada kita di dalam Firman-Nya, dan juga kepercayaan yang teguh, yang dikerjakan dalam hati kita oleh Roh Kudus, melalui Injil. Isi iman kita ialah bahwa pengampunan dosa dan kebenaran serta keselamatan yang kekal telah dikaruniakan tidak hanya kepada orang lain saja, tetapi juga kepada diri kita sendiri, oleh rahmat Tuhan semata-mata, hanya berdasarkan jasa-jasa Kristus saja.

Tidak semua orang akan diselamatkan, tetapi hanya mereka yang oleh iman yang sejati dijadikan anggota tubuh-Nya dan menerima seluruh karunia-Nya. Allah sudah mengetahui sebelumnya, bahwa ada individu yang menolak anugerah keselamatan dan mereka itu telah ditentukan untuk binasa. Dasarnya adalah, “Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.” (Mark. 16:16)

Keselamatan itu tetap dan selamanya. Orang yang benar-benar dilahirkan kembali, tidak mungkin kehilangan keselamatannya. Jika seseorang yang “dinyatakan” telah bertobat dan lahir baru serta telah menerima segala “berkat rohani”, tetapi jatuh dan terhilang; hal itu menunjukkan bahwa, memang sejak semula ia adalah seorang yang tidak percaya atau tidak termasuk dalam rencana keselamatan Allah. Artinya, kelihatannya saja, ia adalah orang percaya, tetapi pada dasarnya, Allah tidak berkenan kepadanya.

Renungan Tentang Pengajaran Keselamatan

(1). Keselamatan kita semata-mata karena "pemberian sepihak" oleh Allah. Dengan catatan yang harus selalu kita ingat, bahwa "Allah tidak wajib atau harus menyelamatkan kita." Ia hanya menyelamatkan sesuai kesenangan-Nya.

(2). Lahir baru adalah bukti keselamatan yang sesuai dengan janji Allah dalam diri pribadi yang telah ‘terselamatkan’. Manusia yang setelah dilahirbarukan oleh Allah akan diberikan kemampuan untuk 'merubah arah' dan mengenal pencipta-Nya secara pribadi, takut akan Nama-Nya, taat pada-Nya, rindu menjalankan semua hukum dan ketetapan-Nya, mencari-Nya dengan sungguh-sungguh dengan segenap hati, jiwa dan akal budi serta menjauhi larangan-Nya. Dia akan mampu mengambil keputusan untuk mematikan segala keinginan daging dan bertekad untuk hidup senantiasa mengikuti kehendak-Nya. (2 Kor. 15:7).

(3). Keputusan Allah untuk menyelamatkan sebagian orang dan membiarkan sebagian lagi binasa bukan karena Allah tidak adil, tetapi untuk menunjukkan bahwa keputusan-Nya adalah di atas segala-galanya; mutlak dan berdaulat -- keputusan keadilan tertinggi dan "tak terselami". Bukankah pada Hari Penghakiman, akan ada dua golongan manusia; golongan yang "diselamatkan" dan "yang dihukum"? Apakah kita bisa berdalih? Tidak! Selain karena kita memang "pantas" menerima hukuman, namun, kita juga karena kita hanyalah "tanah liat" di tangan Penjunan, Allah sendiri. Kita, di satu pihak mengharapkan belas kasihan, tetapi di pihak lain sedang menunggu keputusan kekal dari Allah.

Realitasnya, kedua golongan ini bukanlah tidak terdeteksi saat ini. Bukankah Firman Tuhan jelas, "yang percaya Yesus diselamatkan dan yang tidak, akan dihukum." Selebihnya, untuk menilai apakah orang tersebut "sudah" masuk dalam hidup dan rencana keselamatan Allah? Lihatlah dari perbuatannya. Apakah ia berkenan kepada Allah atu tidak. "dari buah-buahnyalah engkau menilai, apakah pohon itu baik atau jelek."

(4). Jika seseorang yang "dinyatakan atau terlihat" telah bertobat dan lahir baru serta telah menerima segala "berkat rohani", tetapi jatuh dan terhilang; hal itu menunjukkan bahwa, memang sejak semula ia adalah seorang yang tidak percaya atau tidak termasuk dalam rencana keselamatan. Artinya, kelihatannya saja, ia adalah orang percaya, tetapi pada dasarnya hatinya menjauh dari Allah dan hidup dalam dosa. Dengan demikian, Allah tidak berkenan Menyelamatkannya. Dengan ini, "Hendaklah masing-masing orang menguji dirinya sendiri; apakah ia berkenan kepada Allah atau tidak?"

(5). Keselamatan yang kita responi berdasarkan dorongan Roh Kudus itu harus dikerjakan dengan benar. Karena sikap dan tindakan benar yang keluar dari hidup orang percaya seringkali menunjukkan bahwa ia 'setuju' dengan kehendak Allah.

(6). Kesulitan orang Kristen menerima 'misteri' pengajaran tentang keselamatan Alkitab ini adalah karena "ia memang merasa tidak pantas untuk diselamatkan". Selain itu, "karena ada juga yang tidak mampu menyelami betapa murah hati-Nya Allah di satu pihak", ketika Ia menyelamatkan seseorang.

(7). Pertanyaan "Apakah aku selamat?" adalah renungan yang memotivasi kita untuk bersungguh-sungguh dengan keyakinan dan tanggungjawab kita di hadapan Allah, Pencipta kita. Apalagi setelah kita mengetahui kebenaran itu!

Jadi, semua orang memerlukan keselamatan. Keselamatan adalah kasih karunia Allah. Keselamatan datang melalui dan disediakan oleh Yesus Kristus. Apakah Anda sudah diselamatkan?

Demikian.

Kontributor:

Anton Priyadhi - Chatty Mintje - Christian Yanto - David Ho - Dedy Yanuar - Dwi Wong - Ivan Hariman – Iwan – Joshua - Lilik Sulistiawati - Loudy Rauan – Oktavianus - Victor Prahara - Yohanna Prita Amelia – Yuli - Yulien Djong - Yuli Rahayu - Evelyn Natalia - Gerard Binilang


Sola Gratia,
Riwon Alfrey

Kategori: Teologi

Keywords Artikel: Doktrin, keselamatan

Topic Artikel: Teologi dan Alkitab