Seorang pria sukses tinggal di tanah Us. Pria ini memiliki keluarga yang sangat bahagia dan memiliki kemakmuran yang sangat melimpah. Pria ini juga punya hikmat dan takut akan Tuhan. Tiba-tiba... "Orang-orang Syeba merampas lembu dan sapimu", teriak pesuruhnya. "Api dari langit membakar habis kambing domba dan penjaganya", seru seorang pesuruhnya yang lain. "Orang-orang Kasdim merebut unta-untamu", seru seorang yang lain. "Anak-anakmu tertimbun reruntuhan rumah", teriak hambanya lagi. Malapetaka! Belum selesai keluarga dan kekayaannya hancur, pria ini tertimpa penyakit aneh. Kehancuran! Tak seorangpun bisa mengucapkan sesuatu, karena mereka melihat penderitaan yang begitu hebat atas seorang yang bernama Ayub.
Kebesaran Tuhan Ada di atas Pengertian
Mengapa seorang Ayub yang disebut takut akan Tuhan masih bisa tertimpa bencana yang begitu hebat? Mengapa Ayub yang disebut berhikmat masih bisa celaka? Apa sesungguhnya tujuan Tuhan menguji Ayub? Ayub memang seseorang yang takut akan Tuhan, tetapi Ayub juga seseorang yang menganggap dirinya lebih benar dari Allah (Ayub 32:2b). Tuhan memberikan Ayub hikmat dan akal budi yang besar (Ayub 34:2) dan rupanya Ayub membangun "kebenaran" yang dia anggap paling benar. Pada awalnya Ayub memang menyatakan kebenaran Tuhan (Ayub 1:22; Ayub 2:10). Tetapi saat dia berdebat dengan ketiga temannya, kemurnian pengertiannya akan kebenaran Tuhan mulai diuji. Kita akan menemui pengertian Ayub yang semakin lama ternyata semakin tidak benar. Ternyata Ayub menyimpan sikap menomerduakan kebesaran Tuhan. Mungkin Ayub tidak menyadari sikapnya sendiri, karena itulah Tuhan bermaksud menyadarkan Ayub agar dia kembali mengagungkan nama-Nya di atas pengertiannya sendiri.
Tuhan kita adalah Tuhan yang maha besar, dan dasar dari rasa takut akan Tuhan adalah dengan melihat kebesaran Tuhan dalam hidup kita. Seringkali kita membatasi diri dan menilai segala sesuatu dengan pengertian kita sendiri. Saat kita mulai membatasi diri dengan pengertian kita, maka kita mulai melupakan kebesaran Tuhan. Saat kita mulai melupakan kebesaran Tuhan, maka pada saat itulah kita mulai mengurangi rasa takut akan Tuhan.
Mungkin pengertian yang kita miliki memang benar dan tidak menyimpang dari prinsip-prinsip Tuhan. Masalahnya bukan pada pengertian itu sendiri. Masalah utamanya adalah sikap kita dalam memegang kebenaran itu. Sikap yang menganggap pengertian kita terbenar dan terhebat, secara tidak sadar, akan membuat "Kebesaran Tuhan" menjadi nomor dua. Nomor satunya adalah "Kebesaran diri sendiri". Kebesaran Tuhan itu melebihi pikiran kita, sementara kemampuan Tuhan dalam mengerjakan segala sesuatu melebihi jangkauan pengertian kita. Oleh sebab itu kita harus menjauhi sikap membanggakan pengertian kita. Hal yang paling menyedihkan, bila kita menganggap kebenaran dalam diri kita adalah yang terbaik. Sementara pada waktu yang sama, kita tidak mau dimurnikan dan bertumbuh dalam wawasan pola pikir yang lebih luas.
Mungkin kita adalah seorang Kristen yang sudah lama dan mengerti kebenaran Firman Tuhan. Mungkin pula secara tidak sadar, kita menyimpan sikap memegang pengertian sendiri dengan kuat. Alangkah baiknya jika kita memeriksa diri kita. Apakah pengertian yang kita miliki, benar-benar murni dan tidak membatasi Tuhan? Pada waktu kita mulai berinstropeksi diri dan mulai bertobat saat menemukan sikap-sikap menomorduakan kebesaran Tuhan, Tuhan akan mencurahkan berkatberkat-Nya lebih besar lagi. Ayub melakukan hal itu. Tuhan berfirman untuk menyadarkan Ayub. Ayub berintropeksi diri. Ayub menemukan kesalahannya. Ayub bertobat, dan Tuhan memulihkannya dengan berkat ganda. Bayangkan seandainya Ayub tidak mau bertobat. Keadaannya akan tetap menyedihkan. Bayangkan seandainya kita tidak bertobat saat Tuhan memberi tahu kesalahan kita. Keadaan kita akan menjadi sangat menyedihkan, yaitu tenggelam dalam kepicikan dan kekerdilan. Langkah-langkah sederhana pertobatan Ayub yang dia lakukan dan patut kita contoh adalah:
Jangan berbantahan atau tetap memegang prinsip kita yang keliru, saat Tuhan berbicara dan hendak memulihkan kita.
Saat Tuhan menyadarkan kekeliruan pengertian Ayub, dia langsung mengakui kesalahannya.
Ayub tidak hanya mengakui dosanya, tetapi ia menyesal atas segala kesalahannya.
Tuhan adalah Allah yang maha besar dan absolut. Dia tidak bisa dibatasi oleh pengertian manusia. Oleh sebab itu kita harus membuka diri terhadap setiap ajaran dan peringatan Tuhan. Selain itu kita tidak boleh membatasi diri dalam pengertian kita sendiri.
"Siapakah yang dapat mengetahui kesesatan? Bebaskanlah aku dari apa yang tidak kusadari." (Mazmur 19:13)
Diambil dari:
Nama buletin: Empowering, Mei-Juni 2001
Penulis: Tri M
Halaman: 3
Comments
Pengertian Tuhan
Sat, 05/07/2008 - 18:21 — AnonymousDi dalam artikel disebutkan bahwa Tuhan tidak bisa dibatasi oleh pengertian manusia artinya Tuhan sejatinya tidak sama dengan apapun yang terlintas di dalam kehidupan manusia, tetapi kenyataannya kita membatasi Tuhan ke dalami sosok manusia ( Yesus ), penjelasannya bagaimana ?
Tks, Hamba Tuhan