Textum Receptum (TR) adalah naskah PB yang dipakai oleh orang-orang Kristen di seluruh dunia, dan diterjemahkan ke berbagai bahasa oleh misionaris modern yang dipelopori oleh misionaris Baptis, William Carey, ke India dan akhirnya banyak misionaris ke seluruh penjuru dunia. Selama kurang lebih 380 tahun, Iblis tidak menemukan cara untuk menghalangi tersebarnya firman Tuhan ke seluruh dunia walaupun dilakukannya juga serangan kecil-kecilan yang tidak membawa efek terhadap TR.
Serangan yang kelihatannya memakan banyak korban adalah yang dilakukan Iblis melalui dua orang, yaitu Brooke Foss Westcott seorang Bishop gereja Anglikan, dan Fenton John Anthony Hort seorang dosen dari Cambridge University. Untuk mempersingkat nama mereka, biasanya hanya ditulis Westcott-Hort (WH). Mereka menerbitkan Critical Text (CT) untuk menyerang Textum Receptum (TR) pada tahun 1881. Mereka mendasarkan edisi yang mereka terbitkan pada naskah yang diberi nama (aleph) yang ditemukan di Sinai yang juga disebut Sinaiticus dan naskah yang diberi nama B yang kata mereka tersimpan di perpustakaan Vatikan.
Menurut Dr. D. A. Waite, antara CT hasil WH dibandingkan dengan TR yang sudah dipakai lebih dari 300 tahun terdapat 5604 perbedaan yang terdiri dari 1952 penghilangan (35%), 467 penambahan (8%) dan 3185 perubahan 57%. Dengan perubahan yang besar-besaran ini kelihatannya serangan terhadap firman Tuhan semakin serius dan intensif. Gelombang pertama yang tumbang berjatuhan adalah teolog-teolog Liberal di Jerman. Keraguan mereka terhadap firman Tuhan mulai muncul bahkan akhirnya mereka melihat Alkitab hanya sekedar buku sejarah. Mereka tidak percaya kepada kesanggupan Allah untuk memelihara firmanNya. Padahal Tuhan Yesus sudah mengatakan bahwa, “Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu” (Lukas 21:33). Kalau Tuhan berjanji bahwa perkataanNya tidak akan berlalu, maka jelas sekali bahwa Ia akan memeliharanya.
Setelah teolog Jerman tumbang, kemudian angin pukulan CT melanda Eropa sehingga muncul berbagai kritik terhadap Alkitab (buku yang telah berjasa merubah orang-orang Eropa menjadi manusia bermoral). Akhirnya angin serangan terhadap Alkitab itu sampai juga ke Amerika. Bersama dengan itu muncul berbagai Alkitab bahasa Inggris terjemahan modern yang didasarkan pada naskah PB dari teks CT. Antara lain: English Revised Version=ERV (1881), American Standard Version=ASV (1901), New American Standard Version=NASV (1960), New English Version=NEV (1961), New International Version=NIV (1969).
Bagaimana dengan Alkitab bahasa Indonesia? Dulu Alkitab bahasa Indonesia (LAI-TL) diterjemahkan dari TR. Kelihatannya Alkitab Terjemahan Baru (LAI-TB) sedikit terpengaruh oleh CT dari WH. Banyak pembaca tidak menyadari maksud dibalik banyak ayat dalam Alkitab Terjemahan Baru yang diberi tanda kurung siku, contoh [...]. Sebagian dosen STT di Indonesia yang sudah terhembus angin Liberalisme mengatakan kepada murid-murid mereka bahwa ayat itu tidak ada dalam Alkitab bahasa aslinya. Penjelasan demikian tentu akan mengundang banyak pertanyaan susulan, yaitu siapa yang menambahkan dan mengapa ditambahkan? Contoh Kisah Para Rasul 8:37, I Yohanes 5:7,8 dan lain-lain.
Ternyata Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) memberi tanda kurung siku pada ayat-ayat yang ada dalam teks TR namun tidak ada dalam teks CT. Tindakan demikian masih baik daripada menghilangkan ayat itu sama sekali. Namun sebenarnya tidak perlu diberi tanda kurung siku [...] karena itu adalah firman Tuhan. Jangan kita menganaktirikan ayat-ayat tertentu, karena itu adalah firman Tuhan yang telah Tuhan janjikan akan dipelihara sehingga tidak akan lenyap sekalipun langit dan bumi telah lenyap.
Teks Mana Yang Dipelihara Tuhan?
Karena adanya dua teks Alkitab bahasa asli yang berbeda, maka wajar sekali kalau orang bertanya, teks mana yang dipelihara Tuhan? Atau teks mana yang dipakai oleh Tuhan untuk menyelamatkan jiwa-jiwa yang terhilang? Kiranya Tuhan memberi kita hikmat untuk menilai agar hasil penilaian kita tidak menjerumuskan orang-orang yang mencintai kebenaran.
Menilai Isinya
Sesungguhnya sama sekali tidak sulit untuk mengetahui teks mana antara TR dan CT yang dipelihara Tuhan untuk menjadi standar kebenaran bagi umatNya. Kita tahu bahwa kalau Tuhan memelihara teks itu, maka tentu tidak akan ada kesalahan-kesalahan yang konyol yang justru mengisyaratkan keterlibatan Tuhan di dalam prosesnya, melainkan Iblis.
Sejak edisi ke-3 dari Stephanus tahun 1550 dan edisi ke-4 yang terbit satu tahun kemudian dengan penambahan nomor pasal dan ayat, maka TR telah sempurna sampai hari ini. Ia diterjemahkan ke dalam ratusan bahasa serta menjangkau banyak jiwa yang hilang. Berbagai pihak yang tidak beriman berusaha menyerangnya, namun mereka tidak menemukan kesalahan di dalamnya.
Sebaliknya CT yang diedit oleh Westcott dan Hort, dan yang kemudian diedit oleh Nestle dan Aland itu terdapat kesalahan yang sangat fundamental dan fatal. Misalnya dalam Injil Matius 1:7, di TR tertulis ”Abia memperanakkan Asa dan Asa memperanakkan Yosafat”. Tetapi dalam CT tertulis ”Abia memperanakkan Asaf dan Asaf memperanakkan Yosafat”. Kalau dicocokkan dengan PL jelas sekali bahwa anak Abia itu Asa bukan Asaf. Dan juga jelas sekali bahwa ayah Yosafat itu bukan Asaf melainkan Asa. Asaf itu bukan seorang raja melainkan seorang pemazmur.
Ketika fakta ini dikemukakan kepada para pendukung CT, dan mengatakan kepada mereka bahwa naskah yang mereka jadikan dasar sesungguhnya adalah naskah yang telah terkontaminasi, ternyata mereka tidak mau terima. Bukan hanya tidak mau menerima kritikan, malahan mereka menyalahkan Matius, dengan argumentasi bahwa naskah mereka tidak rusak, yang bikin kesalahan itu bukan penyalin naskah, melainkan Matius yang memang salah tulis. Mereka mengatakan bahwa ketika Matius menulis silsilah itu ia tidak mencocokkannya dengan catatan yang ada di Bait Allah. Bayangkan, mereka lebih membela penyalin naskah dan menyalahkan Matius.
Di sinilah iblis beraksi dan mengambil keuntungan dengan mengatakan bahwa Matius yang salah tulis bukan naskah mereka yang terkontaminasi, mengapa? Sebab, kalau Matius salah tulis, itu sama dengan Matius tidak diilhami Roh kudus, atau dengan kata lain bahwa para penulis Alkitab sebenarnya tidk diilhami Roh Kudus. Oleh sebab itu mereka bisa melakukan kesalahan dan salah satu contohnya adalah Matius. Masihkah kita perlu baca Alkitab kalau para penulisnya tidak diilhami. Untuk apa kita membaca nasehat orang-orang kuno yang tidak tahu tentang komputer dan pesawat ulang-alik? Tidakkah lebih baik kita membaca Novel dan cerita fiksi tulisan orang-orang modern? Lihatkah anda misi yang akan dicapai oleh Iblis dengan memunculkan Alkitab Bahasa Asli versi Critical Text model Westcott dan Hort? Ia sangat-sangat licik.
Selain kesalahan itu masih ada kesalahan-kesalahan lain. Contoh lain ialah catatan Injil Lukas 23:45 dimana TR mencatat matahari menjadi gelap (kai eskotiste ho helios) sedangkan CT mencatat gerhana matahari (tou helio ekleipontes eskiste). Perhatikan, TR mencatat matahari menjadi gelap eskotiste/skoti sedangkan CT mencatat gerhana ekleip. Apa yang dicatat CT itu adalah sesuatu yang dapat ditertawakan oleh setiap orang karena pada sekitar bulan April itu tidak mungkin ada gerhana matahari di wilayah itu, dan tidak ada gerhana matahari yang berjangka waktu tiga jam, yaitu dari jam 12.00 hingga jam 15.00.
Kita tahu bahwa Yohanes 1:18 berbunyi, ”Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada dipangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.”
Menurut Textum Receptum (TR):
John 1:18 qeo.n ouvdei.j e`w,raken pw,pote\ o` monogenh.j ui`o,j (Anak yang Tunggal=Monogenes Huios) o` w'n eivj to.n ko,lpon tou/ patro.j evkei/noj evxhgh,sato
Menurut Critical Text (CT):
John 1:18 qeo.n ouvdei.j e`w,raken pw,pote\ monogenh.j qeo.j (Allah yang Tunggal=Monogenes Theos) o` w'n eivj to.n ko,lpon tou/ patro.j evkei/noj evxhgh,sato
Kedua ayat dalam bahasa Yunani di atas persis sama kecuali kata ui`o,j (anak) dalam TR diganti dengan kata qeo.j (Allah) dalam CT. Jadi menurut Critical Text (CT) Yohanes 1:18 itu bunyinya, “Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Allah yang Tunggal, yang ada dipangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.” Untuk hal yang sangat sepele ini, tanpa perlu belajar sampai tingkat doktor, bahkan cukup memiliki akal sehat saja sudah bisa menyadari bahwa yang benar itu bukan yang di Critical Text, melainkan yang di Textum Receptum.
Kisah Para Rasul 8:37 itu ternyata tidak ada di dalam Critical Text, melainkan ada di dalam Textum Receptum. Jadi menurut CT bunyi Kis 8:36-38 itu demikian,
8:36 Mereka melanjutkan perjalanan mereka, dan tiba di suatu tempat yang ada air. Lalu kata sida-sida itu: "Lihat, di situ ada air; apakah halangannya, jika aku dibaptis?"
8:38 Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta itu, dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia.
CT tanpa ayat 37
[Sahut Filipus: "Jika tuan percaya dengan segenap hati, boleh." Jawabnya: "Aku percaya, bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah."]
ada di TR Acts 8:37
ei=pen de. o` Fi,lippoj Eiv pisteu,eij evx o[lhj th.j kardi,aj( e;xestinÅ avpokriqei.j de. ei=pen Pisteu,w to.n u`io.n tou/ Qeou/ evinai to.n VIhsou/n Cristo,nÅ
Diperkirakan ayat 37 dari manuscript (Aleph) yang ditemukan di Sinai itu sengaja dihilangkan oleh para penyalin yang mempersiapkan naskah pertemuan Nicea yang akan dipimpin oleh Konstantin. Masalahnya karena gereja Katolik dibawah pimpinan Konstantin waktu itu sedang gencar-gencarnya mempromosikan baptisan bayi. Ayat 37 dari Kisah Para Rasul ini ternyata mengajarkan dengan tegas bahwa baptisan itu harus didahului pengakuan percaya, dan hal ini sangat bertentangan dengan praktek pembaptisan bayi. Demi menyenangkan Konstantin, oknum yang memerintahkan persidangan Nicea (Philip Schaff, History of the Christian Church (Grand Rapids: WM.B.Errdmans Publishing company, 1994), Vol III. p.349.), maka mereka menghilangkan Kisah 8:37. Bayangkan betapa beraninya mereka. Pasti apa yang Tuhan ucapkan atas mereka dalam Wahyu 22:19 akan menimpa mereka. Celakanya, ternyata para editor Critical Text lebih percaya bahwa ayat itu tidak ada daripada editor TR yang percaya bahwa ayat itu, yang terdapat di banyak manuscript lain adalah orisinil. Untunglah Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) masih percaya bahwa ayat itu ada, namun sayang diberi kurung siku.
Pembaca sekalian, tentu tidak diperlukan ratusan atau puluhan kesalahan untuk menyadari bahwa teks Alkitab PB bahasa asli CT itu bukan yang dipelihara Tuhan. Sehebat apapun usaha Iblis untuk menyembunyikan kesalahannya, toh kecolongan juga. Allah membiarkan satu dua kesalahan yang nyata dan telak agar orang-orang yang mencintai kebenaran bisa menjadikannya sebagai terang yang memberi hikmat untuk mengetahui Alkitab bahasa asli yang sungguh-sungguh dipelihara dan dipimpin Tuhan proses pengeditannya. Jika seorang yang tersesat di hutan sungguh berhikmat, setitik terang saja cukup baginya untuk menemukan jalan kembali ke kota, namun bagi yang akan binasa, dicari dengan lampu sorot sekalipun ia malah memilih bersembunyi.