BAGAIMANA REAKSI GEREJA ?

"Usahakanlah kesejahterahan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada Tuhan, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu" (Yesaya 29:7)

Pada waktu pelayanan ke Hongkong akhir tahun 1997 yang lalu seorang hamba Tuhan setempat bertanya "Bagaimana reaksi gereja Tuhan di Indonesia terhadap berbagai macam bencana yang menimpa bangsa Indonesia?" Terus terang saya tidak pernah mengira akan mendapat pertanyaan seperti itu bahkan memikirkannyapun tidak pernah, sehingga dengan gugup saya menjawab "Tidak tahu". Tetapi semenjak itu saya tidak pernah berhenti memikirkannya.

Badai Bencana

Beberapa tahun terakhir ini memang bencana demi bencana bagaikan badai tidak pernah berhenti mendera negara kita, mulai dari gempa bumi, bencana kelaparan, kekeringan, kebakaran hutan, banjir bandang, banjir lumpur, kerusuhan massa, pertikaian antar suku agama dan golongan yang membawa banyak korban jiwa, sampai krisis moneter, ekonomi dan politik yang mengakibatkan ribuan perusahaan pailit dan jutaan tenaga kerja di PHK. Tidak berhenti sampai disitu terjadi lagi epidemi demam berdarah yang melanda 12 propinsi di Indonesia. Serbuan hama belalang yang menyerbu pertanian di propinsi Lampung, hama wereng yang menyerbu daerah pertanian sepanjang pantura pulau Jawa dan daerah lain sehingga saat ini kita berada dalam ancaman krisis pangan. Dan disamping itu sejumlah lebih dari 460 gereja telah dirusak dan dihancurkan. Lalu bagaimanakah reaksi gereja Tuhan di Indonesia terhadap semuanya ini??

Gejolak Massa

Secara umum saat ini seluruh lapisan masyarakat sedang mencaripenyebab semua malapetaka ini dan juga jalan keluarnya bahkan kelompok-kelompok tertentu mulai saling menuduh dan mengkambinghitamkan kelompok atau kondisi yang ada. Di sisi lain kelompok masyarakat yang lebih luas (mahasiswa, dosen dan para ilmuwan dengan gencar menuntut reformasi politik, dan ekonomi secara menyeluruh, kaum ibu yang biasa bergaul dengan barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari menjerit meminta penurunan harga yang melambung tinggi tak terjangkau, penderita sakit yang pingsan melihat mahalnya harga obat-obatan bahkan para pelajarpun terlibat demo akibat mahalnya harga buku. Sementara pemuka-pemuka agama lain mengumpulkan umatnya untuk berdoa dan menyerukan tobat nasional, bagaimanakah reaksi gereja Tuhan di Indonesia terhadap semuanya ini?

Benarkah gereja Tuhan di Indonesia saat ini telah menjadi kelompok esklusif yang terjebak di dalam kepentingan kelompoknya sendiri? Jika gereja Tuhan tetap acuh tak acuh mungkinkah keadaannya sama seperti yang tertulis dalam kitab Yesaya 42:19, "Siapakah yang buta selain dari hamba-Ku dan yang tuli seperti utusan yang Kusuruh? Siapakah yang buta seperti suruhan-Ku dan yang tuli seperti hamba Tuhan?"

Instrumen Tuhan di Dunia

Selama ini kita telah diajar bahwa "Kristus adalah jawaban bagi setiap problem hidup kita dan dunia akan melihat Kristus melalui hidup kita, murid-murid-Nya". Kita percaya bahwa kita gereja Tuhan adalah umat yang telah dibentuk dan disiapkan untuk menjadi instrumen Tuhan di dunia untuk menyatakan terang dan kasih-Nya bagi umat manusia. Tetapi seperti Musa, gereja Tuhan telah lari dari hadapan Firaun meninggalkan Mesir untuk membentuk komunitasnya sendiri terjebak di dalam kepentingan kelompoknya sendiri dan melupakan fungsinya di dunia.

Firman Tuhan dalam Yeremia 29:7 dengan jelas mengingatkan kita bahwa secara rohani kita bertanggung jawab atas nasib bangsa ini.

Suatu bangsa diberkati Tuhan atau tidak nasibnya ditentukan oleh gereja Tuhan yaitu anak-anak Tuhan yang ada di dalam bangsa itu. Cobalah ingat contoh-contoh dibawah ini

    1. Yusuf menjadi penyelamat Mesir dan dunia sekitarnya.
    1. Daniel, Sadrach, Mcsakh dan Abednego menjadi berkat besar dalam kerajaan Persia.
    1. Daud menjadi penyelamat bangsanya Israel
  • dan masih banyak lagi contoh seperti: Deborah, Gideon, Nehemiah dan lain-lain. Mereka itu dibentuk untuk dipakai Tuhan begitu juga rencana-Nya pada kita.

    "Tetapi kamulah bangsa yang terpilih Imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib". (1 Petrus 2:9) Tetapi dalam kenyataannya banyak juga anak Tuhan yang tidak memiliki keberanian untuk berbuat sesuatu bagi bangsanya sebagian karena acuh tak acuh, sebagian karena ketakutan seperti contoh Ester namun Tuhan mengirimkan Mordekhai untuk memperingatkan Ester.

    Ingatlah bahwa setiap generasi umat Tuhan bertanggung jawab dihadapan Tuhan untuk keselamatan generasi bangsanya! Begitu juga kita saat ini!

    3 Alasan Badai Terjadi.

    Jika kita meneliti firman Tuhan maka ada 3 macam alasan yang dapat menyebabkan terjadinya badai dalam kehidupan seseorang atau bangsa atau negara:

    1. Memang Telah Tersurat
  • Firman Tuhan dengan jelas dan tegas sudah mengingatkan kita bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar, jaman anti Kristus masa aniaya besar saat materai dibuka malapetaka yang dahsyat akan melanda dunia, kalau memang saatnya telah tiba maka tidak ada yang bisa kita lakukan untuk mengubah keadaan, kecuali berdoa sungguh-sungguh agar diri kita berhasil lulus melewati masa pemurnian dan pengujian ini dengan penuh kesetiaan.

    1. Karena Tuhan Yesus Tertidur
  • Kenapa Tuhan Yesus tertidur? Apakah terlalu lelah melayani sehingga tidak terbangun meskipun badai menerjang dan perahu itu hampir tenggelam karena kemasukan air? Jika Tuhan Yesus tertidur di dalam kehidupan kita pastilah Iblis akan menyerang kita dengan dahsyat, namun kita harus bersyukur karena penjaga kita tidak pernah terlelap (Mazmur 121:3-5). Sesungguhnya Tuhan Yesus hanya dapat tertidur jika Ia tidak diperlukan atau diabaikan. Sebab Ia adalah Tuhan yang sopan dan beretika. Ingatlah bagaimana Ia mengetuk pintu hati kita dan tidak mendobraknya (Wahyu 3:20). Dengan melihat latarbelakang pekerjaan murid-murid yang menyertai Tuhan Yesus di dalam perahu kita bisa maklum dengan apa yang telah terjadi. Tuhan Yesus adalah anak tukang kayu sedangkan mereka adalah nelayan, jadi menurut mereka wajarlah jika mereka yang mengendalikan perahu menyeberangi danau (Markus 4:35-41). Seringkali seperti sikap para murid itulah kita merasa diri kita lebih bisa dan mampu di dalam menghadapi suatu persoalan. Namun pada saat Tuhan Yesus terabaikan dan tertidur datanglah badai dahsyat menerjang. Lihatlah pada saat kita kembali menjadikan Dia yang terutama dalam hidup kita dengan sangat mudah badai dahsyat diteduhkannya!

    1. Karena adanya anak-anak Tuhan yang tidak taat.
  • Badai Dahsyat dapat terjadi bila ada anak-anak Tuhan yang tidak taat dan itulah contoh peristiwa yang dialami nabi Yunus ketika ia diperintahkan Tuhan ke Niniwe untuk memberitakan firman Tuhan agar penduduk Niniwe bertobat. Namun Yunus memilih tempat yang lebih baik dan lebih nyaman bagi dirinya dalam lingkungan kerabat sendiri yaitu Tarsis. Akibatnya Tuhan marah dan membiarkan badai dahsyat terjadi bukan karena Tuhan jahat justru karena Tuhan baik dan menginginkan pertobatan bangsa Niniwe. Mungkin begitulah keadaan gereja Tuhan di Indonesia saat ini. Anak-anak Tuhan yang seharusnya memberitakan Injil Tuhan di dunia luar sekitar kita, kini sedang sibuk membangun pelayanan yang megah, gereja super dan nama besar. Hubungan dan kerja sama antar gereja lokal menjadi renggang oleh karena masing-masing sedang sibuk membangun rumahnya sendiri-sendiri. Lihatlah betapa sukarnya mencari gereja misioner (yang berwawasan misi) saat ini. Ada kecenderungan untuk menahan semua potensi jemaat bagi kepentingan gereja lokal sendiri, pemuridan dijalankan tetapi tidak ada pengutusan keluar bahkan perpuluhanpun hanya beredar dalam lingkup denominasinya sendiri. Tidak ada kerukunan dan persaudaraan antar gereja melainkan persaingan dan saling curiga. Perpecahan menjadi fenomena gereja saat ini oleh karena masing-masing telah terjebak didalam kepentingan sesaat diri sendiri tanpa ada kepedulian sosial sedikitpun pada dunia lain. Tidaklah heran jika Tuhan menjadi marah dan mengirimkan badai seperti yang telah diperingatkan oleh nabi Hagai.

    "Kamu mengharapkan banyak, tetapi hasilnya sedikit, dan ketika kamu membawanya ke rumah, Aku menghembuskannya. Oleh karena apa? demikianlah, firman Tuhan semesta alam. Oleh karena rumah-Ku yang tetap menjadi reruntuhan, sedang kamu masing-masing sibuk dengan urusan rumahnya sendiri-sendiri. (10) Itulah sebabnya langit menahan embunnya dan bumi menahan hasilnya, (11) dan Aku memanggil kekeringan datang ke atas negeri, ke atas gunung-gunung, ke atas gandum, ke atas anggur, ke atas minyak, ke atas segala yang dihasilkan tanah, ke atas manusia dan hewan dan ke atas segala hasil usaha". (Hagai 1:9-11)

    Oleh karena anak-anak Tuhan tidak taat, maka badai menimpa seluruh negeri. Meskipun berbagai usaha telah dilakukan tetapi tidak mencapai hasil yang diharapkan kecuali Yunus diketemukan, dibangunkan dari tidurnya dan dibuang kedalam laut untuk dikirim ke Niniwe, kembali ke jalan Tuhan. Untuk meneduhkan badai gereja Tuhan harus kembali menjadi terang Tuhan di dunia, menjadi instrumen kasih Tuhan menjadi jawaban bagi dunia seperti tertulis dalam Matius 5:13-16

    Di Balik Pintu yang Terkunci

    Di tengah-tengah badai yang melanda negara kita Indonesia banyak anak-anak Tuhan hidup dalam ketakutan bahkan ketika demontrasi mahasiswa mencapai puncaknya dan gerakan massa berkembang menjadi kerusuhan dan penjarahan, banyak gereja yang menutup pintu rapat-rapat. Kegiatan kelompok sel, pertemuan tengah minggu, bahkan kebaktian kenaikan Tuhan Yesus ke sorga ditiadakan dengan alasan demi keamanan jemaat. Sementara para pemimpin jemaat (Pdt., Penatua maupun majelis) bersembunyi dalam rumahnya sambil berdoa memohon keselamatan, sidang jemaat hidup dalam gelisahan dan ketakutan. Bahkan pada waktu itu ada beberapa pendeta yang menolak melayani kebaktian pemakaman jemaat yang meninggal. Dimanakah orang-orang Kristen pada saat negara ini dalam kesusahan? Dimanakah para gembala pada saat domba-dombanya gelisah dan ketakutan???

    Dalam kitab Yohanes 20:19 kita membaca "Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagimu!" Kita sadar saat menghadapi tantangan seringkali sikap kita seperti sikap murid-murid Tuhan Yesus. Memang mereka tidak murtad tetapi oleh karena ketakutan mereka berbakti dalam ruangan yang terkunci rapat-rapat.

    Tuhan Yesus, guru dan, pemimpin mereka telah ditangkap dan baru saja disalibkan sampai mati tentu masyarakat, kaum Farisi dan tentara Romawi juga memusuhi mereka, para pengikut-Nya kaum minoritas. Sekarang tidak perlu lagi mereka berbicara tentang berkat-berkat Tuhan begitu pula tentang iman yang penting adalah bagaimana menyelamatkan diri agar terhindar dari amukan massa.

    Ketika bangkit dari kematian, Tuhan Yesus mencari dimanakah keberadaan murid-murid-Nya dan Ia menjumpai mereka hidup dalam ketakutan di balik pintu-pintu yang terkunci karena Tuhan mereka telah mati. Dengan kebesaran jiwa-Nya Tuhan Yesus menjumpai penakut-penakut itu dan memberinya KUASA UNTUK MENJADI SAKSI-SAKSI TUHAN.

    Para penakut itu datang dalam ketakutan tapi akhirnya keluar dengan keberanian yang luar biasa bersaksi bagi Tuhan dan memenangkan ribuan jiwa-jiwa. Itulah Kegerakan Gereja Mula-mula.

    Dimanakah Kau Tancapkan Salibmu?

    Sebagai pengikut Kristus kita harus hidup dalam penyangkalan diri dan memikul salib. Tuhan Yesus memilih untuk lahir di tengah-tengah bangsa Israel yang keras hati dan tegar tengkuk pada masa penjajahan Romawi, lalu mati tersalib di atas Bukit Golgota bukan secara kebetulan:

    1. Bangsa Israel: adalah bangsa yang keras dimana hukum yang berlaku adalah "Mata ganti mata, gigi ganti gigi" sehingga bangsa Israel kurang mengerti makna kata "KASIH" itu.
    1. Kekaisaran Romawi: adalah pusat kebudayaan dari kekuatan dunia pada masa itu. Sebagai penjajah banyak tentara Romawi suka berbuat sewenang-wenang.
    1. Bukit Golgota: adalah tempat dimana para penjahat digantung. Lokasi penyaliban Yesus Kristus adalah di pusat persimpangan jalan raya yang menghubungkan 4 wilayah disekitarnya. Itulah sebabnya kata INRI dituliskan langsung dalam 3 bahasa (bahasa Ibrani, bahasa Latin, dan bahasa Yunani) agar dapat dibaca oleh berbagai suku bangsa yang berkerumun di sekitarnya.
  • Tuhan Yesus telah memberi suatu teladan bagi kita. Ia telah menancapkan salibnya di tempat umum, di persimpangan jalan raya, sehingga banyak orang melihatnya dan menjadi selamat.

    Hai orang-orang Kristen yang mengaku anak-anak Tuhan, murid-murid Kristus dimanakah kau tancapkan salibmu?? Apakah hanya simbol yang tergantung pada kalung lehermu atau anting-anting telingamu atau gelang tanganmu? Apakah engkau hanya berani menancapkan salibmu di dalam gereja dimana mereka seharusnya telah beroleh keselamatan? Ataukah hanya di dekat rumahmu? Tuhan Yesus telah memberi teladan agar kita menancapkan salib kita di tempat-tempat umum, dikeramaian massa sebab dimana salib itu ditancapkan seharusnya kasih Tuhan diberitakan dan keselamatan tercurah kepada orang-orang. Tuhan memberkati.

    Kepedulian Sosial

    Tuhan mendengar setiap jeritan makhluk ciptaan-Nya. Misi kasih yang terbesar terjadi tatkala Bapa di Surga melihat penderitaan kita sebagai manusia berdosa dan bertindak mengirimkan putra tunggal-Nya datang ke dunia untuk menebus dosa kita.

    Melihat dan bertindak karena kasih itulah yang Bapa mau kita lakukan. Lihatlah sekitar kita dan temukanlah apakah kasih Tuhan ada dalam dirimu. Kebobrokan moral sedang melanda bangsa ini, kriminalitas, pembunuhan sadis, pergaulan bebas, pelacuran anak-anak, homoseksual sampai pembunuhan bayi-bayi (aborsi) yang telah mencapai jumlah 1.000.000 jiwa bagi setahun. Gereja Tuhan harus masuk kedalam peperangan rohani ini untuk menghentikan pekerjaan Iblis atau hukuman Tuhan jatuh ke atas bangsa ini!

    Diambil dari:
    Nama buletin: Nafiri Newsletter, No. 07/ Juni/ 1998
    Penulis : Heru T./NAT
    Halaman : 1 -- 4

    Kategori: Misi

    Keywords Artikel: gereja, misi, penginjilan

    Topic Artikel: Misi